Menko Luhut: Infrastruktur Pendukung Terus Dibangun Dukung Kebijakan Mobil Listrik
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Maritim dan Investasi Luhut Pandjaitan menegaskan, Indonesia akan terus membangun infrastruktur pendukung untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di Tanah Air. Hal itu diungkapkan Luhut kepada para pimpinan pabrikan mobil asal Jerman, Volkswagen (VW) di kantor pusatnya di Hannover, Jumat (29/11) lalu.
Menko Luhut yang didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia serta Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno pada kesempatan itu diterima jajaran pimpinan perusahaan yang dipimpin Dirk Große-Loheide Board Member for Procurement at Volkswagen. Pada pertemuan tersebut, VW mengungkapkan bahwa mengembangkan mobil elektrik adalah salah satu visi mereka di masa depan.
Namun, di hadapan Menko Luhut, Dirk mengungkapan bahwa VW belum menjual produk mobil listriknya ke Indonesia karena Indonesia dinilai belum siap dari sisi infrastruktur pendukung, seperti ketersediaan stasiun pengisi daya. Menanggapi hal itu, Luhut pun merespons dengan mengatakan bahwa perusahaan energi milik negara, PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) telah mulai membangun stasiun pengisi daya listrik, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di sejumlah tempat di Indonesia, antara lain Jakarta, Tangerang, Bali, dan Bandung.
"Saat ini kami sedang terus mengembangkan infrastruktur pendukung dalam rangka menyediakan infrastruktur bagi kendaraan bermotor berbasis baterai, sesuai dengan Perpres (Peraturan Presiden) No 55 tahun 2019," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (1/12/2019).
PLN, kata Luhut, menargetkan pemasangan 160 titik charging station kendaraan listrik pada tahun 2020. Sedangkan Pertamina sejauh ini sudah mendirikan empat stasiun pengisi daya listrik. Semua itu menurutnya dilakukan karena Indonesia saat ini lebih memilih teknologi ramah lingkungan dan tidak mahal.
Terkait dengan itu, kata Luhut, Indonesia melarang ekspor bijih nikel mulai 1 Januari 2020. Hal itu menegaskan komitmen Indonesia untuk mulai mengembangkan industri kendaraan bermotor listrik, di mana hilirisasi nikel menjadi langkah awal bagi negara ini untuk menjadi pemain berkelas dunia.
"Dengan membangun smelter di dalam negeri, saya yakin Indonesia bisa jadi pemain kelas dunia karena ikut berperan dalam menentukan harga dunia," tegasnya.
Menko Luhut yang didampingi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia serta Duta Besar RI untuk Jerman Arif Havas Oegroseno pada kesempatan itu diterima jajaran pimpinan perusahaan yang dipimpin Dirk Große-Loheide Board Member for Procurement at Volkswagen. Pada pertemuan tersebut, VW mengungkapkan bahwa mengembangkan mobil elektrik adalah salah satu visi mereka di masa depan.
Namun, di hadapan Menko Luhut, Dirk mengungkapan bahwa VW belum menjual produk mobil listriknya ke Indonesia karena Indonesia dinilai belum siap dari sisi infrastruktur pendukung, seperti ketersediaan stasiun pengisi daya. Menanggapi hal itu, Luhut pun merespons dengan mengatakan bahwa perusahaan energi milik negara, PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) telah mulai membangun stasiun pengisi daya listrik, Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di sejumlah tempat di Indonesia, antara lain Jakarta, Tangerang, Bali, dan Bandung.
"Saat ini kami sedang terus mengembangkan infrastruktur pendukung dalam rangka menyediakan infrastruktur bagi kendaraan bermotor berbasis baterai, sesuai dengan Perpres (Peraturan Presiden) No 55 tahun 2019," ujarnya dalam siaran pers, Minggu (1/12/2019).
PLN, kata Luhut, menargetkan pemasangan 160 titik charging station kendaraan listrik pada tahun 2020. Sedangkan Pertamina sejauh ini sudah mendirikan empat stasiun pengisi daya listrik. Semua itu menurutnya dilakukan karena Indonesia saat ini lebih memilih teknologi ramah lingkungan dan tidak mahal.
Terkait dengan itu, kata Luhut, Indonesia melarang ekspor bijih nikel mulai 1 Januari 2020. Hal itu menegaskan komitmen Indonesia untuk mulai mengembangkan industri kendaraan bermotor listrik, di mana hilirisasi nikel menjadi langkah awal bagi negara ini untuk menjadi pemain berkelas dunia.
"Dengan membangun smelter di dalam negeri, saya yakin Indonesia bisa jadi pemain kelas dunia karena ikut berperan dalam menentukan harga dunia," tegasnya.
(fjo)