Ekonomi Masa Depan Adalah Industri Kreatif dan Digital, Menperin Gandeng Korsel

Selasa, 03 Desember 2019 - 17:58 WIB
Ekonomi Masa Depan Adalah...
Ekonomi Masa Depan Adalah Industri Kreatif dan Digital, Menperin Gandeng Korsel
A A A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita membuka peluang kerja sama dengan Korea Selatan (Korsel) dalam upaya pengembangan industri kreatif. Langkah sinergi ini menurutnya menjadi sebuah lompatan besar guna memacu pertumbuhan ekonomi kedua negara.

“Kementerian Perindustrian bertekad untuk semakin meningkatkan jumlah wirausaha, terutama di sektor industri kreatif. Upaya ini merebut peluang adanya momentum bonus demografi dan membawa efek ganda bagi kontribusi positif terhadap perekonomian nasional,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Selasa (3/12/2019)

Sambung dia melanjutkan, pada tahun 2018 industri kreatif mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap PDB nasional, dengan diperkirakan mencapai Rp1.000 triliun. Adapun tiga subsektor yang memberikan sumbangsih besar terhadap ekonomi kreatif tersebut, yakni industri kuliner sebesar 41,69%, disusul industri fesyen (18,15%) dan industri kriya (15,70%).

Menperin Agus menyampaikan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa ekonomi masa depan adalah industri kreatif dan digital. Hal itu dilontarkan Kepala Negara ketika menghadiri forum ASEAN-Republic of Korea (RoK) CEO Summit di Busan Exhibition and Convention Center (BEXCO), beberapa waktu lalu.

“Guna menumbuhkan industri kreatif yang kompetitif, tentunya perlu didukung dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kompeten. Untuk itu, Bapak Presiden Joko Widodo mengingatkan pentingnya revitalisasi pendidikan melalui program link and matchdengan dunia industri,” paparnya.

Agus mengungkapkan, upaya konkret yang telah dilakukan Kemenperin untuk mendorong tumbuhnya wirausaha muda khususnya para pegiat industri kreatif, antara lain memfasilitasi dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan (Diklat).

“Misalnya, sejak tahun 2015, kami rutin menyelenggarakan Diklat animasi, programming, dan desain grafis di Bali Creative Industry Center (BCIC) yang dikelola oleh Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar,” tuturnya.

Selain itu, Kemenperin membuat Inkubasi Bisnis (Inbis) TohpaTI untuk membina wirausaha yang ada dan menumbuhkan pelaku startup baru. Setiap tahun, Inbis TohpaTI bisa menghasilkan sekitar sembilan hingga sebelas tim startup di bidang animasi, desain, dan software developer.

“Bahkan, kami juga berupaya menumbuhkan wirausaha baru di kalangan pondok pesantren melalui program Santripreneur. Salah satu implementasi kegiatannya adalah meningkatkan kemampuan para santri agar siap memasuki era digital, sesuai perkembangan industri 4.0,” imbuhnya.

Menperin menegaskan, Pemerintah Indonesia telah meluncurkan peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk membangun industri nasional yang berdaya saing global di era digital. Hal ini guna merebut potensi ekonomi digital yang akan meningkatkan nilai tambah terhadap PDB nasional sebesar USD150 miliar pada tahun 2025.

Lebih lanjut Ia mengaku optimistis, penerapan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA), akan membuka peluang terhadap kolaborasi di sektor industri, termasuk industri kreatif. Apalagi, berdasarkan Bloomberg Innovation Index pada tahun 2014-2017, Korea Selatan berada di peringkat teratas untuk pertumbuhan sektor industri kreatif.

Presiden Jokowi menyebutkan, ekspor industri kreatif di Korea Selatan mampu menyumbang sebesar USD5,79 miliar ke perekonomian nasionalnya. Jadi, ASEAN dan Korea memiliki potensi besar dalam industri kreatif. Menurut Presiden, industri kreatif dan digital adalah salah satu 'The Next Big Thing' Indonesia.

“ASEAN dengan lebih dari 647 juta penduduk merupakan aset bagi pengembangan industri kreatif. Indonesia saat ini menjadi tuan rumah perusahaan-perusahaan Decacorn, Unicorn dan Startups,” ujarnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9093 seconds (0.1#10.140)