Dua Konsorsium Incar Proyek Pengembangan Kilang Balongan
A
A
A
JAKARTA - Dua konsorsium yakni Konsorsium REE dan Konsorsium JSW berebut memenangkan proyek pengembangan kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) Kilang Balongan, di Indramayu, Jawa Barat, milik PT Pertamina (Persero).
PT Pertamina berencana menggelar ajang kompetisi (Dual Feed Competition/DFC) untuk mencari pemenang pelaksana proyek pengembangan kilang RDMP Kilang Balongan. Konsorsium REE yang terdiri dari PT Rekayasa Industri, PT Rekayasa Engineering, dan PT Enviromate Technology International.
Sementara Konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, PT Synergy Engineering, dan PT Wijaya Karya. Di mana, kedua konsorsium tersebut akan bertanding membuat Front End Engineering Design (FEED) terbaik kemudian dipilih untuk diimplementasikan dalam proyek RDMP Kilang Balongan Fase 1.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, mekanisme DFC tersebut menjadi sejarah bagi Pertamina. Pasalnya baru kali ini perseroan menggunakan skema tersebut. Adapun mekanisme DFC sendiri merupakan strategi kontrak dengan menandingkan dua atau lebih praktik FEED untuk menentukan pemenang kontrak Engineering, Procurement, and Costruction (EPC).
“Melalui skema DFC ini, RDMP Kilang Balongan Fase 1 dapat selesai dengan cepat yaitu, menjadi 2,5 tahun. Kami yakin dapat memberikan performa yang baik karena prosesnya cukup menantang dan ketat,” ujar dia, di Jakarta, kemarin.
Menurut dia skema tersebut nantinya tidak hanya diterapkan di Kilang Balongan namun akan di dorong untuk diterapkan pada program pembangunan kilang lainnya. Adapun sejumlah kilang yang akan menggunakan skema DFC antara lain, Kilang Balikpapan, Kilang Plaju, Kilang Dumai dan Kilang Cilacap. “Kita mulai dari Kilang Balongan, selanjutnya akan diterapkan di kilang lainnya yaitu, Kilang Balikpapan kemudian Kilang Plaju, Kilang Dumai, dan Kilang Cilacap,” katanya.
Sementara itu, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Talulembang mengatakan penandatangan kontrak DFC menjadi milestone besar dalam mengimplementasikan RDMP Kilang Balongan Fase 1. Penandatangan kontrak sendiri telah dilakukan oleh kedua konsorsium pada Selasa (3/12) di Kantor Pusat, Pertamina.
Tidak hanya itu, mekanisme DFC tersebut merupakan upaya akselerasi perusahaan dalam melaksanakan penugasan proyek pembangunan kilang Pertamina.“DFC ini merupakan best practice yang telah digunakan oleh banyak perusahaan ternama. Pertamina telah melakukan roadshow ke beberapa reputable EPC company di Eropa dan Amerika pada bulan Juni 2019 kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan sistem tata kerja di internal Pertamina terkait DFC,” jelas Ignatius.
Untuk diketahui, Pertamina saat ini tengah menjalankan program pembangunan kilang minyak di dalam negeri. Terdapat sejumlah program pembangunan kilang yang akan diselesaikan Pertamina yakni revitalisasi kilang (RDMP) dan pembangunan kilang baru (GRR). Program RDMP terdiri dari Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, Kilang Balongan dan Kilang Cilacap, sedangkan program pembangunan kilang baru di antaranya Kilang Tuban dan Kilang Bontang.
Pembangunan kilang tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas kilang bertambah secara siginifikan. Pasalnya tanpa pembangunan kilang, sebagian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan dipenuhi dari impor, karena dalam beberapa tahun ke depan bauran energi masih didominasi oleh pasokan minyak dan gas bumi (migas) utamanya dari produk-produk kilang minyak Pertamina.
Berdasarkan laporan Pertamina, saat ini total kapasitas kilang minyak Pertamina sebesar 1 juta barel per hari (bph) jauh di bawah konsumsi rata-rata 1,5 juta bph. Targetnya melalui program GRR dan RDMP kapasitas kilang akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari (bph) pada 2026. Tidak hanya itu, melalui RDMP dan GRR, akan meningkatkan kualitas produk BBM dari EURO II menjadi EURO V sehingga secara tidak langsung akan memperbaiki kualitas dan menyelesaikan isu lingkungan. (Nanang Wijayanto)
PT Pertamina berencana menggelar ajang kompetisi (Dual Feed Competition/DFC) untuk mencari pemenang pelaksana proyek pengembangan kilang RDMP Kilang Balongan. Konsorsium REE yang terdiri dari PT Rekayasa Industri, PT Rekayasa Engineering, dan PT Enviromate Technology International.
Sementara Konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, PT Synergy Engineering, dan PT Wijaya Karya. Di mana, kedua konsorsium tersebut akan bertanding membuat Front End Engineering Design (FEED) terbaik kemudian dipilih untuk diimplementasikan dalam proyek RDMP Kilang Balongan Fase 1.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, mekanisme DFC tersebut menjadi sejarah bagi Pertamina. Pasalnya baru kali ini perseroan menggunakan skema tersebut. Adapun mekanisme DFC sendiri merupakan strategi kontrak dengan menandingkan dua atau lebih praktik FEED untuk menentukan pemenang kontrak Engineering, Procurement, and Costruction (EPC).
“Melalui skema DFC ini, RDMP Kilang Balongan Fase 1 dapat selesai dengan cepat yaitu, menjadi 2,5 tahun. Kami yakin dapat memberikan performa yang baik karena prosesnya cukup menantang dan ketat,” ujar dia, di Jakarta, kemarin.
Menurut dia skema tersebut nantinya tidak hanya diterapkan di Kilang Balongan namun akan di dorong untuk diterapkan pada program pembangunan kilang lainnya. Adapun sejumlah kilang yang akan menggunakan skema DFC antara lain, Kilang Balikpapan, Kilang Plaju, Kilang Dumai dan Kilang Cilacap. “Kita mulai dari Kilang Balongan, selanjutnya akan diterapkan di kilang lainnya yaitu, Kilang Balikpapan kemudian Kilang Plaju, Kilang Dumai, dan Kilang Cilacap,” katanya.
Sementara itu, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Ignatius Talulembang mengatakan penandatangan kontrak DFC menjadi milestone besar dalam mengimplementasikan RDMP Kilang Balongan Fase 1. Penandatangan kontrak sendiri telah dilakukan oleh kedua konsorsium pada Selasa (3/12) di Kantor Pusat, Pertamina.
Tidak hanya itu, mekanisme DFC tersebut merupakan upaya akselerasi perusahaan dalam melaksanakan penugasan proyek pembangunan kilang Pertamina.“DFC ini merupakan best practice yang telah digunakan oleh banyak perusahaan ternama. Pertamina telah melakukan roadshow ke beberapa reputable EPC company di Eropa dan Amerika pada bulan Juni 2019 kemudian ditindaklanjuti dengan penyusunan sistem tata kerja di internal Pertamina terkait DFC,” jelas Ignatius.
Untuk diketahui, Pertamina saat ini tengah menjalankan program pembangunan kilang minyak di dalam negeri. Terdapat sejumlah program pembangunan kilang yang akan diselesaikan Pertamina yakni revitalisasi kilang (RDMP) dan pembangunan kilang baru (GRR). Program RDMP terdiri dari Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, Kilang Balongan dan Kilang Cilacap, sedangkan program pembangunan kilang baru di antaranya Kilang Tuban dan Kilang Bontang.
Pembangunan kilang tersebut diharapkan mampu meningkatkan kapasitas kilang bertambah secara siginifikan. Pasalnya tanpa pembangunan kilang, sebagian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan dipenuhi dari impor, karena dalam beberapa tahun ke depan bauran energi masih didominasi oleh pasokan minyak dan gas bumi (migas) utamanya dari produk-produk kilang minyak Pertamina.
Berdasarkan laporan Pertamina, saat ini total kapasitas kilang minyak Pertamina sebesar 1 juta barel per hari (bph) jauh di bawah konsumsi rata-rata 1,5 juta bph. Targetnya melalui program GRR dan RDMP kapasitas kilang akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel per hari (bph) pada 2026. Tidak hanya itu, melalui RDMP dan GRR, akan meningkatkan kualitas produk BBM dari EURO II menjadi EURO V sehingga secara tidak langsung akan memperbaiki kualitas dan menyelesaikan isu lingkungan. (Nanang Wijayanto)
(nfl)