AS-Iran Makin Panas, Mata Uang Safe Haven Diburu Investor

Senin, 06 Januari 2020 - 19:52 WIB
AS-Iran Makin Panas,...
AS-Iran Makin Panas, Mata Uang Safe Haven Diburu Investor
A A A
LONDON - Permintaan yen dan mata uang safe haven lainnya meningkat pada perdagangan hari ini, demikian pula emas, seiring meningkatnya keresahan investor akibat makin panasnya konflik Iran-Amerika Serikat (AS) akibat pembunuhan komandan militer paling terkenal Negeri Mullah tersebut oleh militer Paman Sam. Ketegangan tersebut dinilai dapat memicu konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Yen Jepang melonjak pada hari ini ke level tertinggi tiga bulan di 107,77 per dolar AS (USD) di perdagangan Asia dan terakhir naik 0,2% tepat di bawah 108 per USD.

Sementara harga emas naik 1,6%, ke level tertinggi hampir tujuh tahun. Harga minyak mentah juga merangkak naik di tengah kekhawatiran bahwa setiap konflik di kawasan itu dapat mengganggu pasokan global.

Franc Swiss, mata uang safe-haven lainnya, tercatat sedikit berubah mendekati level tertinggi empat bulan di 1,0824 yang dicapai terhadap euro pada hari Jumat (3/1). Bitcoin, yang dilihat sebagian orang sebagai emas digital, juga ikut-ikutan naik, mencapai level tertinggi dua minggu sebesar USD7.580.

Kendati demikian, pengukur volatilitas tersirat dalam euro/dolar, pasangan mata uang yang paling diperdagangkan, relatif tenang, menunjukkan investor belum melarikan diri untuk menambah perlindungan pada portofolio mereka dengan membeli opsi mata uang.

Indeks volatilitas mata uang yang dikembangkan oleh Deutsche Bank hanya sedikit lebih tinggi dan masih mendekati level terendah dalam catatan.

Sementara mata uang yang sensitif terhadap selera risiko global lebih melemah, termasuk dolar Australia, dolar Selandia Baru, dan crown Swedia. Sedangkan dolar tercatat melemah 0,2% terhadap enam mata uang utama.

"Iran hampir pasti akan merespons dalam beberapa skala, ruang lingkup dan besarnya," kata Lee Hardman, analis mata uang di MUFG seperti dikutip Reuters, Senin (6/1/2020).

Oleh karena itu, kata dia, pelaku pasar kemungkinan akan tetap gelisah sampai ada kejelasan lebih lanjut tentang bagaimana ketegangan geopolitik antara AS dan Iran akan berlanjut. Hardman mencatat bahwa ketegangan geopolitik dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi global, terutama jika harga minyak naik.

Namun, sejauh ini, mata uang terkait minyak seperti dolar Kanada, crown Norwegia dan rubel Rusia belum menguat, meskipun minyak mentah Brent mencapai USD70 pada perdagangan Senin untuk pertama kalinya sejak September 2019.

Jane Foley, ahli strategi mata uang senior di Rabobank, mengatakan dolar mungkin akan melemah seiring naiknya nilai mata uang safe-haven lainnya.

"Dolar kadang-kadang dipandang sebagai aset safe haven mengingat sebagian besar bank sentral menganggapnya sebagai mata uang cadangan utama mereka dan sejumlah besar perusahaan global berdagang menggunakan dolar, tetapi yen dan franc mewakili taruhan safe-haven yang lebih tradisional," katanya. Foley memprediksi dolar alias greenback akan melemah sepanjang 2020.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1714 seconds (0.1#10.140)