Selesaikan Defisit Transaksi Berjalan Butuh Transformasi Ekonomi

Sabtu, 11 Januari 2020 - 09:11 WIB
Selesaikan Defisit Transaksi...
Selesaikan Defisit Transaksi Berjalan Butuh Transformasi Ekonomi
A A A
JAKARTA - Dalam menyelesaikan masalah defisit transaksi berjalan yang sudah bertahun-tahun, pemerintah akan melakukan transformasi ekonomi. Terkait hal ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan instruksi khusus yakni ke depannya, komoditas yang diekspor harus setengah jadi sehingga ada nilai tambah.

“Dari ekonomi kita yang sudah bertahun-tahun berbasis pada komoditas, pada bahan-bahan mentah, yang kita ekspor selalu bahan-bahan mentah, raw material, ke depan kita ingin semuanya kita olah minimal setengah jadi atau barang jadi melalui yang namanya hilirisasi industri,” kata Presiden Jokowi seperti dikutip dari laman resmi Setkab.

Presiden memberikan contoh CPO (crude palm oil) atau minyak kelapa sawit. Ia mengemukakan, Indonesia sekarang ini memiliki 13 juta hektare kebun kelapa sawit yang setiap tahun produksinya kurang lebih 46 juta ton per tahun.

“Apa yang ingin saya sampaikan? Jangan lagi kita mengekspor CPO ini terus-terusan. Harus mulai kita ubah kepada barang setengah jadi atau barang jadi. Ini yang telah kita lakukan, karena kalau tidak, kita selalu dimain-mainin oleh pasar,” ungkap Presiden.

Lebih lanjut Ia mengaku, tidak mempersoalkan jika Uni Eropa yang memunculkan isu tidak ramah lingkungan tidak membeli CPO, karena sekarang Indonesia telah menjadikan CPO tersebut menjadi B20 (Biodiesel 20) dan B30. “Coba bayangkan dengan menjadikan CPO kita ke B30, kita menghemat kurang lebih Rp110 triliun per tahun, dan nantinya kalau sampai kepada B50 saya enggak bisa menghitung, yang jelas pasti lebih dari Rp200 triliun,” paparnya.

Sambung dia menambahkan, dirinya tidak bisa membayangkan kalau nanti masuk B100, maka Indonesia tidak akan mengimpor minyak lagi. Demikian juga dengan nikel ore yang selama ini selalu diekspor sebagai bahan mentah. Menurut Presiden, sejak Januari lalu ekspor nikel ore telah dihentikan karena strategi besar Indonesia ke depan ingin menjadikan nikel menjadi baterai litium, yang dipakai untuk mobil listrik.

Diakui Presiden, transformasi ekonomi tersebut memang berat dan sulit. Tetapi ia menegaskan, kalau negara tidak memiliki strategi ekonomi dan strategi bisnis besar dalam rangka merancang sebuah pembangunan jangka panjang, maka Indonesia akan terus menjadi eksportir bahan mentah.

“Inilah juga riset yang terus kita lakukan agar nanti yang namanya lithium battery kita harapkan dalam 2-3 tahun ke depan ini akan ketemu. Yang harganya memiliki tingkat keekonomian yang bisa diterima oleh pasar,” jelas Presiden.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2433 seconds (0.1#10.140)