Stabilkan Harga Beras Melalui Sistem Resi Gudang

Minggu, 12 Januari 2020 - 03:13 WIB
Stabilkan Harga Beras Melalui Sistem Resi Gudang
Stabilkan Harga Beras Melalui Sistem Resi Gudang
A A A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengajak pedagang pengepul, atau yang lazim disebut tengkulak memanfaatkan Sistem Resi Gudang (SRG) untuk membantu petani menstabilkan harga beras saat panen raya tiba. Petani, pedagang pengepul, dan pengelola gudang SRG diharapkan dapat bersinergi membangun hubungan yang saling menguntungkan.

"Menghadapi panen raya yang diperkirakan jatuh pada awal 2020, pemerintah berupaya membantu petani menyerap hasil produk pertanian melalui skema SRG. Para petani, pedagang pengepul, dan pengelola gudang SRG diharapkan dapat bersinergi menjaga stabilisasi harga pada saat panen tiba," ujar Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Tjahya Widayanti.

Dia pun melanjutkan SRG dapat menjadi peluang besar bagi para pedagang pengepul untuk meningkatkan kegiatan bisnisnya. "Pedagang pengepul dan petani dapat bekerja sama dengan membentuk kelompok tani (poktan) atau gabungan kelompok tani (gapoktan) dan membeli hasil panen anggotanya untuk disimpan di gudang SRG," jelas Tjahya.

Selanjutnya, resi gudang yang diterbitkan pengelola gudang SRG dapat diagunkan di bank untuk mendapatkan pembiayaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembiayaan yang diperoleh dapat digunakan sebagai modal usaha untuk membeli produk pertanian kembali. Setelah harga membaik, komoditas yang disimpan di gudang SRG dapat dikeluarkan dan dijual kembali.

"Dalam skema kerja sama ini, sebagian keuntungan yang diperoleh pedagang pengepul dari selisih harga pembelian dari poktan/gapoktan dengan harga penjualan pada saat harga tinggi dapat diberikan kembali kepada petani sebagai keuntungan bersama," paparnya.

Menurut Tjahya, kerja sama tersebut tentunya akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Selama ini, permasalahan klasik yang dihadapi para petani Indonesia pada umumnya adalah keterikatan dengan sistem ijon.
Pada sistem ijon, petani sudah menerima uang dari pedagang pengepul atau pelaku usaha yang kemudian digunakan petani untuk modal kerja atau memenuhi kebutuhan hidup sebelum panen tiba.
Menurut Tjahya, keberadaan para tengkulak sulit dan bahkan tidak bisa dihilangkan. Hal ini karena peran dan jasa pengepul membantu petani untuk memperoleh modal kerja dengan cepat. Secara psikologis, hubungan antara tengkulak dan petani juga sudah sangat dekat.

Tjahya juga menegaskan, Bappebti terus berupaya meningkatkan peran perdagangan berjangka komoditi dalam meningkatkan perekonomian nasional melalui percepatan dalam implementasi pelaksanaan SRG.

"Salah satu program yang diangkat Bappebti saat ini adalah peningkatan koordinasi dan kerja sama lintas kementerian/lembaga. Selain itu, kita juga melakukan sosialisasi kebijakan SRG untuk mengoptimalkan pemanfaatan gudang SRG para pelaku usaha, khususnya di sektor pertanian," pungkas Tjahya.

Sebagai konsekuensinya, petani harus menjual hasil panennya kepada pedagang pengepul dengan harga yang ditentukan pedagang pengepul tersebut. Sehingga petani tidak memiliki posisi tawar yang baik dan tidak bisa menikmati hasil usahanya secara optimal.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6365 seconds (0.1#10.140)