Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Tumbuh 15,35% di 2019

Kamis, 06 Februari 2020 - 18:08 WIB
Industri Tekstil dan...
Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Tumbuh 15,35% di 2019
A A A
JAKARTA - Industri tekstil dan pakaian jadi menunjukkan kinerja yang gemilang sepanjang tahun 2019 dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,35%. Capaian tersebut menunjukkan perkembangan yang terus membaik di tengah tekanan kondisi ekonomi global.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pertumbuhan signifikan di sektor industri tekstil dan pakaian jadi ditopang oleh meningkatnya produksi pakaian jadi di sentra-sentra industri.

"Industri tekstil dan pakaian sebagai satu dari lima sektor manufaktur yang menjadi prioritas dalam pengembangannya berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Sektor industri tekstil dan produk testil (TPT) juga mencatat nilai ekspor sepanjang tahun 2019 yang mencapai USD12,9 miliar. Sebagai salah satu sektor padat karya, sektor tersebut telah menyerap tenaga kerja sebanyak 3,73 juta orang.

Agus melanjutkan, pihaknya terus menjalankan beberapa langkah untuk terus meningkatkan kinerja sektor tersebut. Diantaranya dengan mendorong perluasan akses pasar serta merestrukturisasi mesin dan peralatan.

"Jadi, untuk menggenjot daya saing industri TPT, banyak hal yang kami pacu. Misalnya, memudahkan ketersediaan bahan baku dan pasokan energi," tuturnya.

Sektor industri nonmigas lainnya yang juga tumbuh optimal pada 2019 adalah industri kertas, dan barang dari kertas, percetakan dan reproduksi media rekaman sebesar 8,86% yang sejalan dengan meningkatnya permintaan luar negeri.

Selanjutnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional sebesar 8,38% yang pertumbuhannya didorong oleh peningkatan produksi bahan kimia, barang dari kimia, serta produk farmasi, obat kimia, dan obat tradisional.

Kemudian, industri furnitur mencapai 8,35% yang dipengaruhi peningkatan permintaan luar negeri sehingga mendorong tumbuhnya ekspor. Sementara, industri makanan dan minuman dengan pertumbuhan stabil sebesar 7,78%, didukung oleh peningkatan produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah.

Agus optimistis dengan target pertumbuhan ekonomi, serta kinerja industri manufaktur Tanah Air yang akan terus membaik, bahkan mampu mencapai target pertumbuhan hingga 5,3%. Terlebih bila didukung dengan penetapan harga gas untuk industri yang diharapkan maksimal sebesar USD6 per million metric british thermal unit (MMBTU).

“Sebelumnya, kami menyampaikan tujuh isu di sektor industri yang harus ditindaklanjuti, apabila isu harga gas untuk industri bisa diselesaikan, pemerintah optimistis dengan target pertumbuhan sektor industri," paparnya.

Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan nonmigas terhadap terhadap total PDB 2019 mencapai 17,58%. Angka tersebut menunjukkan bahwa sektor industri masih terus konsisten memberikan kontribusi terbesar pada perekonomian nasional.

Sementara itu, ekspor sektor industri pada Januari-Desember 2019 tercatat sebesar USD126,57 miliar dan menyumbang 75,5% dari total ekspor Indonesia.

Lima sektor yang memberikan sumbangsih paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri pengolahan sepanjang tahun 2019, yaitu industri makanan yang menyetor hingga USD27,16 miliar (21,46%).

Selanjutnya, industri logam dasar USD17,37 miliar (13,72%), industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia USD12,65 miliar (10%), industri pakaian USD8,3 miliar (6,56%), serta industri kertas dan barang dari kertas yang menyetor USD7,27 miliar (5,74%).
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2144 seconds (0.1#10.140)