Rupiah Diprediksi Kembali Berkibar
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Selasa ini diprediksi kembali berkibar. Senin kemarin, rupiah di pasar spot Bloomberg menguat 33 poin atau 0,24% ke level Rp13.660 per USD.
Head of Economic Research Pefindo, Fikri Permana, menerangkan sentimen positif bagi rupiah karena fundamental ekonomi yang cukup kuat. Ini terbukti dari ketertarikan investor asing yang cukup besar terhadap lelang primer Surat Utang Negara (SUN) sehingga mungkin akan menyebabkan oversubscribe yang besar.
"Dari sisi teknis, apresiasi rupiah pada Senin kemarin cukup kuat. Sehingga mungkin akan berlanjut di Selasa ini. Potensi kurs rupiah berada di rentang Rp13.580 hingga Rp13.680 per USD," terang Fikri di Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Meski demikian, ia menerangkan ada faktor eksternal yang bisa menghambat laju rupiah. Yaitu downside risk ekonomi dari Argentina, India, China diperkirakan bisa cukup mempengaruhi kepercayaan investor terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Faktor tersebut bis mempengaruhi laju penguatan rupiah. Tapi dampaknya akan relatif kecil dibandingkan perilaku pricing in atau front loading investor," jelasnya.
Head of Economic Research Pefindo, Fikri Permana, menerangkan sentimen positif bagi rupiah karena fundamental ekonomi yang cukup kuat. Ini terbukti dari ketertarikan investor asing yang cukup besar terhadap lelang primer Surat Utang Negara (SUN) sehingga mungkin akan menyebabkan oversubscribe yang besar.
"Dari sisi teknis, apresiasi rupiah pada Senin kemarin cukup kuat. Sehingga mungkin akan berlanjut di Selasa ini. Potensi kurs rupiah berada di rentang Rp13.580 hingga Rp13.680 per USD," terang Fikri di Jakarta, Selasa (18/2/2020).
Meski demikian, ia menerangkan ada faktor eksternal yang bisa menghambat laju rupiah. Yaitu downside risk ekonomi dari Argentina, India, China diperkirakan bisa cukup mempengaruhi kepercayaan investor terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Faktor tersebut bis mempengaruhi laju penguatan rupiah. Tapi dampaknya akan relatif kecil dibandingkan perilaku pricing in atau front loading investor," jelasnya.
(ven)