35.000 Karyawan HSBC Terancam Kena PHK Saat Keuntungan Terjun Bebas

Selasa, 18 Februari 2020 - 18:02 WIB
35.000 Karyawan HSBC...
35.000 Karyawan HSBC Terancam Kena PHK Saat Keuntungan Terjun Bebas
A A A
LONDON - HSBC mengatakan bakal mengurangi tenaga kerja secara massal mencapai 35.000 orang setelah merilis keuntungan untuk tahun 2019 jatuh sekitar sepertiganya. Kondisi tersebut memaksa HSBC menargetkan melakukan penghematan mencapai USD4,5 miliar hingga 2020 sebagai bagian dari rencana restrukturisasi besar-besaran.

Seperti dilansir BBC, tercatat sebagian besar pendapatan HSBC berasal dari Asia dengan laporan laba tahunan sebelum pajak mencapai sebesar USD13,35 miliar. Diterangkan angka tersebut mengalami penurunan yang disebabkan terkait dengan investasi dan operasional komersil perbankan di Eropa.

Kepala Eksekutif HSBC Noel Quinn mengatakan, bahwa bank akan melakukan pengurangan dari 235.000 orang pekerja menjadi sekitar 200.000 selama tiga tahun ke depan. Kurang lebih HSBC bakal memangkas 35.000 orang tenaga kerja yang setara dengan 15% dari total keseluruhan.

Sementara sebelumnya analis telah memperkirakan ada sekitar 10.000 tenaga kerja yang akan mengalami pemutusan hubungan kerja. HSBC saat ini telah beroperasi lebih dari 50 negara di seluruh Amerika Utara, Eropa, Timur Tengah dan Asia. Dengan mempekerjakan lebih dari 40.000 orang di Inggris, di mana HSBC memiliki kantor pusatnya.

Sekitar 10.000 di antaranya bekerja di kantor pusat yang berbasis di Canary Wharf, London, sedangkan 2.000 lainnya bekerja di kantor pusat Inggris yang baru yakni Birmingham. HSBC juga menerangkan pengurangan karyawan akan terjadi di Eropa dan AS, meski belum diberikan penjelasan secara spesifik dimana pemotongan terbesar akan terjadi.

Pakar perbankan dan mantan Dekan London Institute of Banking & Finance Peter Hahn mengutarakan, HBSC terlalu optimistis tentang peluang keberhasilan mereka dalam investasi perbankan."Kenyataannya adalah bahwa pasar investasi terbesar di dunia adalah AS, dan jika Anda tidak besar di AS dalam investasi perbankan. Hal itu cukup sulit untuk berhasil dalam bisnis itu," jelasnya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9247 seconds (0.1#10.140)