Milenial Mulai Gemar Berinvestasi
A
A
A
JAKARTA - Istilah investasi tidak hanya familier di telinga orang tua, anak muda saat ini pun sudah mulai sadar akan investasi. Tak heran, bila investasi di kalangan anak muda sudah menjadi tren tersendiri.
Siapa yang tidak kenal Warren Buffet? Pria asal Amerika Serikat ini telah sukses menjadi orang terkaya ketiga versi Forbes 2019 dengan total kekayaan mencapai USD86,6 miliar. Berkat kesabarannya dalam mengelola keuangan dan andal dalam investasi, membuatnya dijuluki investor tersukses di dunia.
Dalam usia 11 tahun, Warren telah memiliki tiga lembar saham dari Cities Service Preferred senilai USD38. Warren pun selalu berprinsip bahwa investasi akan lebih baik bila dilihat jangka panjang dan bukan dilakukan transaksi jual-beli dalam jangka pendek.
Kesuksesan Warren tampaknya berhasil mendorong para milenial memulai investasi untuk tabungan masa depannya. Tidak heran bila setiap tahunnya investor milenial terus mengalami peningkatan. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Ditjen PPR) menunjukkan tingginya kesadaran investasi di kalangan milenial pun terlihat dari keberhasilan penjualan Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR 009 yang melebihi target indikatif sebesar Rp2 triliun, dengan total investor sebanyak 11.247.
Rata-rata para investor baru tersebut didominasi oleh generasi milenial sebanyak 50,97%, sedangkan generasi X yang lahir 1965–1979 sebanyak 28,03%, generasi Baby Boomers 1946–1964 sebanyak 28,03%, dan generasi tradisional 1928–1945 sebanyak 1,71%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudistira mengatakan, hal tersebut merupakan progres yang baik karena saat ini para milenial sudah diberikan kemudahan akses informasi dan sudah lebih melek investasi sejak duduk di bangku sekolah. "Meskipun dari kalangan milenial tersebut ada yang uangnya masih pinjam orang tua, ada juga yang berinvestasi dari gaji meskipun baru awal bekerja," jelas Bima.
Cara paling mudah dan murah untuk memulai investasi adalah dengan menabung reksa dana secara berkala. Dengan reksa dana, milenial bisa memiliki beberapa portofolio aset tanpa harus mengeluarkan uang yang besar.
Untuk para milenial yang ingin memulai investasi di reksa dana tetapi belum menetapkan tujuan investasi dalam jangka panjang, Bima merekomendasikan agar bisa mencoba berinvestasi di reksa dana pasar uang. "Reksa dana pasar uang merupakan produk investasi yang memiliki risiko paling rendah di antara produk reksa dana lainnya, serta memberikan imbalan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang didapat dengan menyimpan uang di deposito perbankan," ungkapnya.
Direktur Indo Premier Investment Management (IPIM) Noviono Darmosusilo mengatakan, instrumen investasi yang saat ini mulai diminati termasuk oleh kalangan milenial yakni Exchange Traded Fund (ETF). Di Indonesia, instrumen investasi ETF itu muncul di Indonesia sejak 12 tahun lalu, dalam bentuk Reksa dana ETF yang memiliki keunggulan komparatif, di antaranya menampilkan seluruh isi portofolionya secara akurat dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. ETF juga memiliki likuiditas sesuai dengan kedalaman pasar dan dapat ditransaksikan secara berkesinambungan selama jam perdagangan Bursa. ETF yang mengacu pada indeks pasar mampu memberikan market performance secara konsisten.
“Kami sendiri terus menggali ide-ide produk baru yang memberikan kemudahan bagi investor. Tidak hanya mudah dalam pelaksanaan eksekusinya, namun juga memberikan kemudahan bagi investor dalam penyusunan portofolio mereka,” katanya.
Meski berada di tengah suasana ketidakpastian tahun ini, Noviono mengatakan ada momen yang tepat bagi industri pengelolaan investasi untuk berkolaborasi dengan investor. Menurut dia, investasi ETF semakin dilirik karena berinvestasi pada ETF atau Reksa Dana Bursa investor tidak perlu terpaku pada penentuan Nilai Aktiva Bersih (NAB) di akhir hari, karena perdagangan dapat dilakukan selama jam perdagangan di BEI menggunakan indikatif NAB.
Untuk ETF Saham, diversifikasi dapat dilakukan secara seketika karena ETF tersebut terdiri atas portofolio saham unggulan sehingga mampu mengurangi gejolak volatilitas dan risiko investasi pada satuan saham. Ini sangat bermanfaat bagi para investor saham, di mana instrumen investasi seperti saham secara natural memiliki volatilitas cukup tinggi.
“Instrumen investasi ETF saat ini memang semakin digemari para investor, baik investor ritel maupun institusi. Ini karena kemudahan transaksi yang ditawarkan produk ini dengan berbagai kelebihan di antaranya real time, likuid, transparan, dan efisien,” tegasnya. Hingga Januari 2020, dari 40 ETF yang listing di Bursa Efek Indonesia, total dana kelolaan telah mencapai Rp14,2 triliun.
Investor ETF memiliki kecepatan eksekusi yang tinggi terhadap investasinya melalui penerapan teknologi yang mutakhir. Penggunaan teknologi itu juga memungkinkan investor untuk memiliki kendali penuh pada tiap kondisi pasar. Noviono mengatakan, IPIM memiliki total dana kelolaan para investor sekitar Rp7,2 triliun dari 11 Premier ETF. Saat ini IPIM memiliki 22 produk reksa dana. Tujuan penerbitan produk reksa dana ETF baru ini adalah untuk memperkaya ragam reksa dana yang dapat dipilih oleh investor sesuai dengan kebutuhan investasinya.
Perencana keuangan Safir Senduk memerikan tips kepada para generasi muda yang ingin melakukan investasi, di antaranya menetapkan tujuan keuangan lebih dahulu. Tidak perlu muluk-muluk, misalnya untuk liburan, membeli gawai atau uang muka pembelian rumah.
Langkah berikutnya, menentukan target atau nilai yang ingin dicapai, lalu memilih instrumen investasi sesuai tujuan keuangan dan profil risiko.
"Perlunya diverifikasi investasi dengan menempatkan investasi kita ke berbagai instrumen investasi, misalnya ada alokasi untuk pasar uang, obligasi, dan saham. Tujuannya untuk meminimalkan risiko kerugian," jelas Safir. (Aprilia S Andyna)
Siapa yang tidak kenal Warren Buffet? Pria asal Amerika Serikat ini telah sukses menjadi orang terkaya ketiga versi Forbes 2019 dengan total kekayaan mencapai USD86,6 miliar. Berkat kesabarannya dalam mengelola keuangan dan andal dalam investasi, membuatnya dijuluki investor tersukses di dunia.
Dalam usia 11 tahun, Warren telah memiliki tiga lembar saham dari Cities Service Preferred senilai USD38. Warren pun selalu berprinsip bahwa investasi akan lebih baik bila dilihat jangka panjang dan bukan dilakukan transaksi jual-beli dalam jangka pendek.
Kesuksesan Warren tampaknya berhasil mendorong para milenial memulai investasi untuk tabungan masa depannya. Tidak heran bila setiap tahunnya investor milenial terus mengalami peningkatan. Data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Ditjen PPR) menunjukkan tingginya kesadaran investasi di kalangan milenial pun terlihat dari keberhasilan penjualan Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR 009 yang melebihi target indikatif sebesar Rp2 triliun, dengan total investor sebanyak 11.247.
Rata-rata para investor baru tersebut didominasi oleh generasi milenial sebanyak 50,97%, sedangkan generasi X yang lahir 1965–1979 sebanyak 28,03%, generasi Baby Boomers 1946–1964 sebanyak 28,03%, dan generasi tradisional 1928–1945 sebanyak 1,71%.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudistira mengatakan, hal tersebut merupakan progres yang baik karena saat ini para milenial sudah diberikan kemudahan akses informasi dan sudah lebih melek investasi sejak duduk di bangku sekolah. "Meskipun dari kalangan milenial tersebut ada yang uangnya masih pinjam orang tua, ada juga yang berinvestasi dari gaji meskipun baru awal bekerja," jelas Bima.
Cara paling mudah dan murah untuk memulai investasi adalah dengan menabung reksa dana secara berkala. Dengan reksa dana, milenial bisa memiliki beberapa portofolio aset tanpa harus mengeluarkan uang yang besar.
Untuk para milenial yang ingin memulai investasi di reksa dana tetapi belum menetapkan tujuan investasi dalam jangka panjang, Bima merekomendasikan agar bisa mencoba berinvestasi di reksa dana pasar uang. "Reksa dana pasar uang merupakan produk investasi yang memiliki risiko paling rendah di antara produk reksa dana lainnya, serta memberikan imbalan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang didapat dengan menyimpan uang di deposito perbankan," ungkapnya.
Direktur Indo Premier Investment Management (IPIM) Noviono Darmosusilo mengatakan, instrumen investasi yang saat ini mulai diminati termasuk oleh kalangan milenial yakni Exchange Traded Fund (ETF). Di Indonesia, instrumen investasi ETF itu muncul di Indonesia sejak 12 tahun lalu, dalam bentuk Reksa dana ETF yang memiliki keunggulan komparatif, di antaranya menampilkan seluruh isi portofolionya secara akurat dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. ETF juga memiliki likuiditas sesuai dengan kedalaman pasar dan dapat ditransaksikan secara berkesinambungan selama jam perdagangan Bursa. ETF yang mengacu pada indeks pasar mampu memberikan market performance secara konsisten.
“Kami sendiri terus menggali ide-ide produk baru yang memberikan kemudahan bagi investor. Tidak hanya mudah dalam pelaksanaan eksekusinya, namun juga memberikan kemudahan bagi investor dalam penyusunan portofolio mereka,” katanya.
Meski berada di tengah suasana ketidakpastian tahun ini, Noviono mengatakan ada momen yang tepat bagi industri pengelolaan investasi untuk berkolaborasi dengan investor. Menurut dia, investasi ETF semakin dilirik karena berinvestasi pada ETF atau Reksa Dana Bursa investor tidak perlu terpaku pada penentuan Nilai Aktiva Bersih (NAB) di akhir hari, karena perdagangan dapat dilakukan selama jam perdagangan di BEI menggunakan indikatif NAB.
Untuk ETF Saham, diversifikasi dapat dilakukan secara seketika karena ETF tersebut terdiri atas portofolio saham unggulan sehingga mampu mengurangi gejolak volatilitas dan risiko investasi pada satuan saham. Ini sangat bermanfaat bagi para investor saham, di mana instrumen investasi seperti saham secara natural memiliki volatilitas cukup tinggi.
“Instrumen investasi ETF saat ini memang semakin digemari para investor, baik investor ritel maupun institusi. Ini karena kemudahan transaksi yang ditawarkan produk ini dengan berbagai kelebihan di antaranya real time, likuid, transparan, dan efisien,” tegasnya. Hingga Januari 2020, dari 40 ETF yang listing di Bursa Efek Indonesia, total dana kelolaan telah mencapai Rp14,2 triliun.
Investor ETF memiliki kecepatan eksekusi yang tinggi terhadap investasinya melalui penerapan teknologi yang mutakhir. Penggunaan teknologi itu juga memungkinkan investor untuk memiliki kendali penuh pada tiap kondisi pasar. Noviono mengatakan, IPIM memiliki total dana kelolaan para investor sekitar Rp7,2 triliun dari 11 Premier ETF. Saat ini IPIM memiliki 22 produk reksa dana. Tujuan penerbitan produk reksa dana ETF baru ini adalah untuk memperkaya ragam reksa dana yang dapat dipilih oleh investor sesuai dengan kebutuhan investasinya.
Perencana keuangan Safir Senduk memerikan tips kepada para generasi muda yang ingin melakukan investasi, di antaranya menetapkan tujuan keuangan lebih dahulu. Tidak perlu muluk-muluk, misalnya untuk liburan, membeli gawai atau uang muka pembelian rumah.
Langkah berikutnya, menentukan target atau nilai yang ingin dicapai, lalu memilih instrumen investasi sesuai tujuan keuangan dan profil risiko.
"Perlunya diverifikasi investasi dengan menempatkan investasi kita ke berbagai instrumen investasi, misalnya ada alokasi untuk pasar uang, obligasi, dan saham. Tujuannya untuk meminimalkan risiko kerugian," jelas Safir. (Aprilia S Andyna)
(ysw)