Ajak Mahasiswa Jadi Petani Milenial, Mentan Ajak Perguruan Tinggi Bersinergi

Selasa, 25 Februari 2020 - 23:32 WIB
Ajak Mahasiswa Jadi...
Ajak Mahasiswa Jadi Petani Milenial, Mentan Ajak Perguruan Tinggi Bersinergi
A A A
BOGOR - Perguruan tinggi di Indonesia sudah saatnya bersinergi dalam membangun pertanian, salah satunya melalui pengetahuan dari para mahasiswa pertanian sehingga dapat berguna sampai di level desa. Selain itu, mahasiswa juga harus diajak menjadi bibit petani milenial dengan membangun pertanian menggunakan teknologi yang semakin hari semakin canggih.

"Sehingga ilmu yang didapatkan dari kampus bisa dipraktekan di lapangan. Dengan resolusi yang dekat dari satelit yang kita miliki maka kita bisa lihat sebenarnya daerah mana yang akan panen berapa bulan lagi, seperti apa kemampuan hara yang ada di daerah dan ini semua harus dipelajari IPB," kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) saat membuka acara Diskusi Publik Dalam Penguasaan dan Pengembangan Inovasi Teknologi Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional, di Kampus IPB University Dramaga, Bogor, Selasa (25/2/2020)

Lebih lanjut, Mantan Gubernur Sulawesi Selatan, kampus semacam IPB University ini harus ada disetiap daerah dengan sekurang-kurangnya ilmu mahasiwa pertanian bisa berguna di tingkat desa. Terkait dengan penguasaan dan pengembangan inovasi teknologi pertanian, menurutnya sangat penting dalam meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani. Sebab jika bicara pertanian adalah langsung menyangkut aspek dasar menghidupkan masyarakat maju dan rumah tangga yang sejahtera.

"Bicara pertanian juga menemukan solusi harapan dan kebutuhan pangan, tidak hanya tugas pemerintah tapi melibatkan semua pihak. Dengan begitu, pertanian merupakan sebuah gerakan bersama membangun kebutuhan bangsa dan menyadarkan semua orang yang memliki kepentingan publik untuk sama-sama membangun pertanian," jelasnya.

Maka dari itu, SYL berharap konsep pembangunan pertanian modern ini muncul dari perguruan tinggi. Ia menambahkan diskusi publik ini sangat penting untuk menemukan solusi dan harapan baru dalam membangun pertanian berbasis teknologi modern untuk menyediakan kebutuhan pangan bagi bangsa dan negara secara berdaulat.

"Cara membangun pertanian tidak boleh lagi menggunakan cara sebelumnya, tapi harus memakai cara berbasis teknologi digital, dan mekanisasi yang canggih," ujarnya.

Dengan demikian, lanjut dia, perguruan tinggi harus mampu menjawab tantangan pertanian saat ini. Kementerian Pertanian (Kementan) bersama perguruan tinggi pertanian harus melakukan perubahan yang lebih baik dalam meningkatkan produksi pangan. Sebab masalah pertanian dan paradigma-paradigma pertanian sudah bergeser dan harus menemukan cara-cara baru.

"Ada tiga aspek agenda besar yang bisa dilakukan pertanian. Pertama agenda mindset dengan akademik intelektual sesuai tantangan era dan yang harus terjadi antara lain dengan menggunakan online sistem, digital sistem, frekuensi titik-titik dan mekanisasi baik. Artificial intelijen, internet of thinking sistem dan segala macam sistem yang harus ada," tambahnya.

Di kesempatan tersebut, Rektor Institut Pertanian Bogor, Arif Satria sangat mengapresiasi langkah-langkah Kementan di bawah komando Syahrul Yasin Limpo dalam memperbaiki basis data sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi hasil pertanian. Menurutnya adanya AWR yang saat ini berada di Kementan menjadi langkah terupdate dalam membantu pemantauan permasalahan pertanian hingga kecamatan dan desa.

"Isu pangan selalu update, karena isu yang abadi di dunia adalah soal pangan. Ada indeks ketahanan pangan, isu kemiskinan, isu kelaparan dan regenerasi petani. Dengan data yang baik, bisa turut menghasilkan keputusan yang baik. Keseimbangan antara teknologi dan aliansi bisa lebih baik sehingga bisa membangun pertanian lebih baik," terangnya.

Selain itu, Arif juga mendukung penuh penerapan program Pertanian Masuk Sekolah (PMS) yang dijalankan Kementan sebagai jalan keluar atas minimnya minat generasi muda terhadap dunia pertanian. Program tersebut, bisa menjadi kunci majunya pertanian Indonesia yang berjalan secara mandiri dan modern.

"Memang seharunya program PMS itu ada dimana-mana karena kalau bicara pertanian tidak boleh berada di menara gading yang terlalu asik dengan teori dan diskusi. Akan tetapi, anak-anak kita juga harus belajar konsep, teori dan definisi praktek di lapangan," katanya.

Bahkan, pihaknya mengapresiasi kelembagaan Komando Strategi Pembangunan Pertanian (Kostratani) dan pusat data Agriculture War Room (AWR) yang dibangun Kementan secara singkat. Sebab, dari aspek intelektual, kedua terobosan ini patut diapresiasi karena erat kaitannya dengan dunia teknologi yang sedang dikembangkan kampus IPB.

"Saya melihat, hitung-hitungan area lahan melalui satelit dan artificial intelligence itu adalah agroklimat yang sangat bagus karena bisa membaca data secara cepat tentang berbagai hal. Misalnya soal berapa area lahan, kapan hujan sampai dengan persediaan pupuk bisa kita lihat dari satu ruangan. Ini sejalan dengan teknologi yang sedang dikembangkan IPB," katanya.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2658 seconds (0.1#10.140)