Kekhawatiran Berlebih pada Corona Bisa Menekan Pasar Keuangan

Minggu, 01 Maret 2020 - 13:13 WIB
Kekhawatiran Berlebih...
Kekhawatiran Berlebih pada Corona Bisa Menekan Pasar Keuangan
A A A
JAKARTA - Direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee memandang, kecemasan pelaku pasar terjadi karena penyebaran virus corona saat ini tumbuh lebih cepat di luar China dimana hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pasokan barang dan permintaan konsumen yang turun lebih besar dari estimasi sebelumnya.

Akhir pekan pada bulan Februari 2020 indeks dunia turun akibat pejabat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengkonfirmasi kasus pertama virus corona di Amerika Serikat (AS) tepatnya di California Utara.

Pasien ternyata tidak memiliki riwayat perjalanan atau kontak sehingga membuat orang tersebut berada dalam risiko terkena virus corona. Gubernur California Gavin Newsom mengatakan pemerintah AS memantau 8.400 orang terkait virus corona.

Pelaku pasar saat ini berspekulasi Federal Reserve akan menurunkan suku bunga pada pertemuan Maret 2020 untuk memberikan stimulus menghadapi dampak penyebaran virus corona di dunia.

"Pelaku pasar menilai suku bunga AS saat ini jauh lebih tinggi dibanding anggota lainnya di G10, sehingga mempunyai ruang lebih luas untuk menurunkan suku bunga," kata Hans di Jakarta, Minggu (1/3/2020).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga memperingatkan bahwa virus corona memiliki potensi menjadi pandemi. WHO berpendapat epidemi virus corona telah mencapai titik puncak di China, tetapi kekhawatiran perluasannya penyebaran virus di negara-negara lain lain menimbulkan kekawatiran para pelaku pasar.

Lembaga pemeringkat Moody's berpendapat dampak virus corona akan memicu resesi global pada paruh pertama tahun ini. "Kami perkirakan wabah virus corona berhasil ditanggulangi tetapi pertumbuhan global pada kuartal pertama tahun 2020 pasti akan terpukul turun," imbuhnya.

Hans mengungkapkan, dampak virus corona pasti akan sangat terasa di sektor pariwisata, dimana pemerintah Indonesia telah menghentikan jalur penerbangan ke dan dari China sejak 5 Februari 2020.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 jumlah wisatawan mancanegara (wisman) asal China merupakan terbesar kedua atau sekitar 12,9% dari total kunjungan wisman ke Indonesia, dimana dalam satu tahun ada 2,1 juta kunjungan wisman China.

Bahkan, Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mengatakan ada potensi kerugian di sektor industri pariwisata yang mencapai puluhan miliar rupiah per bulan akibat turunnya jumlah kunjungan turis dari China.

Penyebaran virus corona ini telah membuat pengusaha jasa pariwisata diperkirakaan kehilangan 30% keuntungan, akibat pembatalan atau penundaan perjalanan.

Mengingat besarnya investasi dari kawasan Asia ke Indonesia, penyebaran virus corona dikawatirkan mengganggu potensi investasi dalam negeri. Dalam perdagangan Internasional China punya pengaruh lumayan besar terhadap Indonesia. Mengacu pada data nilai ekspor Indonesia ke Negara China pada 2019 mencapai USD25,8 miliar dalam rupiah sebesar Rp353,5 triliun.

Hans bilang, angka ini merupakan 16,7% dari total ekspor Indonesia. Sedangkan total nilai impor Indonesia yang berasal dari China sebesar USD44,6 miliar atau Rp611 triliun. Angka ini merupaakan 30% lebih dari total impor Indonesia dari China.

Impor dari China sebagian merupakan bahan baku dan alat produksi sehingga bila dampak virus korona berlangsung lama akan cukup merugikan. Tetapi kontribusi ekspor-impor pada pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif kecil sehingga tidak akan sangat mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pelaku pasar disarankan tidak perlu terlalu panik karena sebenarnya yang sembuh dari virus corona lebih banyak dibandingkan yang meninggal dunia. Dampak ekonomi virus corona pasti ada tetapi kekawatiran berlebih yang menyebabkan tekanan besar pada perekonomian dan pasar keuangan.

Hans menambahkan, bagi investor yang punya horizon waktu lebih dari dua tahun ini adalah periode yang bagus untuk memulai melakukan cicil beli di saham-saham berfundamental bagus. Peluang selalu datang dari koreksi tajam di pasar akibat ketakutan dan kekhawatiran berlebih.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1132 seconds (0.1#10.140)