Batal Bangun Kilang di Bontang, Pertamina Kaji Aceh dan Sumut

Selasa, 03 Maret 2020 - 15:26 WIB
Batal Bangun Kilang di Bontang, Pertamina Kaji Aceh dan Sumut
Batal Bangun Kilang di Bontang, Pertamina Kaji Aceh dan Sumut
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) membatalkan rencana pembangunan kilang baru (New Grass Root Refinery/NGRR) di Bontang, Kalimantan Timur. Saat ini, perseroan sedang mengkaji pemindahan lokasi pembangunan kilang tersebut yakni di Kuala Tanjung, Sumatera Utara, atau ke Arun, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam.

"Salah satunya di Kuala Tanjung. Ada juga yang sedang dikaji yaitu di Arun," ujar Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan di Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Menurut dia, terdapat sejumlah pertimbangan pemindahan lokasi pembangunan kilang baru tersebut. Pihaknya beralasan pemindahan kilang baru melihat dua hal mendasar yakni ketersediaan lahan dan lebih dekat dengan pasar. "Jadi alasannya kita melihat ketersediaan lahan dan dekat dengan market. Selain itu juga melihat potensi pasar internasional," jelasnya.

Tidak hanya itu, pemindahan pembangunan lokasi kilang juga disebabkan karena perubahan mitra strategis. Pasalnya, Pertamina tidak lagi bermitra dengan perusahaan asal Oman yakni Overseas Oil and Gas LLC (OOG). Selain itu, pihaknya juga mempertimbangkan penggunaan aset-aset infrastrukturnya.

"Alasan lain ya karena partner. Kita juga harus melihat penggunaan infrastruktur di Bontang tidak hanya Pertamina saja yang menggunakan. Jadi kita coba optimasi penggunaan aset-aset infrastruktur," kata dia.

Meski begitu, sebelum dilakukan pemindahan lokasi Pertamina secara resmi akan memutus kerja sama terlebih dahulu dengan OOG. Saat ini, pihaknya sedang melakukan pembicaraan guna mengakhiri kerja sama tersebut. "Kami mengusulkan untuk di-cancel atau diterminasi. Tapi ini harus melalui perjanjian kedua belah pihak," kata dia.

Hal senada juga sempat dilontarkan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Pihaknya mangatakan bahwa pembangunan kilang baru di Bontang berpotensi batal dan akan dipindah ke Kuala Tanjung. Nicke mengatakan bahwa pemindahan lokasi tersebut pertimbangannya karena dekat dengan infrastruktur pelabuhan Muara Tanjung milik PT Pelindo I.
Ia pun mengaku, Pertamina saat ini sedang mencari mitra investasi baru yang nantinya menjadi pengganti OOG. Pihaknya memastikan pembangunan kilang baru tersebut tidak terganggu meski tanpa OOG. "Tetap kami jalankan terkait pembebasan lahan dan penetapan lokasi. Seperti Kilang Cilacap, early works tetap jalan," kata dia.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan memberikan sinyal pengembangan proyek kilang baru di Bontang akan menggaet mitra strategis baru selain OOG. Rencananya program pembangunan kilang baru tersebut akan melibatkan investor dari Uni Emirat Arab.

Terdapat, dua investor asal UEA sebagai kandidat kuat menggantikan OOG yakni, Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC) dan Mubadala. "Nanti kita lihat apakah ADNOC atau Mubadala," tandas Luhut.

Luhut pun mendorong Pertamina mencari mitra strategis baru untuk melaksanakan program pembangunan kilang baru di Bontang. Pasalnya mitra Pertamina membangun Kilang Bontang yakni, OOG tidak menunjukkan kemajuan signifikan walaupun keduanya telah menandatangani kesepakatan kerangka kerja.

"Perusahaan asal Oman itu enggak kredibel karena sudah beberapa tahun ini enggak jadi. Kita akan larikan ke Abu Dhabi," tandasnya.

Luhut menyatakan, pergantian mitra tersebut tak lain untuk mendorong Pertamina segera mempercepat program pengembangan kilang. Tanpa pembangunan kilang, sebagian konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan tetap dipenuhi dari impor sehingga terus membebani neraca perdagangan.

Sebagaimana diketahui, OOG merupakan badan usaha jasa hilir migas asal Muscat, Oman. OOG terpilih menjadi mitra Pertamina setelah melewati proses seleksi pada Januari 2018 lalu. Dalam kerangka kerja Pertamina memiliki hak kelola di Kilang Bontang sekitar 10-30% dan sisanya secara mayoritas dimiliki oleh OOG. Alasan OOG menjadi mayoritas di kilang tersebut untuk menghemat belanja modal Pertamina.

Terkait perjanjian kerangka kerja berlaku 12 bulan. Pembangunan Kilang Bontang akan memiliki kapasitas 300.000 barel per hari dengan investasi kurang lebih USD10-USD15 miliar sudah termasuk proyek petrokimia. Selain Kilang Bontang, Pertamina juga tengah menjalankan program GRR pada Kilang Tuban dan sejumlah program revitalisasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP).

Sejumlah program RDMP tersebut dilaksanakan di Kilang Balikpapan, Kilang Dumai, Kilang Balongan dan Kilang Cilacap. Pertamina menargetkan kapasitas kilang yang saat ini sekitar 1 juta bph akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta bph pada 2026 mendatang.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8813 seconds (0.1#10.140)