Harga Jahe Mahal, Ini Langkah Kementerian Pertanian
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) akan terus meningkatkan pasokan komoditas tanaman herbal dan rmpah seperti jahe dan temulawak. Hal ini dikarenakan sejumlah rempah dan herbal seperti jahe mengalami kenaikan harga seiring naiknya permintaan.
Kasubdit Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan Wiwi Sutiwi mengatakan, konsumsi rempah tahun ini cenderung meningkat, karena banyak masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya kebugaran tubuh dengan mengonsumsi produk herbal.
"Terutama setelah adanya kasus penularan Covid-19 yang membuat masyarakat menyadari pentingnya produk pertanian untuk kesehatan. Bahkan akhir-akhir ini konsumsi jahe dan rempah meningkat tajam," kata Wiwi di Jakarta, Minggu (22/3/2020).
Berkaitan dengan itu, kata Wiwi, pemerintah akan mengimbangi peningkatan permintaan tersebut dengan pengembangan kawasan tanaman rempah dan obat di sejumlah wilayah seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
"Untuk mengimbangi angka konsumsi, kta akan mengembangkan kawasan jahe, merah, jahe gajah, jahe emprit dan rempah lainnya di sejumlah daerah. Produksi rempah harus meningkat dari angka tahun 2019 yang hanya 173.888 ton," katanya.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian Evi Savitri Iriani menyampaikan bahwa tanaman jahe, kunyit dan temulawak adalah tanaman rempah yang mengandung senyawa kurkumin dan gingerol yang mampu meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh.
Meski demikian, kata Evi, masyarakat sebaiknya mampu membedakan antara produk obat dan tanaman rempah. Produk obat, menurut dia adalah tanaman yang sudah diolah menjadi ramuan dan obat di Kementerian Kesehatan. Sedangkan rempah adalah jenis tanaman yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
"Kalau di kita (Kementan) belum bisa sampai ke produksi obat karena kita tidak punya wewenang untuk uji klinis yang harus dilakukan dokter," katanya.
Sejauh ini, lanjut Evi, Balitro sudah menghasilkan beberapa varietas rempah unggul serta menyediakan benih dan budidaya untuk kebutuhan tanaman rempah dan obat. "Kita sudah menghasilkan varietas jahe merah, jahe emprit, kunyit, temulawak, kencur, pala, lada, cengkeh dan kayumanis," katanya.
Kasubdit Tanaman Obat Ditjen Hortikultura Kementan Wiwi Sutiwi mengatakan, konsumsi rempah tahun ini cenderung meningkat, karena banyak masyarakat yang mulai sadar akan pentingnya kebugaran tubuh dengan mengonsumsi produk herbal.
"Terutama setelah adanya kasus penularan Covid-19 yang membuat masyarakat menyadari pentingnya produk pertanian untuk kesehatan. Bahkan akhir-akhir ini konsumsi jahe dan rempah meningkat tajam," kata Wiwi di Jakarta, Minggu (22/3/2020).
Berkaitan dengan itu, kata Wiwi, pemerintah akan mengimbangi peningkatan permintaan tersebut dengan pengembangan kawasan tanaman rempah dan obat di sejumlah wilayah seperti Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
"Untuk mengimbangi angka konsumsi, kta akan mengembangkan kawasan jahe, merah, jahe gajah, jahe emprit dan rempah lainnya di sejumlah daerah. Produksi rempah harus meningkat dari angka tahun 2019 yang hanya 173.888 ton," katanya.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian Evi Savitri Iriani menyampaikan bahwa tanaman jahe, kunyit dan temulawak adalah tanaman rempah yang mengandung senyawa kurkumin dan gingerol yang mampu meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh.
Meski demikian, kata Evi, masyarakat sebaiknya mampu membedakan antara produk obat dan tanaman rempah. Produk obat, menurut dia adalah tanaman yang sudah diolah menjadi ramuan dan obat di Kementerian Kesehatan. Sedangkan rempah adalah jenis tanaman yang bisa membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
"Kalau di kita (Kementan) belum bisa sampai ke produksi obat karena kita tidak punya wewenang untuk uji klinis yang harus dilakukan dokter," katanya.
Sejauh ini, lanjut Evi, Balitro sudah menghasilkan beberapa varietas rempah unggul serta menyediakan benih dan budidaya untuk kebutuhan tanaman rempah dan obat. "Kita sudah menghasilkan varietas jahe merah, jahe emprit, kunyit, temulawak, kencur, pala, lada, cengkeh dan kayumanis," katanya.
(fjo)