Pemerintah dorong ekspor olahan kayu
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar) terus mendorong ekspor produk olahan kayu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Kabid Bina Produksi dan Usaha Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, Suherman mengatakan, hampir 60 persen kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat di Jabar dijual secara gelondongan ke daerah lain, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sisanya, diolah di Jabar untuk kepentingan lokal dan ekspor. "Penjualan kayu gelondongan ke daerah lain masih cukup besar. Ini yang sedang kita dorong, agar kayu yang dihasilkan dari perkebunan rakyat bisa diolah dan dijual dalam bentuk produk jadi," jelas Suherman di sela-sela Rakor Pekebunan dan Kehutanan Provinsi Jabar, di Kota Bandung, Selasa (29/1/2013).
Menurut dia, pangsa pasar ekspor produk olahan kayu masih cukup menjanjikan. Potensi tersebut, semestinya bisa dimanfaatkan. Saat ini, ekspor olahan kayu dari Jabar masih sangat minim. Padahal, ekspor produk jadi akan lebih memberi manfaat besar terhadap petani kayu dan masyarakat sekitarnya. Karena, harga jual produk ekspor lebih kompetitif.
Pihaknya berharap investor dapat menjalin hubungan langsung dengan petani kayu sehingga keuntungan petani kayu bisa lebih besar. "Kehadiran investor juga akan menaikkan ekonomi masyarakat. Karena menyerap tenaga kerja," katanya.
Suherman menjelaskan, dari 3,7 juta luas lahan di Jabar, sekitar 800 ribu hektare adalah kawasan hutan rakyat. Dari jumlah tersebut, sekitar 429 ribu hektare merupakan hutan produktif. Beberapa daerah yang penghasil kayu di Jabar diantaranya, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Cianjur, dan Subang.
"Produksi kayu hutan rakyat mencapai dua juta kubik per tahun. Jumlah ini dipastikan akan terus naik, karena kecenderungan petani hutan rakyat apabila telah tebang, mereka akan menanam kembali," ujar dia.
Kabid Bina Produksi dan Usaha Kehutanan Dinas Kehutanan Provinsi Jabar, Suherman mengatakan, hampir 60 persen kayu yang dihasilkan dari hutan rakyat di Jabar dijual secara gelondongan ke daerah lain, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sisanya, diolah di Jabar untuk kepentingan lokal dan ekspor. "Penjualan kayu gelondongan ke daerah lain masih cukup besar. Ini yang sedang kita dorong, agar kayu yang dihasilkan dari perkebunan rakyat bisa diolah dan dijual dalam bentuk produk jadi," jelas Suherman di sela-sela Rakor Pekebunan dan Kehutanan Provinsi Jabar, di Kota Bandung, Selasa (29/1/2013).
Menurut dia, pangsa pasar ekspor produk olahan kayu masih cukup menjanjikan. Potensi tersebut, semestinya bisa dimanfaatkan. Saat ini, ekspor olahan kayu dari Jabar masih sangat minim. Padahal, ekspor produk jadi akan lebih memberi manfaat besar terhadap petani kayu dan masyarakat sekitarnya. Karena, harga jual produk ekspor lebih kompetitif.
Pihaknya berharap investor dapat menjalin hubungan langsung dengan petani kayu sehingga keuntungan petani kayu bisa lebih besar. "Kehadiran investor juga akan menaikkan ekonomi masyarakat. Karena menyerap tenaga kerja," katanya.
Suherman menjelaskan, dari 3,7 juta luas lahan di Jabar, sekitar 800 ribu hektare adalah kawasan hutan rakyat. Dari jumlah tersebut, sekitar 429 ribu hektare merupakan hutan produktif. Beberapa daerah yang penghasil kayu di Jabar diantaranya, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sukabumi, Cianjur, dan Subang.
"Produksi kayu hutan rakyat mencapai dua juta kubik per tahun. Jumlah ini dipastikan akan terus naik, karena kecenderungan petani hutan rakyat apabila telah tebang, mereka akan menanam kembali," ujar dia.
(izz)