Sebagian besar pabrik gula gunakan teknologi lama
A
A
A
Sindonews.com - Teknologi dan peralatan pabrik gula (PG) yang ada di Indonesia saat ini masih didominasi teknologi yang relatif ketinggalan zaman. Selain itu, optimalisasi kapasitas giling masih menjadi pekerjaan rumah yang belum bisa diselesaikan dengan baik.
Masalah optimalisasi ini juga terkait erat dengan tingkat teknologi yang ada di pabrik gula. "Ada beberapa PG yang berkapasitas 12.000 TCD sampai 14.000 TCD seperti Indo lampung dan Gunung Madu, tetapi beberapa pabrik juga memiliki kapasitas kecil, yaitu 1000 TCD sampai 1500 TCD. Teknologi yang digunakan juga relatif ketinggalan zaman," terang Direktur Utama PTPN XI Ir Subiyono saat memberikan materi kuliah umum di Aula Lantai 3 Gedung Mas Soerachman Universitas Jember.
Berdasarkan tingkat teknologinya, pabrik gula di tanah air bisa diklasifikasikan. Pertama, PG dengan teknologi dan peralatan sangat baik berjumlah 15 unit. Kedua, PG dengan teknologi dan peralatan sedang berjumlah 14 unit. Dan ketiga, PG dengan teknologi dan peralatan usang berjumlah 33 unit.
Dia menambahkan, kapasitas giling dari 62 PG yang ada di seluruh Indonesia mencapai 205.000 ton tebu per hari (TCD). Dengan asumsi 170 hari giling dan rendemen 9 persen, maka produksi yang bisa dihasilkan seharusnya mencapai 3,1 juta ton gula per tahun.
Seharusnya angka itu sudah mampu memenuhi kebutuhan gula kristal putih (GKP)/gula konsumsi, namun kini produksi GKP hanya di kisaran 2,5 juta ton pada tahun ini. Artinya, optimalisasi kapasitas giling masih menjadi pekerjaan rumah yang belum bisa diselesaikan dengan baik.
Masalah optimalisasi ini juga terkait erat dengan tingkat teknologi yang ada di pabrik gula. Saat ini terdapat sekitar 62 PG indonesia. Kapasitas pabrik berkisar 2.500 ton tebu per hari (TCD) sampai 6.000 TCD. Ada beberapa PG yang berkapasitas 12.000 TCD sampai 14.000 TCD seperti Indo lampung dan Gunung Madu.
Kapasitas giling dari 62 PG yang ada di seluruh Indonesia mencapai 205.000 ton tebu per hari (TCD). Dengan asumsi 170 hari giling dan rendemen 9 persen, maka produksi yang bisa dihasilkan seharusnya mencapai 3,1 juta ton gula per tahun. Seharusnya angka itu sudah mampu memenuhi kebutuhan gula kristal putih (GKP)/gula konsumsi, namun kini produksi GKP hanya di kisaran 2,5 juta ton pada tahun ini.
"Yang perlu dipahami, optimalisasi kapasitas giling PG dalam konteks ini adalah mengoperasikan pabrik dengan tidak semata berdasarkan pada kapasitas tertinggi dari salah satu atau beberapa stasiun yang ada. Optimalisasi ini berbeda dengan maksimalisasi yang memaksa PG berada pada kapasitas tertinggi namun tidak memperhatikan konsekuensi negatif yang akan ditimbulkan," katanya.
Dia menerangkan, industri tebu tanah air pada 2012 telah memproduksi gula sebagai produk utama sebesar 2,5 juta ton, meningkat dibanding 2011 sekira 2,2 juta ton. Angka tersebut sejatinya di bawah target pemerintah.
Meski demikian, produksi 2,5 juta ton tersebut patut disyukuri mengingat produksi gula dalam beberapa tahun terakhir ini sangat jarang pernah menembus angka 2,5 juta ton, kecuali pada 2008 dan 2009.
"Sekian tahun lamanya produktivitas jalan di tempat. Padahal, di sisi lain, konsumsi gula masyarakat terus meningkat seiring konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Ekonomi Indonesia yang membaik telah melahirkan 56,5 persen warga dari total penduduk Indonesia masuk dalam kategori kelas menengah dengan belanja USD2-20 per hari. Kelompok inilah yang menjadi penopang dari kenaikan konsumsi gula di tanah air," jelasnya.
Masalah optimalisasi ini juga terkait erat dengan tingkat teknologi yang ada di pabrik gula. "Ada beberapa PG yang berkapasitas 12.000 TCD sampai 14.000 TCD seperti Indo lampung dan Gunung Madu, tetapi beberapa pabrik juga memiliki kapasitas kecil, yaitu 1000 TCD sampai 1500 TCD. Teknologi yang digunakan juga relatif ketinggalan zaman," terang Direktur Utama PTPN XI Ir Subiyono saat memberikan materi kuliah umum di Aula Lantai 3 Gedung Mas Soerachman Universitas Jember.
Berdasarkan tingkat teknologinya, pabrik gula di tanah air bisa diklasifikasikan. Pertama, PG dengan teknologi dan peralatan sangat baik berjumlah 15 unit. Kedua, PG dengan teknologi dan peralatan sedang berjumlah 14 unit. Dan ketiga, PG dengan teknologi dan peralatan usang berjumlah 33 unit.
Dia menambahkan, kapasitas giling dari 62 PG yang ada di seluruh Indonesia mencapai 205.000 ton tebu per hari (TCD). Dengan asumsi 170 hari giling dan rendemen 9 persen, maka produksi yang bisa dihasilkan seharusnya mencapai 3,1 juta ton gula per tahun.
Seharusnya angka itu sudah mampu memenuhi kebutuhan gula kristal putih (GKP)/gula konsumsi, namun kini produksi GKP hanya di kisaran 2,5 juta ton pada tahun ini. Artinya, optimalisasi kapasitas giling masih menjadi pekerjaan rumah yang belum bisa diselesaikan dengan baik.
Masalah optimalisasi ini juga terkait erat dengan tingkat teknologi yang ada di pabrik gula. Saat ini terdapat sekitar 62 PG indonesia. Kapasitas pabrik berkisar 2.500 ton tebu per hari (TCD) sampai 6.000 TCD. Ada beberapa PG yang berkapasitas 12.000 TCD sampai 14.000 TCD seperti Indo lampung dan Gunung Madu.
Kapasitas giling dari 62 PG yang ada di seluruh Indonesia mencapai 205.000 ton tebu per hari (TCD). Dengan asumsi 170 hari giling dan rendemen 9 persen, maka produksi yang bisa dihasilkan seharusnya mencapai 3,1 juta ton gula per tahun. Seharusnya angka itu sudah mampu memenuhi kebutuhan gula kristal putih (GKP)/gula konsumsi, namun kini produksi GKP hanya di kisaran 2,5 juta ton pada tahun ini.
"Yang perlu dipahami, optimalisasi kapasitas giling PG dalam konteks ini adalah mengoperasikan pabrik dengan tidak semata berdasarkan pada kapasitas tertinggi dari salah satu atau beberapa stasiun yang ada. Optimalisasi ini berbeda dengan maksimalisasi yang memaksa PG berada pada kapasitas tertinggi namun tidak memperhatikan konsekuensi negatif yang akan ditimbulkan," katanya.
Dia menerangkan, industri tebu tanah air pada 2012 telah memproduksi gula sebagai produk utama sebesar 2,5 juta ton, meningkat dibanding 2011 sekira 2,2 juta ton. Angka tersebut sejatinya di bawah target pemerintah.
Meski demikian, produksi 2,5 juta ton tersebut patut disyukuri mengingat produksi gula dalam beberapa tahun terakhir ini sangat jarang pernah menembus angka 2,5 juta ton, kecuali pada 2008 dan 2009.
"Sekian tahun lamanya produktivitas jalan di tempat. Padahal, di sisi lain, konsumsi gula masyarakat terus meningkat seiring konsekuensi dari pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Ekonomi Indonesia yang membaik telah melahirkan 56,5 persen warga dari total penduduk Indonesia masuk dalam kategori kelas menengah dengan belanja USD2-20 per hari. Kelompok inilah yang menjadi penopang dari kenaikan konsumsi gula di tanah air," jelasnya.
(gpr)