Daging sapi mahal, ini siasat pengusaha katering
A
A
A
Sindonews.com - Para pengusaha katering yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI) mengemukakan beberapa langkah yang dilakukan untuk menyiasati mahalnya daging sapi.
Pertama, para pengusaha katering mencampur daging sapi dengan campuran roti. "Kalau daging, itu dimasak kecil terus umpamanya kita masak daging lapis ada campuran daging seperti dengan roti. Jelas dengan harga sekarang kalau 100 persen (daging), tidak terjangkau cost-nya," jelas Presiden APJI, Ning Sudjito usai konferensi pers di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (7/2/2013).
Selain itu, pengusaha katering juga mengurangi menu daging sapi dan mensubstitusikannya dengan ikan dan telur. "Kami kurangi daging dan kami gantikan ke ikan dan telur," lanjut Ning.
Menurut dia, cara-cara yang dilakukannya ini tidak mengurangi kandungan gizi makanan yang disajikannya. "Yang penting kita dituntut protein, lemak, dan karbohidrat. Standar gizi masih terjangkau," ungkapnya.
Akibat kenaikan harga daging ini, 42 ribu pengusaha katering anggota APJI mengalami kerugian hingga 20 persen. "Saya punya anggota 42.000 seluruh Indonesia. Kira-kira rugi 10-20 persen," tutup Ning.
Pertama, para pengusaha katering mencampur daging sapi dengan campuran roti. "Kalau daging, itu dimasak kecil terus umpamanya kita masak daging lapis ada campuran daging seperti dengan roti. Jelas dengan harga sekarang kalau 100 persen (daging), tidak terjangkau cost-nya," jelas Presiden APJI, Ning Sudjito usai konferensi pers di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (7/2/2013).
Selain itu, pengusaha katering juga mengurangi menu daging sapi dan mensubstitusikannya dengan ikan dan telur. "Kami kurangi daging dan kami gantikan ke ikan dan telur," lanjut Ning.
Menurut dia, cara-cara yang dilakukannya ini tidak mengurangi kandungan gizi makanan yang disajikannya. "Yang penting kita dituntut protein, lemak, dan karbohidrat. Standar gizi masih terjangkau," ungkapnya.
Akibat kenaikan harga daging ini, 42 ribu pengusaha katering anggota APJI mengalami kerugian hingga 20 persen. "Saya punya anggota 42.000 seluruh Indonesia. Kira-kira rugi 10-20 persen," tutup Ning.
(gpr)