BI minta BPR selektif berikan kredit
A
A
A
Sindonews.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPBI) DI Yogyakarta meminta Bank Perkreditan Rakyat (BPR) harus lebih selektif dalam mengucurkan kredit kepada nasabah. Selama 2012, BPR telah berhasil menekan kredit bermasalah (nonperformance loan/NPL) hingga di bawah 5 persen.
"NPL ini cukup bagus, tetapi BPR harus lebih hati-hati," jelas Deputi Kepala KPBI DIY, Causa Imam Karana di Yogyakarta, Jumat (8/2/2013).
Menurut Causa, selain BPR harus lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit, juga dituntut untuk melakukan pengawasan terhadap penyaluran kredit. Dengan cara ini, pertumbuhan kredit akan positif dengan NPL yang rendah.
Selama 2012, BPR di DIY mampu menyalurkan kredit sebesar Rp2,59 triliun. Nilai ini jauh meningkat dibanding dengan tahun 2011, yang hanya Rp2,19 triliun atau mengalami pertumbuhan sekitar 18 persen.
Jika pada 2011, NPL mencapai 5,47 persen, pada 2012 BPR mampu menekan NPL hingga 4,82 persen. BPR juga berhasil meningkatkan angka kolektabilitas kredit dengan menekan peringkat-peringkat kredit dari kurang lancar menjadi lancar.
"Kualitas ini harus lebih dikedepankan daripada hanya mengejar kualitas," ujar Causa.
Peneliti Senior KPBI DIY, Djoko Raharto berharap BPR bisa meningkatkan kredit produktifnya. Selama ini, kredit yang dikucurkan banyak berupa kredit konsumsi. Padahal dengan kredit investasi, bisa menghasilkan modal kerja.
Kredit konsumsi pada 2012, nilainya mencapai Rp1,39 triliun, sedangkan kredit
modal kerja Rp958 miliar dan kredit investasi Rp235 miliar. "Dibanding dengan bank umum, outstanding kredit masih rendah baru 11,85 persen," ujarnya.
"NPL ini cukup bagus, tetapi BPR harus lebih hati-hati," jelas Deputi Kepala KPBI DIY, Causa Imam Karana di Yogyakarta, Jumat (8/2/2013).
Menurut Causa, selain BPR harus lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit, juga dituntut untuk melakukan pengawasan terhadap penyaluran kredit. Dengan cara ini, pertumbuhan kredit akan positif dengan NPL yang rendah.
Selama 2012, BPR di DIY mampu menyalurkan kredit sebesar Rp2,59 triliun. Nilai ini jauh meningkat dibanding dengan tahun 2011, yang hanya Rp2,19 triliun atau mengalami pertumbuhan sekitar 18 persen.
Jika pada 2011, NPL mencapai 5,47 persen, pada 2012 BPR mampu menekan NPL hingga 4,82 persen. BPR juga berhasil meningkatkan angka kolektabilitas kredit dengan menekan peringkat-peringkat kredit dari kurang lancar menjadi lancar.
"Kualitas ini harus lebih dikedepankan daripada hanya mengejar kualitas," ujar Causa.
Peneliti Senior KPBI DIY, Djoko Raharto berharap BPR bisa meningkatkan kredit produktifnya. Selama ini, kredit yang dikucurkan banyak berupa kredit konsumsi. Padahal dengan kredit investasi, bisa menghasilkan modal kerja.
Kredit konsumsi pada 2012, nilainya mencapai Rp1,39 triliun, sedangkan kredit
modal kerja Rp958 miliar dan kredit investasi Rp235 miliar. "Dibanding dengan bank umum, outstanding kredit masih rendah baru 11,85 persen," ujarnya.
(rna)