Penyerapan tenaga kerja di Yogyakarta di bawah 15%
A
A
A
Sindonews.com - Penyerapan tenaga kerja di Yogyakarta masih rendah. Terhitung pada 2011 hingga 2012 penyerapan masih di bawah 15 persen dari total pengangguran yang ada.
Berdasarkan data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) selama dua tahun terakhir, tenaga kerja yang terserap rata-rata 13 persen. Dimana pada 2011 dari 18.241 pengangguran yang terserap hanya 2.259 orang atau 12,3 persen dan pada 2012 dari 17.217 pengangguran yang terserap 2.309 orang atau 13,3 persen.
Kabid Pengembangan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Yogyakarta, Sri Mulyatiningsih mengatakan, jika dilihat dari prosentase memang untuk penyerapan tenaga kerja belum optimal, sehingga belum dapat mengatasi pengangguran 100 persen.
Jumlah pengangguran sendiri paling banyak dari lulusan SMA/SMK dan sarjana, yakni 14.961 SMA/SMK dan 2.973 sarjana. “Untuk itu, saat ini kami terus berusaha mencari solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran itu,” ungkap Mulyatiningsih di aula humas pemkot setempat, Kamis (14/2/2013).
Mulyatiningsih menjelaskan, beberapa program untuk mengatasi pengangguran di kota Yogyakarta tersebut di antaranya dengan penempatan tenaga kerja baik antar kerja antar daerah (AKD|AD), antar kerja lokal (AKL) dan antar kerja antar negara (AKAN). Dari program ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja 300 orang.
“Untuk penempatan kerja ini, kami juga sudah menjalin kerja sama dengan daerah yang berbasis industri, seperti Batam, Jawa Barat dan Jawa Timur,” katanya.
Program lainnya, yaitu melalui pelatihan kewirausahaan, baik melalui pelatihan tenaga kerja mandiri terdidik (TKMT) dan tenaga kerja mandiri sektor informal (TKMSI). "Program ini diharapkan dapat menyerap masing-masing 30 orang,” paparnya.
Kemudian dari program pelatihan kewirausahaan TKM, yakni melalui pelatihan teknis diharapkan dapat menyerap 468 orang, yang selanjutnya mereka dapat membentuk kelompok. Setelah pelatihan tersebut untuk mendukung penciptaan lapangan kerja, nantinya tiap kelompok juga akan diberikan bantuan alat untuk berwirausaha.
“Sebelum mengikuti pelatihan kewirausahaan, terlebih dahulu akan diberikan pelatihan teknis dan pemagangan, baik pelatihan melalui kelurahan maupun institusional, seperti BLK dan LPK swasta. Untuk pelatihan teknis ini diharapkan ada 687 orang yang mengikuti,” terangnya.
Selain itu, untuk mengurangi pengangguran dan pelatihan, juga menyelenggarakan program transmigrasi. Pada tahun 2013 ini untuk Yogyakarta mendapatkan 20 Kepala Keluarga (KK).
Mereka akan ditempatkan di wilayah Sumatera Selatan, yakni kabupatan Ogan Komering Ilir, Banyuasin dan Ogan Ilir serta Kalimatan Tengan di kabupaten Sukamara.
“Pada tahun 2012 lalu, dari 25 kuota, yang berangkat 19 KK dengan 64 jiwa. Pada tahun ini kami harapkan dapat terpenuhi, apalagi untuk daftar tunggu calon transmigran hampir 100 KK,” akunya.
Berdasarkan data Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) selama dua tahun terakhir, tenaga kerja yang terserap rata-rata 13 persen. Dimana pada 2011 dari 18.241 pengangguran yang terserap hanya 2.259 orang atau 12,3 persen dan pada 2012 dari 17.217 pengangguran yang terserap 2.309 orang atau 13,3 persen.
Kabid Pengembangan Tenaga Kerja Dinsosnakertrans Yogyakarta, Sri Mulyatiningsih mengatakan, jika dilihat dari prosentase memang untuk penyerapan tenaga kerja belum optimal, sehingga belum dapat mengatasi pengangguran 100 persen.
Jumlah pengangguran sendiri paling banyak dari lulusan SMA/SMK dan sarjana, yakni 14.961 SMA/SMK dan 2.973 sarjana. “Untuk itu, saat ini kami terus berusaha mencari solusi untuk mengurangi jumlah pengangguran itu,” ungkap Mulyatiningsih di aula humas pemkot setempat, Kamis (14/2/2013).
Mulyatiningsih menjelaskan, beberapa program untuk mengatasi pengangguran di kota Yogyakarta tersebut di antaranya dengan penempatan tenaga kerja baik antar kerja antar daerah (AKD|AD), antar kerja lokal (AKL) dan antar kerja antar negara (AKAN). Dari program ini diharapkan mampu menyerap tenaga kerja 300 orang.
“Untuk penempatan kerja ini, kami juga sudah menjalin kerja sama dengan daerah yang berbasis industri, seperti Batam, Jawa Barat dan Jawa Timur,” katanya.
Program lainnya, yaitu melalui pelatihan kewirausahaan, baik melalui pelatihan tenaga kerja mandiri terdidik (TKMT) dan tenaga kerja mandiri sektor informal (TKMSI). "Program ini diharapkan dapat menyerap masing-masing 30 orang,” paparnya.
Kemudian dari program pelatihan kewirausahaan TKM, yakni melalui pelatihan teknis diharapkan dapat menyerap 468 orang, yang selanjutnya mereka dapat membentuk kelompok. Setelah pelatihan tersebut untuk mendukung penciptaan lapangan kerja, nantinya tiap kelompok juga akan diberikan bantuan alat untuk berwirausaha.
“Sebelum mengikuti pelatihan kewirausahaan, terlebih dahulu akan diberikan pelatihan teknis dan pemagangan, baik pelatihan melalui kelurahan maupun institusional, seperti BLK dan LPK swasta. Untuk pelatihan teknis ini diharapkan ada 687 orang yang mengikuti,” terangnya.
Selain itu, untuk mengurangi pengangguran dan pelatihan, juga menyelenggarakan program transmigrasi. Pada tahun 2013 ini untuk Yogyakarta mendapatkan 20 Kepala Keluarga (KK).
Mereka akan ditempatkan di wilayah Sumatera Selatan, yakni kabupatan Ogan Komering Ilir, Banyuasin dan Ogan Ilir serta Kalimatan Tengan di kabupaten Sukamara.
“Pada tahun 2012 lalu, dari 25 kuota, yang berangkat 19 KK dengan 64 jiwa. Pada tahun ini kami harapkan dapat terpenuhi, apalagi untuk daftar tunggu calon transmigran hampir 100 KK,” akunya.
(gpr)