Kulonprogo sambut baik pembatasan penjualan sapi
A
A
A
Sindonews.com – Pemkab Kulonprogo menyambut baik kebijakan Gubernur DI Yogyakarta (DIY) yang membatasi penjualan sapi ke luar daerah. Kebijakan tersebut diyakini akan meningkatkan populasi sapi potong di wilayah setempat.
Sekretaris Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kulonprogo, Sudarna mengatakan, populasi sapi di DIY, khususnya Kulonprogo pada 2012 menurun. Penurunan yang sangat signifikan mempengaruhi harga daging sapi di pasaran.
"Karena itu kami menyambut baik kebijakan pemerintah DIY membatasi penjualan sapi," kata Sudarna, Jumat (15/2/2013).
Dia menjelaskan, pada 2012 populasi sapi potong Kulonprogo turun hingga 22,12 persen atau hanya mencapai 56.491 ekor. Padahal, tahun 2011 populasinya menacapai 72.536 ekor. Dia berharap, pembatasan penjualan sapi membuat populasi kembali menyentuh angka ideal. "Sekitar 70-75 ribu ekor per tahun," ucapnya.
Dinas, kata dia, segera melakukan sosialisasi kepada peternak melalui kelompok agar tidak menjual sapi keluar DIY. Sebaliknya meningkatkan populasi sapi potong. Sosialisasi dibutuhkan karena banyak peternak menjual sapi keluar, mengingat harganya lebih tinggi.
"Sapi dari Kulonprogo banyak dijual ke Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Rata-rata penjualan sapi di atas 300 ekor per bulan. Kami berharap, peternak tidak menjual seluruh sapi peliharaan mereka. Kalau pun dijual, tetap menjaga keseimbangan populasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Biro Administrasi Ekonomi Setda DIY, Retno Setijowati mengatakan, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui Surat Edaran (SE) Gubernur Nomor 524/0416 per 31 Januari 2013 melarang penjualan ternak sapi bobot 400 kilogram atau lebih dan sapi betina yang masih produktif.
Sekretaris Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kulonprogo, Sudarna mengatakan, populasi sapi di DIY, khususnya Kulonprogo pada 2012 menurun. Penurunan yang sangat signifikan mempengaruhi harga daging sapi di pasaran.
"Karena itu kami menyambut baik kebijakan pemerintah DIY membatasi penjualan sapi," kata Sudarna, Jumat (15/2/2013).
Dia menjelaskan, pada 2012 populasi sapi potong Kulonprogo turun hingga 22,12 persen atau hanya mencapai 56.491 ekor. Padahal, tahun 2011 populasinya menacapai 72.536 ekor. Dia berharap, pembatasan penjualan sapi membuat populasi kembali menyentuh angka ideal. "Sekitar 70-75 ribu ekor per tahun," ucapnya.
Dinas, kata dia, segera melakukan sosialisasi kepada peternak melalui kelompok agar tidak menjual sapi keluar DIY. Sebaliknya meningkatkan populasi sapi potong. Sosialisasi dibutuhkan karena banyak peternak menjual sapi keluar, mengingat harganya lebih tinggi.
"Sapi dari Kulonprogo banyak dijual ke Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jakarta. Rata-rata penjualan sapi di atas 300 ekor per bulan. Kami berharap, peternak tidak menjual seluruh sapi peliharaan mereka. Kalau pun dijual, tetap menjaga keseimbangan populasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Biro Administrasi Ekonomi Setda DIY, Retno Setijowati mengatakan, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X melalui Surat Edaran (SE) Gubernur Nomor 524/0416 per 31 Januari 2013 melarang penjualan ternak sapi bobot 400 kilogram atau lebih dan sapi betina yang masih produktif.
(izz)