Hipmi: Pengembangan industri kreatif belum maksimal
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah diminta lebih serius menggerakkan ekonomi masyarakat melalui optimalisasi industri kreatif di Jawa Barat (Jabar).
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jabar, Yedi Karyadi mengatakan, industri kreatif berperan besar terhadap pengembangan ekonomi masyarakat. Sektor ini, mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.
Sayang, pengembangan industri kreatif tidak dilakukan secara maksimal. Tak heran, sebagian besar masyarakat memilih sektor jasa seperti perdagangan sebagai alternatif usaha.
"Potensi pengembangan industri kreatif masih terbuka lebar. Tapi, sektor ini belum mendapat perhatian serius," kata Yedi, di Bandung, Senin (18/2/2013).
Semestinya, lanjut dia, ada skema khusus, memfasilitasi sektor tersebut agar lebih berkembang. Misalnya melalui penerbitan sejumlah aturan yang berpihak pada industri kreatif.
Yedi menilai, selama ini industri kreatif di Jabar nyaris berkembang sendiri. Mereka merangkak dan bersaing dengan industri lainnya. Kondisi tersebut, menyebabkan pelaku industri kreatif sulit berkembang. Bahkan, tidak sedikit industri kreatif gulung tikar, dan memilih mengembangkan sektor jasa perdagangan.
Pertumbuhan sektor pariwisata, kata dia, juga meningkatkan peluang industri kreatif dalam mengembangkan usahanya. Jika sektor ini tidak digenjot, maka potensi penjualan produk industri kreatif dari sektor pariwisata bisa di ambil produk dari daerah lain. Dorongan terhadap industri kreatif di Jabar, tak lepas dari posisi Jabar yang selama ini dikenal sebagai barometer industri kreatif di Indonesia.
Menurut dia, persaingan sektor industri penghasil produk, akan semakin besar sejalan dengan segera diberlakukannya Asean Community pada 2015. Momen tersebut, mestinya menjadi peluang bagi pelaku industri kreatif di Tanah Air, untuk lebih mengembangkan inovasi dan kreatifitasnya.
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jabar, Yedi Karyadi mengatakan, industri kreatif berperan besar terhadap pengembangan ekonomi masyarakat. Sektor ini, mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.
Sayang, pengembangan industri kreatif tidak dilakukan secara maksimal. Tak heran, sebagian besar masyarakat memilih sektor jasa seperti perdagangan sebagai alternatif usaha.
"Potensi pengembangan industri kreatif masih terbuka lebar. Tapi, sektor ini belum mendapat perhatian serius," kata Yedi, di Bandung, Senin (18/2/2013).
Semestinya, lanjut dia, ada skema khusus, memfasilitasi sektor tersebut agar lebih berkembang. Misalnya melalui penerbitan sejumlah aturan yang berpihak pada industri kreatif.
Yedi menilai, selama ini industri kreatif di Jabar nyaris berkembang sendiri. Mereka merangkak dan bersaing dengan industri lainnya. Kondisi tersebut, menyebabkan pelaku industri kreatif sulit berkembang. Bahkan, tidak sedikit industri kreatif gulung tikar, dan memilih mengembangkan sektor jasa perdagangan.
Pertumbuhan sektor pariwisata, kata dia, juga meningkatkan peluang industri kreatif dalam mengembangkan usahanya. Jika sektor ini tidak digenjot, maka potensi penjualan produk industri kreatif dari sektor pariwisata bisa di ambil produk dari daerah lain. Dorongan terhadap industri kreatif di Jabar, tak lepas dari posisi Jabar yang selama ini dikenal sebagai barometer industri kreatif di Indonesia.
Menurut dia, persaingan sektor industri penghasil produk, akan semakin besar sejalan dengan segera diberlakukannya Asean Community pada 2015. Momen tersebut, mestinya menjadi peluang bagi pelaku industri kreatif di Tanah Air, untuk lebih mengembangkan inovasi dan kreatifitasnya.
(izz)