Terkendala hujan, produksi batik DIY turun
A
A
A
Sindonews.com - Musim penghujan menjadi kendala bagi para perajin batik di DIY. Hujan yang mengguyur wilayah itu telah menyebabkan produksi batik turun 10 hingga 40 persen. Para perajin masih menggunakan proses alami untuk mengeringkan batik pasca pewarnaan.
Salah seorang perajin batik, Puryanto mengatakan, hujan telah menyebabkan produksi batik menurun hingga 10 persen. Dibandingkan dengan perajin yang lain, jumlah ini relatif sedikit. Mayoritas perajin yang ada, penurunan produksi hingga 20 persen atau lebih.
“Kebetulan proses produksi kita berbeda, makanya penurunan tidak begitu banyak,” jelas pemilik Sinar Abadi Batik ini di DIY, Selasa (5/3/2013).
Menurutnya, dalam kondisi normal dalam sebulan bisa memproduksi hingga 600 lembar. Namun saat musim hujan hanya sekitar 500 lembar saja. Ini dikarenakan saat penjemuran menjadi tidak maksimal. Kain yang sudah selesai produksi, hanya bisa diangin-anginkan.
“Kalau hanya dianginkan itu bisa tiga hari, bedanya kalau panas sehari kering,” tutur perajin batik di Lendah ini.
Sementara itu, Marketing Topo Batik, Retno mengaku, musim penghujan menjadikan produksi batiknya turun hingga sekitar 40 persen. Saat musim panas bisa memproduksi hingga 2-3 kodi per hari, namun musim hujan menyebabkan produksinya turun cukup banyak. Kadang hanya bisa menyelesaikan 1,5-2 kodi.
“Kita sangat tergantung cuaca, makanya saat hujan kita tidak bisa maksimal,” jelasnya.
Salah seorang perajin batik, Puryanto mengatakan, hujan telah menyebabkan produksi batik menurun hingga 10 persen. Dibandingkan dengan perajin yang lain, jumlah ini relatif sedikit. Mayoritas perajin yang ada, penurunan produksi hingga 20 persen atau lebih.
“Kebetulan proses produksi kita berbeda, makanya penurunan tidak begitu banyak,” jelas pemilik Sinar Abadi Batik ini di DIY, Selasa (5/3/2013).
Menurutnya, dalam kondisi normal dalam sebulan bisa memproduksi hingga 600 lembar. Namun saat musim hujan hanya sekitar 500 lembar saja. Ini dikarenakan saat penjemuran menjadi tidak maksimal. Kain yang sudah selesai produksi, hanya bisa diangin-anginkan.
“Kalau hanya dianginkan itu bisa tiga hari, bedanya kalau panas sehari kering,” tutur perajin batik di Lendah ini.
Sementara itu, Marketing Topo Batik, Retno mengaku, musim penghujan menjadikan produksi batiknya turun hingga sekitar 40 persen. Saat musim panas bisa memproduksi hingga 2-3 kodi per hari, namun musim hujan menyebabkan produksinya turun cukup banyak. Kadang hanya bisa menyelesaikan 1,5-2 kodi.
“Kita sangat tergantung cuaca, makanya saat hujan kita tidak bisa maksimal,” jelasnya.
(gpr)