Ekonom heran dengan fenomena harga bawang
A
A
A
Sindonews.com - Ekonom dari Institute of Development for Ecomomic and Finance (Indef), Eni Sri Hartati mengaku heran dengan fenomena meroketnya harga bawang putih dan bawang merah.
Menurutnya, Fenomena ini tak bisa dijelaskan para ekonom. "Saya yakin tidak ada satu pun ekonom yang bisa menjelaskan fenomena ini," kata Eni dalam acara Polemik Sindo Radio di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Dia menilai, tidak ada gangguan baik dari sisi penawaran maupun permintaan bawang. Gangguan cuaca yang ditunjuk pemerintah sebagai penyebab penurunan produksi pun tidak signifikan.
"Selama ini, tidak ada gangguan supply dan demand. Permintaan wajar-wajar saja. Dari sisi supply oke, kemarin ada banjir. Tapi itu enggak signifikan. Apalagi kalau domestik, bawang merah sudah over supply. Harusnya tidak ada problem yang berarti," ungkapnya.
Pasokan bawang putih dari China dan India yang merupakan dua negara terbesar eksportir bawang putih ke Indonesia pun relatif baik-baik saja. "Pengiriman dari China dan India pun tidak ada masalah. Kita mau minta berapa pun pasti tersedia," tuturnya.
Karena itu, lonjakan harga bawang merah dan bawang putih merupakan kejadian yang sangat aneh bagi para ekonom. "Kalau dari sisi demand dan supply tak ada masalah, sementara dalam tiga minggu harga sudah terkerek 300 persen, ini kita tidak bisa menjelaskan," tandas Eni.
Seperti diketahui, dalam sepekan terakhir, harga komoditas bawang putih dan bawang merah benar-benar menghimpit masyarakat. Harga dua komoditi bawah putih dan bawang merah naik hingga 100 persen. Akibatnya, omzet pedagang menurun hingga 25 persen.
Jika dalam kondisi normal bawang putih dijual dengan harga Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kg. Namun, saat ini bawang putih dijual dengan harga Rp44 ribu sampai Rp50 ribu per kg, bahkan di beberapa daerah sudah ada yang menyentuh Rp80 ribu per kg. Sementara, harga bawang merah yang awalnya dijual Rp20 ribu sampai Rp23 ribu per kg, kini naik mencapai Rp50 ribu hingga Rp55 ribu per kg.
Menurutnya, Fenomena ini tak bisa dijelaskan para ekonom. "Saya yakin tidak ada satu pun ekonom yang bisa menjelaskan fenomena ini," kata Eni dalam acara Polemik Sindo Radio di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (16/3/2013).
Dia menilai, tidak ada gangguan baik dari sisi penawaran maupun permintaan bawang. Gangguan cuaca yang ditunjuk pemerintah sebagai penyebab penurunan produksi pun tidak signifikan.
"Selama ini, tidak ada gangguan supply dan demand. Permintaan wajar-wajar saja. Dari sisi supply oke, kemarin ada banjir. Tapi itu enggak signifikan. Apalagi kalau domestik, bawang merah sudah over supply. Harusnya tidak ada problem yang berarti," ungkapnya.
Pasokan bawang putih dari China dan India yang merupakan dua negara terbesar eksportir bawang putih ke Indonesia pun relatif baik-baik saja. "Pengiriman dari China dan India pun tidak ada masalah. Kita mau minta berapa pun pasti tersedia," tuturnya.
Karena itu, lonjakan harga bawang merah dan bawang putih merupakan kejadian yang sangat aneh bagi para ekonom. "Kalau dari sisi demand dan supply tak ada masalah, sementara dalam tiga minggu harga sudah terkerek 300 persen, ini kita tidak bisa menjelaskan," tandas Eni.
Seperti diketahui, dalam sepekan terakhir, harga komoditas bawang putih dan bawang merah benar-benar menghimpit masyarakat. Harga dua komoditi bawah putih dan bawang merah naik hingga 100 persen. Akibatnya, omzet pedagang menurun hingga 25 persen.
Jika dalam kondisi normal bawang putih dijual dengan harga Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per kg. Namun, saat ini bawang putih dijual dengan harga Rp44 ribu sampai Rp50 ribu per kg, bahkan di beberapa daerah sudah ada yang menyentuh Rp80 ribu per kg. Sementara, harga bawang merah yang awalnya dijual Rp20 ribu sampai Rp23 ribu per kg, kini naik mencapai Rp50 ribu hingga Rp55 ribu per kg.
(izz)