Harga bawang di Tana Toraja kian melambung
A
A
A
Sindonews.com - Harga bawang merah dan bawang putih kian tidak terkendali di kabupaten Tana Toraja. Bahkan, hampir setiap pekan, harga bawang merah dan bawang putih di tingkat pedagang pasar terus merangkak naik.
Pada pekan ini, harga bawang merah yang dijual pedagang di pasar Sentral Makale sudah menembus Rp50.000 per kilogram. Pekan lalu, harga bawang merah di tingkat pedagang masih Rp35.000 per kilogram. Kenaikan harga juga terjadi pada bawang putih. Harga bawang putih di tingkat pedagang pasar saat ini naik menjadi Rp60.000 per kilogram. Pekan lalu harga bawang putih yang dijual pedagang pasar harganya Rp50.000 per kilogram.
"Dalam sebulan terakhir, harga bawang merah dan bawang putih tiap pekan terus naik. Harga bawang merah saat ini Rp50.000 per kilogram dan harga bawang putih Rp60.000 per kilogram," ujar Syarif, salah seorang pedagang bawang merah di pasar Sentral Makale, Minggu (17/3/2013).
Dikatakan Syarif, kenaikan harga bawang merah dipicu sulitnya pedagang lokal memperoleh stok bawang di tingkat petani kabupaten Enrekang. Pasalnya, petani bawang lebih tertarik menjual hasilnya bawangnya ke pengusaha luar yang membeli dalam partai besar ketimbang menjualnya kepada pedagang lolak. Bahkan, untuk memperoleh stok bawang, Syarif mengaku membeli bawang hingga ke luar provinsi Sulawesi Selatan.
Naiknya harga bawang, lanjut Syarif, berdampak pada menurunnya minat masyarakat membeli bawang merah dan bawang putih. Seringkali pembeli mengeluhkan harga bawang yang kian naik. Pedagang juga harus terpaksa menaikkan harga bawang agar tidak merugi.
"Pasokan bawang merah dan bawang putih yang kurang dari petani menyebabkan harga bawang naik. Agar tidak kehabisan stok, pedagang membeli bawang dari luar provinsi yang tentunya mengeluarkan biaya transportasi lebih banyak," katanya.
Sementara itu, sejumlah petani bawang di kecamatan Anggeraja dan Baraka kabupaten Enrekang mengakui lebih memilih menjual hasil panennya ke pedagang dari luar daerah karena keuntungan yang didapat petani lebih besar. Kecamatan Anggeraja dan Baraka merupakan daerah penghasil bawang terbesar di Sulsel.
Salah seorang petani bawang di kecamatan Anggeraja Asril, mengakui sebagian petani memilih menjual hasil panennya ke pedagang dari luar daerah. Selain permintaan dalam skala besar, pedagang asal luar daerah juga berani membeli bawang ke petani dengan harga tinggi.
Lantaran permintaan bawang oleh pedagang dari luar sangat banyak, sejumlah petani bawang melakukan panen dini dari biasanya demi memperoleh keuntungan lebih besar disaat harga bawang nasional melambung tinggi.
"Persedian stok bawang di petani juga mulai berkurang karena banyaknya permintaan. Agar tidak merugi, petani panen dini karena harga bawang saat ini sangat tinggi," katanya.
Sementara itu, Sekretris Kabupaten (Sekkab) Tana Toraja, Enos Karoma meminta Disperindag Tana Toraja terus memantau pergerakan harga bawang yang kian mahal. Bahkan jika harga bawang makin tidak terkendali, Disperindag diminta melakukan operasi pasar untuk mengantisipasi adanya aksi penimbunan bawang.
Pada pekan ini, harga bawang merah yang dijual pedagang di pasar Sentral Makale sudah menembus Rp50.000 per kilogram. Pekan lalu, harga bawang merah di tingkat pedagang masih Rp35.000 per kilogram. Kenaikan harga juga terjadi pada bawang putih. Harga bawang putih di tingkat pedagang pasar saat ini naik menjadi Rp60.000 per kilogram. Pekan lalu harga bawang putih yang dijual pedagang pasar harganya Rp50.000 per kilogram.
"Dalam sebulan terakhir, harga bawang merah dan bawang putih tiap pekan terus naik. Harga bawang merah saat ini Rp50.000 per kilogram dan harga bawang putih Rp60.000 per kilogram," ujar Syarif, salah seorang pedagang bawang merah di pasar Sentral Makale, Minggu (17/3/2013).
Dikatakan Syarif, kenaikan harga bawang merah dipicu sulitnya pedagang lokal memperoleh stok bawang di tingkat petani kabupaten Enrekang. Pasalnya, petani bawang lebih tertarik menjual hasilnya bawangnya ke pengusaha luar yang membeli dalam partai besar ketimbang menjualnya kepada pedagang lolak. Bahkan, untuk memperoleh stok bawang, Syarif mengaku membeli bawang hingga ke luar provinsi Sulawesi Selatan.
Naiknya harga bawang, lanjut Syarif, berdampak pada menurunnya minat masyarakat membeli bawang merah dan bawang putih. Seringkali pembeli mengeluhkan harga bawang yang kian naik. Pedagang juga harus terpaksa menaikkan harga bawang agar tidak merugi.
"Pasokan bawang merah dan bawang putih yang kurang dari petani menyebabkan harga bawang naik. Agar tidak kehabisan stok, pedagang membeli bawang dari luar provinsi yang tentunya mengeluarkan biaya transportasi lebih banyak," katanya.
Sementara itu, sejumlah petani bawang di kecamatan Anggeraja dan Baraka kabupaten Enrekang mengakui lebih memilih menjual hasil panennya ke pedagang dari luar daerah karena keuntungan yang didapat petani lebih besar. Kecamatan Anggeraja dan Baraka merupakan daerah penghasil bawang terbesar di Sulsel.
Salah seorang petani bawang di kecamatan Anggeraja Asril, mengakui sebagian petani memilih menjual hasil panennya ke pedagang dari luar daerah. Selain permintaan dalam skala besar, pedagang asal luar daerah juga berani membeli bawang ke petani dengan harga tinggi.
Lantaran permintaan bawang oleh pedagang dari luar sangat banyak, sejumlah petani bawang melakukan panen dini dari biasanya demi memperoleh keuntungan lebih besar disaat harga bawang nasional melambung tinggi.
"Persedian stok bawang di petani juga mulai berkurang karena banyaknya permintaan. Agar tidak merugi, petani panen dini karena harga bawang saat ini sangat tinggi," katanya.
Sementara itu, Sekretris Kabupaten (Sekkab) Tana Toraja, Enos Karoma meminta Disperindag Tana Toraja terus memantau pergerakan harga bawang yang kian mahal. Bahkan jika harga bawang makin tidak terkendali, Disperindag diminta melakukan operasi pasar untuk mengantisipasi adanya aksi penimbunan bawang.
(gpr)