Neraca perdagangan hortikultura Indonesia defisit

Jum'at, 05 April 2013 - 14:48 WIB
Neraca perdagangan hortikultura...
Neraca perdagangan hortikultura Indonesia defisit
A A A
Sindonews.com - Neraca perdagangan internasional produk hortikultura Indonesia hingga kini defisit. Surplus perdagangan produk pertanian yang dialami Indonesia masih tergantung dari komoditas perkebunan.

Produk-produk yang menjadi unggulan Indonesia di perdagangan produk pertanian internasional adalah CPO yang menjadi nomor satu di dunia dan karet di nomor dua.

"Yang juga cukup signifikan adalah kakao. Surplus perdagangan kita tahun lalu kurang lebih USD22 miliar," kata Menteri Pertanian, Suswono usai meresmikan Balai Karantina Pertanian Kelas II DIY, Jumat (5/4/2013).

Menurutnya, saat ini dari program yang akan dikerjakan, Kementerian Pertanian (Kementan) sedang berupaya untuk mengakselerasi perdagangan buah dan sayuran segar. DI Yogyakarta (DIY) diharapkan menjadi salah satu wilayah yang dapat ikut mendorong pertumbuhan ekspor buah dengan keberadaan fasilitas balai karantina pertanian yang baru diresmikan.

Secara nasional, lanjut dia produksi buah lokal saat ini terus mengalami peningkatan. Beberapa yang mengalami pertumbuhan adalah durian yang mencapai 20,41 persen, mangga tumbuh 4,6 persen dan pisang tumbuh 3,61 persen. Di pasar dalam negeri, posisi buah impor saat ini hanya mencapai 10 persen dibandingkan produk nasional.

"Mengingat meningkatnya produk-produk lokal ini diharapkan konsumen dalam negeri juga mencintai buah-buah lokal kita sendiri," ujarnya.

DIY kini memiliki sarana balai karantina pertanian baru untuk memfasilitasi kegiatan pengiriman produk pertanian ke luar negeri. Fasilitas yang dibangun dari hasil tukar guling tanah antara Pemda DIY dan Kementerian Pertanian.

"Gedung Perkantoran Balai Karantina Pertanian Kelas II yang diresmikan tersebut berdiri di atas tanah hibah tukar antara tanah milik Pemda DIY dengan tanah Kementan seluas 1.153 meter persegi," kata Kepala Badan Karantina Pertanian dan Bea Cukai RI, Banun Hartini.

Pada 2012, DIY tercatat mampu mengirimkan berbagai produk pertanian seperti biji pala, tembakau kering, cengkeh, salak, dan mangga. Sementara, untuk produk hewan yang dikirim adalah kulit dan olahannya. Perdagangan dilakukan secara ekspor ke berbagai negara mitra.

"Barang yang dikirim dari DIY ini belum pernah ada yang mengalami re-ekspor dari negara tujuan karena penolakan kualitas," ujar Banun.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0611 seconds (0.1#10.140)