Akhirnya, proyek PLTP Sarulla siap direalisasikan
A
A
A
Sindonews.com - Setelah melalui perjalanan panjang selama puluhan tahun, akhirnya proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla dapat segera direalisasikan. Hal ini ditandai dengan diserahkannya persetujuan Amandemen Energy Sales Contract (ESC) terhadap Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Pertamina Geothermal Energi (PGE).
Amandemen tersebut sekaligus menandai telah diselesaikannya proses administrasi yang sempat terhambat cukup lama, sehingga realisasi proyek tersebut dapat segera dimulai.
"Dari yang saya pelajari, geothermal Sarulla sudah ditemukan sejak 1993. Betapa lamanya kita menyelesaikan suatu proyek. Hari ini, pada April sudah ditandatangani, sekarang kita bisa mulai," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Menurutnya, dengan kapasitasnya yang besar, proyek ini akan memberi arti besar bagai Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Utara.
"PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik terbesar dalam program percepatan pembangunan listrik 10 ribu MW tahap II. Karena tiga kali 110 MW geothermal itu besar sekali bagi Indonesia terutama listrik untuk masyarakat Sumatera Utara," ujar Jero.
Dalam kesempatan yang sama, Penyerahan ESC yang dilanjutkan dengan penyerahan Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU) dari Menteri Keuangan, Agus Martowardojo kepada Konsorsium Sarulla Operations Limited (SOL) ini, dipandang Wakil Presiden RI Boediono sebagai momentum optimisme bagi masyarakat Indonesia.
"Hari ini patut dijadikan hari untuk memberikan optimisme bagi kita semua. Geothermal kita memiliki kapasitas begitu besar, tapi kita memanfaatkan begitu kecil. Ini proyek yang baik, tapi macet banyak. Jadi terealisasinya ini mari kita apresiasi," tutur Wapres.
PLTP Sarulla sendiri diketahui adalah pembangkit listrik terbesar di Indonesia. Bahkan di dunia, PLTP Sarulla ini termasuk dalam geothermal yang terbesar dalam single-contract dan akan sangat mempercepat dalam mencapai sasaran elektrifikasi di Indonesia.
Proyek ini membutuhkan investasi sebesar USD1,5 miliar yang didanai oleh partisipasi swasta yang dipimpin Medco Energi dengan konsorsium perusahaan multinasional seperti Itochu, Kyusu, dan Ormat yang terdiri dari equity 20 persen dan pinjaman lunak dari Japan Bank forInternational Corpoation (JBIC) 80 persen melalui skema IPP (Independen Power Producer).
Amandemen tersebut sekaligus menandai telah diselesaikannya proses administrasi yang sempat terhambat cukup lama, sehingga realisasi proyek tersebut dapat segera dimulai.
"Dari yang saya pelajari, geothermal Sarulla sudah ditemukan sejak 1993. Betapa lamanya kita menyelesaikan suatu proyek. Hari ini, pada April sudah ditandatangani, sekarang kita bisa mulai," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik di Kantor Wakil Presiden RI, Jakarta, Kamis (11/4/2013).
Menurutnya, dengan kapasitasnya yang besar, proyek ini akan memberi arti besar bagai Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Utara.
"PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik terbesar dalam program percepatan pembangunan listrik 10 ribu MW tahap II. Karena tiga kali 110 MW geothermal itu besar sekali bagi Indonesia terutama listrik untuk masyarakat Sumatera Utara," ujar Jero.
Dalam kesempatan yang sama, Penyerahan ESC yang dilanjutkan dengan penyerahan Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU) dari Menteri Keuangan, Agus Martowardojo kepada Konsorsium Sarulla Operations Limited (SOL) ini, dipandang Wakil Presiden RI Boediono sebagai momentum optimisme bagi masyarakat Indonesia.
"Hari ini patut dijadikan hari untuk memberikan optimisme bagi kita semua. Geothermal kita memiliki kapasitas begitu besar, tapi kita memanfaatkan begitu kecil. Ini proyek yang baik, tapi macet banyak. Jadi terealisasinya ini mari kita apresiasi," tutur Wapres.
PLTP Sarulla sendiri diketahui adalah pembangkit listrik terbesar di Indonesia. Bahkan di dunia, PLTP Sarulla ini termasuk dalam geothermal yang terbesar dalam single-contract dan akan sangat mempercepat dalam mencapai sasaran elektrifikasi di Indonesia.
Proyek ini membutuhkan investasi sebesar USD1,5 miliar yang didanai oleh partisipasi swasta yang dipimpin Medco Energi dengan konsorsium perusahaan multinasional seperti Itochu, Kyusu, dan Ormat yang terdiri dari equity 20 persen dan pinjaman lunak dari Japan Bank forInternational Corpoation (JBIC) 80 persen melalui skema IPP (Independen Power Producer).
(izz)