MIA: Ekonomi Malaysia dapat rating A
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Asosiasi Investor Malaysia, MIA, Datuk dr PHS Lim mengemukakan, fiskal dan ekonomi yang sehat dengan sovereign rating sangat baik 'A', diberikan lembaga Standard & Poor kepada Malaysia.
"Kami berada di puncak ekonomi terbesar ke-15 dunia dari penilaian Bank Dunia, dengan produk domestik bruto (PDB) mencapai 6,4 persen pada pertumbuhan periode 1970-2011. Tahun ini, kita dapat melihat pertumbuhan PDB sebesar 5,1 persen terlepas dari kelemahan ekonomi global di Eropa dan daerah lainnya," kata Lim, seperti dilansir dari Bernama, Sabtu (27/4/2013).
Menurut dia, pemerintah Malaysia akan mempertahankan defisit anggaran 4 persen dari PDB 4,5 persen pada 2012.
Pada 2009, defisit anggaran sebesar 6,9 persen karena sebagian besar 800 juta ringgit digunakan untuk beberapa stimulus bersamaan dengan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dilanda depresi. Di mana krisis keuangan AS saat itu terjadi akibat kelebihan pembiayaan unit rumah yang memicu krisis global.
Menjelang pemilu pada 5 Mei mendatang, Lim mengatakan, pemerintah terpilih nanti agar melaksanakan manifesto mengeluarkan banyak anggaran untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.
Dia mencatat, pemerintah Malaysia telah menghabiskan sebanyak 50 miliar ringgit per tahun untuk berbagai subsidi, antara lain bensin, medis serta makanan, termasuk gula dan minyak goreng.
"Kami berada di puncak ekonomi terbesar ke-15 dunia dari penilaian Bank Dunia, dengan produk domestik bruto (PDB) mencapai 6,4 persen pada pertumbuhan periode 1970-2011. Tahun ini, kita dapat melihat pertumbuhan PDB sebesar 5,1 persen terlepas dari kelemahan ekonomi global di Eropa dan daerah lainnya," kata Lim, seperti dilansir dari Bernama, Sabtu (27/4/2013).
Menurut dia, pemerintah Malaysia akan mempertahankan defisit anggaran 4 persen dari PDB 4,5 persen pada 2012.
Pada 2009, defisit anggaran sebesar 6,9 persen karena sebagian besar 800 juta ringgit digunakan untuk beberapa stimulus bersamaan dengan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dilanda depresi. Di mana krisis keuangan AS saat itu terjadi akibat kelebihan pembiayaan unit rumah yang memicu krisis global.
Menjelang pemilu pada 5 Mei mendatang, Lim mengatakan, pemerintah terpilih nanti agar melaksanakan manifesto mengeluarkan banyak anggaran untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.
Dia mencatat, pemerintah Malaysia telah menghabiskan sebanyak 50 miliar ringgit per tahun untuk berbagai subsidi, antara lain bensin, medis serta makanan, termasuk gula dan minyak goreng.
(dmd)