Terseret Dow Jones, IHSG diperkirakan melemah
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang memproyeksi pelemahan atas Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyusul kejatuhan Dow Jones dan aksi tunggu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang akan mewarnai perdagangan hari ini.
Dow Jones turun tajam sebanyak 206,04 poin (1,35 persen) ditutup pada level 15.112.19 menyusul berita kepastian The Fed akan mengurangi dan akhirnya menghentikan program QE3.
Kondisi itu juga mendorong yield US T-Note durasi 10 tahun naik ke level tertinggi selama 15 bulan terakhir menjadi 2.3325, persen sehingga mendorong turun harga ke level 1 9/32.
"Merujuk kejatuhan tajam Dow Jones 1,35 persen dan naiknya yield 10 year U.S. Treasury note ke level tertinggi 15 bulan terakhir, maka saya perkirakan IHSG berpeluang turun kembali dalam perdagangan Kamis di bawah level 4.800," kata Edwin, Kamis (20/6/2013).
Hal itu, lanjut Edwin, juga berpeluang mendorong yield Obligasi pemerintah tenor 10 tahun akan naik sambil memperhatikan USD/IDR yang berpeluang bergerak menuju Rp10.000 dan kenaikan BBM bersubsidi paling lambat akhir Juni.
Adapun kejatuhan Dow Jones tersebut, menyusul sejumlah data dan berita putusan kebijakan ekonomi AS yang baru saja di rilis Rabu kemarin.
"Terjawab sudah apa yang menjadi kekhawatiran pasar di Wall Street, dimana pada hari Rabu, Chairman The Fed Ben Bernanke mengatakan ekonomi AS bertumbuh cukup kuat untuk The Fed mulai secara perlahan mengurangi kecepatan pembelian obligasi di akhir tahun 2013," kata Edwin.
Sejalan dengan itu, lanjut dia, pada pertengahan tahun 2014, program QE3 tersebut akan pasti dihentikan dan diharapkan pada saat program QE3 tersebut dihentikan, maka tingkat pengangguran AS bisa di bawah 7 persen diiringi inflasi jangka panjang di atas 2 persen. Saat ini US unemployment rate berada pada level 7.6 persen.
Berkaitan dengan Fed rate, The Fed kembali menegaskan tidak akan menaikkan Fed rate sampai US unemployment rate mencapai minimal 6,5 persen diiringi outlook inflasi di bawah 2,5 persen, sehingga melihat kondisi tersebut, Fed rate belum akan naik sampai awal tahun 2015.
Dow Jones turun tajam sebanyak 206,04 poin (1,35 persen) ditutup pada level 15.112.19 menyusul berita kepastian The Fed akan mengurangi dan akhirnya menghentikan program QE3.
Kondisi itu juga mendorong yield US T-Note durasi 10 tahun naik ke level tertinggi selama 15 bulan terakhir menjadi 2.3325, persen sehingga mendorong turun harga ke level 1 9/32.
"Merujuk kejatuhan tajam Dow Jones 1,35 persen dan naiknya yield 10 year U.S. Treasury note ke level tertinggi 15 bulan terakhir, maka saya perkirakan IHSG berpeluang turun kembali dalam perdagangan Kamis di bawah level 4.800," kata Edwin, Kamis (20/6/2013).
Hal itu, lanjut Edwin, juga berpeluang mendorong yield Obligasi pemerintah tenor 10 tahun akan naik sambil memperhatikan USD/IDR yang berpeluang bergerak menuju Rp10.000 dan kenaikan BBM bersubsidi paling lambat akhir Juni.
Adapun kejatuhan Dow Jones tersebut, menyusul sejumlah data dan berita putusan kebijakan ekonomi AS yang baru saja di rilis Rabu kemarin.
"Terjawab sudah apa yang menjadi kekhawatiran pasar di Wall Street, dimana pada hari Rabu, Chairman The Fed Ben Bernanke mengatakan ekonomi AS bertumbuh cukup kuat untuk The Fed mulai secara perlahan mengurangi kecepatan pembelian obligasi di akhir tahun 2013," kata Edwin.
Sejalan dengan itu, lanjut dia, pada pertengahan tahun 2014, program QE3 tersebut akan pasti dihentikan dan diharapkan pada saat program QE3 tersebut dihentikan, maka tingkat pengangguran AS bisa di bawah 7 persen diiringi inflasi jangka panjang di atas 2 persen. Saat ini US unemployment rate berada pada level 7.6 persen.
Berkaitan dengan Fed rate, The Fed kembali menegaskan tidak akan menaikkan Fed rate sampai US unemployment rate mencapai minimal 6,5 persen diiringi outlook inflasi di bawah 2,5 persen, sehingga melihat kondisi tersebut, Fed rate belum akan naik sampai awal tahun 2015.
(rna)