Pengelolaan tambang harus beri nilai tambah
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat menilai permasalahan kontrak karya (KK) pertambangan timah PT Koba Tin di Bangka Belitung bukan fokus utama carut marut pertambangan di Indonesia. Pengelolaan tambang diharapkan bisa memeri nilai tambah untuk kepentingan nasional.
Pengamat ekonomi, Hendri Saparini mengatakan bahwa persoalan finansial yang berbuntut pada buruknya kinerja Koba Tin hanya segelintir permasalahan di sektor tambang. Padahal carut marut pengelolaan nilai tambah pertambangan nasional masih banyak yang harus dibenahi.
"Masalah yang seharusnya diselesaikan adalah bukan masalah dikuasai BUMN atau BUMD, tapi masalah bagaimana kita bisa malakukan nilai tambah," kata dia saat ditemui dalam acara Seminar Nasional "Tambang Timah Untuk Kemakmuran Masyarakat" di Gedung GBHN, Nusantara V, MPR RI Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2013).
Menurut dia, saat ini pengelolaan tambang negara masih bergantung pada orientasi ekspor bijih mineral, sehingga tidak dapat memberikan nilai tambah terhadap kepentingan nasional.
"Untuk itu, kepentingan nasional harus menjadi fokus utama agar lebih kompetitif," jelasnya.
Dia menjelaskan, jika fokus utamanya hanya terhadap ekspor bijih mineral, maka sama saja dengan memberikan kesempatan bagi negara lain untuk berkembang. "Kita hanya akan terus-terusan mengonsumsi nilai tambah," kata dia.
Pengamat ekonomi, Hendri Saparini mengatakan bahwa persoalan finansial yang berbuntut pada buruknya kinerja Koba Tin hanya segelintir permasalahan di sektor tambang. Padahal carut marut pengelolaan nilai tambah pertambangan nasional masih banyak yang harus dibenahi.
"Masalah yang seharusnya diselesaikan adalah bukan masalah dikuasai BUMN atau BUMD, tapi masalah bagaimana kita bisa malakukan nilai tambah," kata dia saat ditemui dalam acara Seminar Nasional "Tambang Timah Untuk Kemakmuran Masyarakat" di Gedung GBHN, Nusantara V, MPR RI Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2013).
Menurut dia, saat ini pengelolaan tambang negara masih bergantung pada orientasi ekspor bijih mineral, sehingga tidak dapat memberikan nilai tambah terhadap kepentingan nasional.
"Untuk itu, kepentingan nasional harus menjadi fokus utama agar lebih kompetitif," jelasnya.
Dia menjelaskan, jika fokus utamanya hanya terhadap ekspor bijih mineral, maka sama saja dengan memberikan kesempatan bagi negara lain untuk berkembang. "Kita hanya akan terus-terusan mengonsumsi nilai tambah," kata dia.
(gpr)