BBM naik, ekspor mebel Jepara terancam
A
A
A
Sindonews.com - Aktivitas ekspor mebel, furniture dan ukir-ukiran asal Jepara ke berbagai negara terancam seiring naiknya harga BBM. Karena besaran kenaikan BBM mencapai 40 persen, biaya produksi mebel Jepara pun ikut melonjak.
Agar tak merugi pihak produsen pun menyiapkan harga baru untuk produk andalan Jepara tersebut. Padahal di sisi yang lain, kompetitor yang berasal dari negara lain cenderung tidak menaikkan harga produk, karena tidak ada gejolak kenaikan BBM di negaranya masing-masing.
Ketua Asmindo Komda Jepara, Ahmad Fauzi mengatakan, kenaikan harga produk mebel, furniture dan ukir-ukiran asal Jepara memang tidak bisa dihindari. Sebab berbagai komponen mulai dari bahan baku, transportasi hingga upah pekerja sektor mebel ikut melonjak karena naiknya harga BBM. Imbasnya, harga jual produk pun ikut melonjak dalam kisaran 10-15 persen.
Fauzi memperkirakan kenaikan harga jual produk ini kemungkinan besar bisa diterima oleh konsumen dalam negeri. Sebab konsumen dalam negeri lebih bisa memahami naiknya harga jual produk tersebut lantaran mereka juga mengalami langsung imbas naiknya harga BBM.
Namun untuk konsumen luar negeri, kata Fauzi, responnya tentu berbeda. Sebab mereka tidak mengalami langsung karena tidak ada kebijakan kenaikan BBM di negara importir tersebut.
"Importir mana mau tahu. Mereka maunya beli produk Jepara dengan harga yang terjangkau dan jika dihitung dengan kalkulasi bisnis hasilnya untung," kata Fauzi, di Jepara, Selasa (25/6/2013).
Menurut Fauzi, kondisi ini bisa menjadi parah jika para kompetitor dari negara lain memanfaatkan situasi dilematis tersebut. Karena tidak ada kebijakan kenaikan BBM di negara kompetitor, maka mereka lebih leluasa menjual produk dengan harga lebih murah dan disertai dengan peningkatan kualitas sekelas mebel Jepara. "Ini jelas ancaman yang cukup serius bagi ekspor mebel Jepara," ucapnya.
Dampak kenaikan BBM terhadap ekspor mebel Jepara, kata Fauzi memang belum terasa dalam waktu dekat. Oleh karena itu, perlu penyikapan serius dari berbagai elemen terkait, agar eksistensi ekspor Jepara ke berbagai negara tetap terjaga.
"Kalau kondisi sekarang masih tertolong dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar (USD). Kalau rupiah melemah, maka buyer dari luar negeri mengganggap harga produk kita murah. Tapi ke depan kita tidak tahu bagaimana kondisinya," jelasnya.
Agar tak merugi pihak produsen pun menyiapkan harga baru untuk produk andalan Jepara tersebut. Padahal di sisi yang lain, kompetitor yang berasal dari negara lain cenderung tidak menaikkan harga produk, karena tidak ada gejolak kenaikan BBM di negaranya masing-masing.
Ketua Asmindo Komda Jepara, Ahmad Fauzi mengatakan, kenaikan harga produk mebel, furniture dan ukir-ukiran asal Jepara memang tidak bisa dihindari. Sebab berbagai komponen mulai dari bahan baku, transportasi hingga upah pekerja sektor mebel ikut melonjak karena naiknya harga BBM. Imbasnya, harga jual produk pun ikut melonjak dalam kisaran 10-15 persen.
Fauzi memperkirakan kenaikan harga jual produk ini kemungkinan besar bisa diterima oleh konsumen dalam negeri. Sebab konsumen dalam negeri lebih bisa memahami naiknya harga jual produk tersebut lantaran mereka juga mengalami langsung imbas naiknya harga BBM.
Namun untuk konsumen luar negeri, kata Fauzi, responnya tentu berbeda. Sebab mereka tidak mengalami langsung karena tidak ada kebijakan kenaikan BBM di negara importir tersebut.
"Importir mana mau tahu. Mereka maunya beli produk Jepara dengan harga yang terjangkau dan jika dihitung dengan kalkulasi bisnis hasilnya untung," kata Fauzi, di Jepara, Selasa (25/6/2013).
Menurut Fauzi, kondisi ini bisa menjadi parah jika para kompetitor dari negara lain memanfaatkan situasi dilematis tersebut. Karena tidak ada kebijakan kenaikan BBM di negara kompetitor, maka mereka lebih leluasa menjual produk dengan harga lebih murah dan disertai dengan peningkatan kualitas sekelas mebel Jepara. "Ini jelas ancaman yang cukup serius bagi ekspor mebel Jepara," ucapnya.
Dampak kenaikan BBM terhadap ekspor mebel Jepara, kata Fauzi memang belum terasa dalam waktu dekat. Oleh karena itu, perlu penyikapan serius dari berbagai elemen terkait, agar eksistensi ekspor Jepara ke berbagai negara tetap terjaga.
"Kalau kondisi sekarang masih tertolong dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar (USD). Kalau rupiah melemah, maka buyer dari luar negeri mengganggap harga produk kita murah. Tapi ke depan kita tidak tahu bagaimana kondisinya," jelasnya.
(gpr)