Pejabat tinggi APEC bahas tiga prioritas Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Setelah menyelesaikan rangkaian persidangan di Surabaya bulan April lalu, para Pejabat Tinggi APEC kembali berkumpul di Medan, Sumatra Utara, untuk menghadiri Pertemuan Ke‐3 Pejabat Senior APEC (the 3rd APEC Senior Officials’ Meeting/SOM3) yang berlangsung tanggal 5‐6 Juli 2013.
Pertemuan SOM3 ini didahului dengan serangkaian pertemuan berbagai fora sejak 22 Juni 2013 yang mencapai 68 pertemuan. Di bawah keketuaan Indonesia, dengan tema Resilient Asia‐Pacific, Engine of Global Growth, pertemuan pejabat tinggi tersebut membahas perkembangan tiga prioritas APEC tahun 2013, yaitu pencapaian Bogor Goals, pertumbuhan berkelanjutan yang adil, dan konektivitas.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, selaku ketua delegasi Indonesia, menyatakan bahwa pertemuan yang ke‐3 ini antara lain membahas capaian sejak pertemuan di Surabaya, perkembangan isu‐isu di luar perdagangan dan investasi serta persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Bali pada Oktober 2013 mendatang.
Dirjen KPI menegaskan, bahasan pertemuan APEC di Medan diarahkan sejalan dengan kepentingan serta pandangan Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, salah satu topik yang dibahas adalah upaya pencapaian Bogor Goals yang ikut mendorong pemerataan kesempatan dan pemanfaatan kerja sama APEC.
“Ada satu elemen yang agak sedikit dilupakan dari semangat ‘Bogor Goals’, yaitu dimana liberalisasi dan fasilitasi perdagangan serta investasi yang secara empirik memang mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup, namun tidak secara otomatis dapat mengatasi masalah kesenjangan ekonomi,” jelas Iman dalam siaran persnya, Minggu (7/7/2013).
Dalam kaitan inilah Indonesia mendorong agar kerja sama APEC ke depan dapat lebih memperhatikan semangat inklusif, adil dan kesamaan kesempatan utamanya bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pengusaha muda dan wanita pengusaha, serta memberi kesempatan kepada ekonomi berkembang untuk mengejar ketertinggalannya.
“Bila semangat ini dapat dirangkul, APEC akan lebih berdaya tahan dalam menghadapi tantangan ekonomi apapun dan menjadi model kerja sama regional yang ideal,” imbuh Iman.
Pada SOM3 dibicarakan juga langkah dan upaya APEC dalam mendorong penyelesaian perundingan Putaran Doha Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Iman menyampaikan bahwa pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke‐9 yang akan berlangsung di Bali bulan Desember mendatang, amatlah penting untuk diperoleh dorongan politis APEC bagi penyelesaian perundingan Doha karena APEC mewakili sekitar 45 persen perdagangan dunia.
Delegasi Indonesia menegaskan pada pertemuan SOM3 bahwa sebagai Ketua KTM WTO ke‐9, Indonesia akan bekerja sama dengan semua negara anggota WTO agar pertemuan tersebut menyepakati sebuah paket deliverable yang dapat mengembalikan kepercayaan dunia terhadap superioritas sistem perdagangan multilateral di bawah naungan WTO.
Selama dua hari pertemuan, para Pejabat Tinggi APEC juga membahas upaya revitalisasi perdagangan jasa. Dengan semakin berkembangnya konsep value chain, maka kerja sama APEC juga perlu memberikan perhatian khusus di sektor jasa.
“Semakin jelas bahwa sektor jasa memainkan peran kunci baik sebagai sektor produksi maupun sebagai pelumas atau oli bagi sektor jasa lainnya dan sektor manufaktur,” jelas Iman.
Pertemuan SOM3 ini didahului dengan serangkaian pertemuan berbagai fora sejak 22 Juni 2013 yang mencapai 68 pertemuan. Di bawah keketuaan Indonesia, dengan tema Resilient Asia‐Pacific, Engine of Global Growth, pertemuan pejabat tinggi tersebut membahas perkembangan tiga prioritas APEC tahun 2013, yaitu pencapaian Bogor Goals, pertumbuhan berkelanjutan yang adil, dan konektivitas.
Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, selaku ketua delegasi Indonesia, menyatakan bahwa pertemuan yang ke‐3 ini antara lain membahas capaian sejak pertemuan di Surabaya, perkembangan isu‐isu di luar perdagangan dan investasi serta persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Bali pada Oktober 2013 mendatang.
Dirjen KPI menegaskan, bahasan pertemuan APEC di Medan diarahkan sejalan dengan kepentingan serta pandangan Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, salah satu topik yang dibahas adalah upaya pencapaian Bogor Goals yang ikut mendorong pemerataan kesempatan dan pemanfaatan kerja sama APEC.
“Ada satu elemen yang agak sedikit dilupakan dari semangat ‘Bogor Goals’, yaitu dimana liberalisasi dan fasilitasi perdagangan serta investasi yang secara empirik memang mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan peningkatan taraf hidup, namun tidak secara otomatis dapat mengatasi masalah kesenjangan ekonomi,” jelas Iman dalam siaran persnya, Minggu (7/7/2013).
Dalam kaitan inilah Indonesia mendorong agar kerja sama APEC ke depan dapat lebih memperhatikan semangat inklusif, adil dan kesamaan kesempatan utamanya bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM), pengusaha muda dan wanita pengusaha, serta memberi kesempatan kepada ekonomi berkembang untuk mengejar ketertinggalannya.
“Bila semangat ini dapat dirangkul, APEC akan lebih berdaya tahan dalam menghadapi tantangan ekonomi apapun dan menjadi model kerja sama regional yang ideal,” imbuh Iman.
Pada SOM3 dibicarakan juga langkah dan upaya APEC dalam mendorong penyelesaian perundingan Putaran Doha Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Iman menyampaikan bahwa pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke‐9 yang akan berlangsung di Bali bulan Desember mendatang, amatlah penting untuk diperoleh dorongan politis APEC bagi penyelesaian perundingan Doha karena APEC mewakili sekitar 45 persen perdagangan dunia.
Delegasi Indonesia menegaskan pada pertemuan SOM3 bahwa sebagai Ketua KTM WTO ke‐9, Indonesia akan bekerja sama dengan semua negara anggota WTO agar pertemuan tersebut menyepakati sebuah paket deliverable yang dapat mengembalikan kepercayaan dunia terhadap superioritas sistem perdagangan multilateral di bawah naungan WTO.
Selama dua hari pertemuan, para Pejabat Tinggi APEC juga membahas upaya revitalisasi perdagangan jasa. Dengan semakin berkembangnya konsep value chain, maka kerja sama APEC juga perlu memberikan perhatian khusus di sektor jasa.
“Semakin jelas bahwa sektor jasa memainkan peran kunci baik sebagai sektor produksi maupun sebagai pelumas atau oli bagi sektor jasa lainnya dan sektor manufaktur,” jelas Iman.
(gpr)