Pasar obligasi mencoba menggeliat pekan depan

Minggu, 07 Juli 2013 - 16:20 WIB
Pasar obligasi mencoba...
Pasar obligasi mencoba menggeliat pekan depan
A A A
Sindonews.com - Pasar obligasi tampaknya akan menunjukkan tren penguatannya pada perdagangan sepekan ke depan, setelah sempat memperpanjang laju negatifnya sepanjang pekan kemarin dan hanya beberapa yang mengalami kenaikan tipis.

"Untuk pekan depan, pelaku pasar kemungkinan masih akan mencermati sentimen yang ada dengan mengambil posisi wait and see untuk sementara waktu sembari melihat seri-seri yang berpotensi untuk masuk dengan mempertimbangkan sudah rendahnya harga obligasi, terutama dengan adanya pertemuan RDG Bank Indonesia untuk membahas ada tidaknya kenaikan BI rate," kata Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada, Minggu (7/6/2013).

Pelaku pasar juga akan kembali mencermati laju pergerakan rupiah dimana pelaku pasar akan menghindari aset-aset yang dinilai lebih tinggi risikonya dan juga rilis data-data global.

Sementara itu, obligasi-obligasi jangka pendek masih akan menjadi pilihan. Dan untuk obligasi korporasi kemungkinan pelaku pasar akan lebih memilih obligasi dengan peringkat AA- hingga AAA.

Untuk pekan depan, pelaku pasar juga akan mencermati lelang obligasi negara dimana seri Sukuk akan dilelang, yaitu PBS jangka waktu pendek hingga 2014 dan jangka panjang hingga 2043 untuk seri PBS001 (reopening), PBS003 (reopening), PBS005 (reopening), dan PBS004 (reopening). Selain itu, juga akan dilelang Sukuk Negara dengan seri SPN-S 10012014 (new issuance).

Kurang kondusifnya sentimen yang ada berimbas negatif pada pasar obligasi yang pada akhirnya masih ada dari para pelaku pasar yang melakukan aksi jual meskipun sudah berkurang sehingga mengakibatkan harga obligasi masih banyak yang mengalami pelemahan.

Masih adanya nett sell di pasar saham dan pelemahan nilai tukar Rupiah membuat kondusi semakain tidak kondusif. Begitupun dengan adanya penilaian penurunan proyeksi ekonomi Indonesia dari bank dunia dan penurunan valuasi pasar modal oleh Morgan Stanley semakin menambah sentimen negatif.

"Belum lagi dari sentimen global dimana turunnya obligasi di sejumlah wilayah zona Euro dengan adanya kisruh politik di Portugal dan sempat memanasnya kondisi di Mesir secara tidak langsung juga berperan terhadap pelemahan pasar obligasi dalam negeri," ujarnya.

Membaiknya data-data ketenagkerjaan AS memunculkan spekulasi The Fed akan mulai mengurangi stimulusnya berupa program pembelian obligasi senilai USD85 miliar per bulannya. Hal tersebut akan mengakibatkan meningkatnya nilai USD.

Kondisi inilah yang akhirnya dipersepsikan negatif di pasar obligasi yang pada akhirnya pelaku pasar banyak meminta yield yang tinggi untuk mengkompensasi penurunan pada obligasi karena sentimen tersebut.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4602 seconds (0.1#10.140)