Juli, ekspor Jepang melonjak tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Kinerja ekspor Jepang melonjak pada Juli 2013 sebesar 12,2 persen dan menjadi yang terbesar sejak 2010. Hal ini membantu upaya Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe untuk mendorong pemulihan ekonomi bahkan meningkatnya biaya energi mendorong defisit perdagangan.
Seperti dikutip dar Bloomberg, Senin (19/8/2013), Departemen Keuangan Jepang mengatakan, ekspor Jepang pada Juli 2013 meningkat 12,2 persen dari tahun sebelumnya setelah naik 7,4 persen pada Juni. Sementara, impor naik 19,6 persen, meninggalkan defisit perdagangan sebesar 1,02 triliun yen (USD10.5 miliar).
Ekspor yang cukup kuat ini menunjukkan ekonomi Jepang mulai pulih atas permintaan di Eropa dan Amerika Serikat, dan penurunan yen 11 persen terhadap dolar tahun ini. Kesehatan ekonomi tersebut akan menjadi kunci untuk keputusan Abe pada bulan depan, apakah akan menaikkan pajak penjualan hingga 8 persen pada April dari 5 persen saat ini, langkah yang akan menyeret pada konsumsi sementara dalam mendukung keuangan negara.
"Melemahnya mata uang akan menguntungkan perekonomian, karena akan membantu perusahaan di sektor otomotif dan teknologi informasi," kata Hiroaki Muto, ekonom di Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo.
"Aku tidak begitu khawatir tentang defisit perdagangan karena harga energi akan jatuh, cepat atau lambat dan volume ekspor akan meningkat karena ekonomi global membaik," imbuhnya.
Sementara, ekspor ke Uni Eropa melonjak 16,6 persen setelah kenaikan 8,6 pada Juni. Hal ini didorong oleh produk termasuk mobil, mesin, dan baja. Data dari kantor statistik Uni Eropa di Luxembourg menunjukkan, ekonomi kawasan Euro itu muncul dari rekor resesi panjang pada kuartal kedua.
Seperti dikutip dar Bloomberg, Senin (19/8/2013), Departemen Keuangan Jepang mengatakan, ekspor Jepang pada Juli 2013 meningkat 12,2 persen dari tahun sebelumnya setelah naik 7,4 persen pada Juni. Sementara, impor naik 19,6 persen, meninggalkan defisit perdagangan sebesar 1,02 triliun yen (USD10.5 miliar).
Ekspor yang cukup kuat ini menunjukkan ekonomi Jepang mulai pulih atas permintaan di Eropa dan Amerika Serikat, dan penurunan yen 11 persen terhadap dolar tahun ini. Kesehatan ekonomi tersebut akan menjadi kunci untuk keputusan Abe pada bulan depan, apakah akan menaikkan pajak penjualan hingga 8 persen pada April dari 5 persen saat ini, langkah yang akan menyeret pada konsumsi sementara dalam mendukung keuangan negara.
"Melemahnya mata uang akan menguntungkan perekonomian, karena akan membantu perusahaan di sektor otomotif dan teknologi informasi," kata Hiroaki Muto, ekonom di Sumitomo Mitsui Asset Management di Tokyo.
"Aku tidak begitu khawatir tentang defisit perdagangan karena harga energi akan jatuh, cepat atau lambat dan volume ekspor akan meningkat karena ekonomi global membaik," imbuhnya.
Sementara, ekspor ke Uni Eropa melonjak 16,6 persen setelah kenaikan 8,6 pada Juni. Hal ini didorong oleh produk termasuk mobil, mesin, dan baja. Data dari kantor statistik Uni Eropa di Luxembourg menunjukkan, ekonomi kawasan Euro itu muncul dari rekor resesi panjang pada kuartal kedua.
(izz)