CIMB Principal proyeksikan IHSG menguat bulan depan
A
A
A
Sindonews.com - PT CIMB Principal Asset Management memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menemukan titik balik pada September 2013. Sehingga pada akhir tahun ini akan bergerak naik pada kisaran 4.500 hingga 4.700.
Direktur CIMB Principal Asset Management, Fajar R Hidayat mengatakan, proyeksi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa kondisi yang terjadi pada bulan ini adalah titik terendah IHSG dan tidak akan melemah lebih dalam lagi.
Fajar menuturkan, ada tiga indikator yang menjadikan ciri utama IHSG memasuki area jenuh jual. Yaitu kestabilan nilai tukar rupiah, ketegasan inflasi, dan yield Surat Utang Negara (SUN).
"Jika pergerakan rupiah sudah stabil dan normal, maka diproyeksikan IHSG akan tidak terlalu fluktuatif dan mulai rebound, yang terpenting adalah rupiah bergerak stabil," kata Fajar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (27/8/2013).
Kemudian, kata dia, untuk faktor inflasi, sampai saat ini investor masih menunggu apakah inflasi sudah mencapai batasan maksimal.
"Jika sudah memasuki batasan maksimal, maka investor akan masuk ke pasar. Inflasi masih dicari peak-nya, dan September ini saat tepat untuk masuk ke pasar. Kalau sudah naik tinggi, investor sudah menghitung risikonya," kata Fajar.
Sementara, faktor ketiga adalah kenaikan yield SUN, di mana sejak awal tahun sampai saat ini Yield SUN sudah naik sebanyak 300 basis poin sehingga menjadi 8 persen dalam tenor 10 tahun.
Menurutnya, jika yield SUN sudah mulai menurun maka memberikan peluang bagi investor untuk masuk. Penurunan yield menandakan kepastian sarana investasi sudah kembali dari emas, dan surat beharga yang sifatnya aman (heaven) ke pasar modal, jadi titik pelemahan IHSG tidak akan berlanjut lagi.
"Jika ketiga faktor tersebut terealisasi, dan sentimen positif juga datang dari luar negeri, maka kami memprediksi IHSG akan berada pada level support 4.500 pada akhir tahun ini. Sedangkan pada level resistance diperkirakan akan berada di 4.700," pungkas dia.
Direktur CIMB Principal Asset Management, Fajar R Hidayat mengatakan, proyeksi tersebut didasarkan pada asumsi bahwa kondisi yang terjadi pada bulan ini adalah titik terendah IHSG dan tidak akan melemah lebih dalam lagi.
Fajar menuturkan, ada tiga indikator yang menjadikan ciri utama IHSG memasuki area jenuh jual. Yaitu kestabilan nilai tukar rupiah, ketegasan inflasi, dan yield Surat Utang Negara (SUN).
"Jika pergerakan rupiah sudah stabil dan normal, maka diproyeksikan IHSG akan tidak terlalu fluktuatif dan mulai rebound, yang terpenting adalah rupiah bergerak stabil," kata Fajar di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (27/8/2013).
Kemudian, kata dia, untuk faktor inflasi, sampai saat ini investor masih menunggu apakah inflasi sudah mencapai batasan maksimal.
"Jika sudah memasuki batasan maksimal, maka investor akan masuk ke pasar. Inflasi masih dicari peak-nya, dan September ini saat tepat untuk masuk ke pasar. Kalau sudah naik tinggi, investor sudah menghitung risikonya," kata Fajar.
Sementara, faktor ketiga adalah kenaikan yield SUN, di mana sejak awal tahun sampai saat ini Yield SUN sudah naik sebanyak 300 basis poin sehingga menjadi 8 persen dalam tenor 10 tahun.
Menurutnya, jika yield SUN sudah mulai menurun maka memberikan peluang bagi investor untuk masuk. Penurunan yield menandakan kepastian sarana investasi sudah kembali dari emas, dan surat beharga yang sifatnya aman (heaven) ke pasar modal, jadi titik pelemahan IHSG tidak akan berlanjut lagi.
"Jika ketiga faktor tersebut terealisasi, dan sentimen positif juga datang dari luar negeri, maka kami memprediksi IHSG akan berada pada level support 4.500 pada akhir tahun ini. Sedangkan pada level resistance diperkirakan akan berada di 4.700," pungkas dia.
(izz)