Penjualan properti di Jabar diprediksi melambat
A
A
A
Sindonews.com - Penjualan properti di Jawa Barat (Jabar) diperkirakan melambat setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis point dari 6,50 persen menjadi 7,00 persen.
Bendahara Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Jabar, Aris Radarisman mengakui, meski BI hanya menaikkan BI Rate 50 basis point, namun dampaknya diperkirakan akan pada penurunan daya beli masyarakat disektor perumahan.
"Dampaknya bisa sangat besar. Penjualan properti bisa melambat hingga 30 persen," kata Aris di Bandung, Senin (2/9/2013).
Menurut dia, kenaikan BI Rate yang diikuti naiknya suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) oleh perbankan akan sangat memberatkan masyarakat. Di mana masyarakat dengan penghasilan terbatas, akan sangat sulit mengakses perumahan menengah dan mewah.
Selain itu, dampak kenaikan bunga KPR juga akan dirasakan masyarakat yang telah mengambil rumah dengan jumlah cicilan tertentu. Kenaikan BI Rate dipastikan akan diikuti penyesuaian bunga KPR oleh perbankan. Saat ini, lanjut Aris, hampir 90 persen pembeli perumahan menggunakan skema kredit KPR.
Atas kondisi tersebut, developer terpaksa menurunkan margin agar beban masyarakat tidak terlalu besar. Usaha tersebut dilakukan dengan meluncurkan program diskon, untuk menarik minat masyarakat.
"Di tengah kondisi perumahan yang seperti ini, kami tetap optimistis penjualan rumah tetap membaik. Apalagi backlog perumahan sedang dan mewah mencapai 1 juta unit. Sedangkan backlog perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mencapai tiga juta unit," beber dia.
Bendahara Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Jabar, Aris Radarisman mengakui, meski BI hanya menaikkan BI Rate 50 basis point, namun dampaknya diperkirakan akan pada penurunan daya beli masyarakat disektor perumahan.
"Dampaknya bisa sangat besar. Penjualan properti bisa melambat hingga 30 persen," kata Aris di Bandung, Senin (2/9/2013).
Menurut dia, kenaikan BI Rate yang diikuti naiknya suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) oleh perbankan akan sangat memberatkan masyarakat. Di mana masyarakat dengan penghasilan terbatas, akan sangat sulit mengakses perumahan menengah dan mewah.
Selain itu, dampak kenaikan bunga KPR juga akan dirasakan masyarakat yang telah mengambil rumah dengan jumlah cicilan tertentu. Kenaikan BI Rate dipastikan akan diikuti penyesuaian bunga KPR oleh perbankan. Saat ini, lanjut Aris, hampir 90 persen pembeli perumahan menggunakan skema kredit KPR.
Atas kondisi tersebut, developer terpaksa menurunkan margin agar beban masyarakat tidak terlalu besar. Usaha tersebut dilakukan dengan meluncurkan program diskon, untuk menarik minat masyarakat.
"Di tengah kondisi perumahan yang seperti ini, kami tetap optimistis penjualan rumah tetap membaik. Apalagi backlog perumahan sedang dan mewah mencapai 1 juta unit. Sedangkan backlog perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mencapai tiga juta unit," beber dia.
(izz)