Stok pupuk di Jabar aman
A
A
A
Sindonews.com - Menjelang musim tanam yang akan berlangsung dalam beberapa bulan ke depan, PT Pupuk Kujang memastikan stok pupuk untuk wilayah Jawa Barat (Jabar) dalam kondisi aman.
Menghadapi musim tanam, Pupuk Kujang sudah menyiapkan stok pupuk sebanyak 104.140,65 ton urea, 8.196,2 ton NPK dan 4.866 ton pukuk organik. Stok pupuk sebanyak itu dipastikan masih aman sampai akhir September. Sehingga, petani diimbau tidak perlu khawatir dengan isu kekurangan pupuk menjelang musim tanam.
Kepala bagian Humas Pupuk Kujang, Mochmmad Aby Radityo menyampaikan, dengan stok yang ada sampai akhir September, stok pupuk masih surplus. Menurut data Distan Prov Jabar, kata Radityo, kebutuhan pupuk urea hanya sebesar 30.637 ton artinya masih surplus sebanyak 73.503,35 ton.
Begitu juga untuk kebutuhan NPK sebesar 6.054 ton yaitu surplus 2.142,2 ton dan kebutuhan organik sebesar 1.592 ton atau surplus 3.271 ton. Khusus untuk wilayah Ciamis dan sekitarnya, stok pupuk yang ada saat ini sebanyak 5.671,45 ton terdiri dari pupuk urea 4.588 ton, pupuk NPK kujang 1.076,45 ton dan pupuk organik tujuh ton.
"Jumlah tersebut, dipastikan akan mengamankan kebutuhan pupuk September hingga 1.103 ton. Dengan begitu, masih terdapat surplus 3.485 ton," terang Radityo saat meninjau Stok Pupuk di gudang Doboku, Kota Banjar, Kamis (5/9/2013).
Radityo juga menjamin Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk di lapangan akan sesuai dengan Permentan No 87/2011 tentang HET. Yaitu untuk pupuk urea Rp1.800 per kg, NPK Rp2.300 per kg, kemudian organik Rp500 per kg.
"Syaratnya pembelian harus tetap dilakuakn dalam pembelian per 50 kg dan dibeli secara tunai bukan pembayaran setelah panen," terang dia.
Adapun kasuistik yang sering terjadi mengakibatkan penjualan pupuk di atas HET, kata dia, karena ada sebagian petani yang membeli dalam jumlah kecil atau mengecer, ada pula yang membeli dibayar setalah panen gabah.
Selain itu, ada pula yang membeli dari kios ke kios dan yang terakhir ada sistem penjualan di tingkat petani yang disebut sistem penjualan paket terdiri dari gabunagn pupuk urea, TSP dan pupuk lainya. "Sejumlah kasuistis ini, dipastikan membuat penjualan pupuk di atas HET," ujarnya.
Radityo juga meminta masyarakat lebih mewaspadai seiring adanya informasi soal beredarnya pupuk palsu di daerah tertentu. Untuk menghindari itu, sebagai salah satu ciri pupuk urea asli produksi Pupuk Kujang dilakuakn dengan mengganti kemasan dalam.
"Jika sebelumnya kemasan dalam mengunakan pelastik bening, saat ini diganti dengan plastik kemerahan. Ini sebagai salah satu ciri yang harus diketahui masyarakat agar tidak terkecoh," pungkas Radityo.
Menghadapi musim tanam, Pupuk Kujang sudah menyiapkan stok pupuk sebanyak 104.140,65 ton urea, 8.196,2 ton NPK dan 4.866 ton pukuk organik. Stok pupuk sebanyak itu dipastikan masih aman sampai akhir September. Sehingga, petani diimbau tidak perlu khawatir dengan isu kekurangan pupuk menjelang musim tanam.
Kepala bagian Humas Pupuk Kujang, Mochmmad Aby Radityo menyampaikan, dengan stok yang ada sampai akhir September, stok pupuk masih surplus. Menurut data Distan Prov Jabar, kata Radityo, kebutuhan pupuk urea hanya sebesar 30.637 ton artinya masih surplus sebanyak 73.503,35 ton.
Begitu juga untuk kebutuhan NPK sebesar 6.054 ton yaitu surplus 2.142,2 ton dan kebutuhan organik sebesar 1.592 ton atau surplus 3.271 ton. Khusus untuk wilayah Ciamis dan sekitarnya, stok pupuk yang ada saat ini sebanyak 5.671,45 ton terdiri dari pupuk urea 4.588 ton, pupuk NPK kujang 1.076,45 ton dan pupuk organik tujuh ton.
"Jumlah tersebut, dipastikan akan mengamankan kebutuhan pupuk September hingga 1.103 ton. Dengan begitu, masih terdapat surplus 3.485 ton," terang Radityo saat meninjau Stok Pupuk di gudang Doboku, Kota Banjar, Kamis (5/9/2013).
Radityo juga menjamin Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk di lapangan akan sesuai dengan Permentan No 87/2011 tentang HET. Yaitu untuk pupuk urea Rp1.800 per kg, NPK Rp2.300 per kg, kemudian organik Rp500 per kg.
"Syaratnya pembelian harus tetap dilakuakn dalam pembelian per 50 kg dan dibeli secara tunai bukan pembayaran setelah panen," terang dia.
Adapun kasuistik yang sering terjadi mengakibatkan penjualan pupuk di atas HET, kata dia, karena ada sebagian petani yang membeli dalam jumlah kecil atau mengecer, ada pula yang membeli dibayar setalah panen gabah.
Selain itu, ada pula yang membeli dari kios ke kios dan yang terakhir ada sistem penjualan di tingkat petani yang disebut sistem penjualan paket terdiri dari gabunagn pupuk urea, TSP dan pupuk lainya. "Sejumlah kasuistis ini, dipastikan membuat penjualan pupuk di atas HET," ujarnya.
Radityo juga meminta masyarakat lebih mewaspadai seiring adanya informasi soal beredarnya pupuk palsu di daerah tertentu. Untuk menghindari itu, sebagai salah satu ciri pupuk urea asli produksi Pupuk Kujang dilakuakn dengan mengganti kemasan dalam.
"Jika sebelumnya kemasan dalam mengunakan pelastik bening, saat ini diganti dengan plastik kemerahan. Ini sebagai salah satu ciri yang harus diketahui masyarakat agar tidak terkecoh," pungkas Radityo.
(izz)