Kenaikan harga ayam tak begitu dinikmati peternak
A
A
A
Sindonews.com - Naiknya harga daging ayam ternyata tidak terlalu dinikmati para peternak di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Salah satunya di Desa Plosogenuk, Kecamatan Perak.
Peternak di desa itu berpendapat, naiknya harga daging ayam saat ini merupakan hal yang wajar karena harga pakan ternak saat ini juga meningkat Rp15 ribu/sak. Jika harga daging ayam tidak ikut naik, peternak mengaku akan merugi.
Sebaliknya, dengan kenaikan harga daging ayam dengan kisaran Rp30.000-32.000 saat ini, peternak dan pemotong ayam baru bisa memperoleh keuntungan. Di sisi lain, peternak mengakui, kenaikan harga daging ayam ini dikeluhkan dan memberatkan masyarakat.
“Kalau masyarakat ingin harga daging ayam turun, kita meminta masyarakat mau membantu mendesak pemerintah untuk menurunkan harga pakan ayam,” kata peternak ayam di Desa Plosogenuk, Maghfur Mujtahid, Jumat (20/9/2013).
Dia menjelaskan, harga pakan ternak mengalami kenaikan sejak beberapa waktu lalu sebagai imbas atas anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD). Sementara itu, pemerintah hingga saat ini, tidak mampu mengembalikan nilai tukar rupiah pada kisaran Rp9.000/USD seperti sebelumnya, sehingga masyarakat yang menanggung akibatnya.
Peternak di desa itu berpendapat, naiknya harga daging ayam saat ini merupakan hal yang wajar karena harga pakan ternak saat ini juga meningkat Rp15 ribu/sak. Jika harga daging ayam tidak ikut naik, peternak mengaku akan merugi.
Sebaliknya, dengan kenaikan harga daging ayam dengan kisaran Rp30.000-32.000 saat ini, peternak dan pemotong ayam baru bisa memperoleh keuntungan. Di sisi lain, peternak mengakui, kenaikan harga daging ayam ini dikeluhkan dan memberatkan masyarakat.
“Kalau masyarakat ingin harga daging ayam turun, kita meminta masyarakat mau membantu mendesak pemerintah untuk menurunkan harga pakan ayam,” kata peternak ayam di Desa Plosogenuk, Maghfur Mujtahid, Jumat (20/9/2013).
Dia menjelaskan, harga pakan ternak mengalami kenaikan sejak beberapa waktu lalu sebagai imbas atas anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD). Sementara itu, pemerintah hingga saat ini, tidak mampu mengembalikan nilai tukar rupiah pada kisaran Rp9.000/USD seperti sebelumnya, sehingga masyarakat yang menanggung akibatnya.
(rna)