Jika rupiah masih Rp9.000/USD, ekonomi terancam bubble
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Mirza Adityaswara meyakini, nilai tukar rupiah yang mencapai Rp11 ribu per dolar Amerika Serikat (USD) akan membuat keseimbangan baru.
Dia justru mengkhawatirkan jika rupiah masih terus kuat, maka akan terjadi overvalue yang akan berujung pada bubble yang berpotensi menjadi krisis.
"Rupiah yang terlalu kuat membuat khawatir dan jangan dianggap hebat. Karena membuat ekonomi tidak kompetitif, impor murah, ekspor enggak kompetitif, akan menjadi bubble. Bahaya itu," terangnya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (23/9/2013).
Mirza menuturkan, nilai tukar rupiah Rp9.000 per USD yang terjadi beberapa waktu lalu justru tidak cocok apabila Indonesia masih tertekan oleh defisit transaksi berjalan.
"Nanti kalau kita bisa current account deficit dan mengurangi utang baru rupiah akan menguat pelan-pelan. Makanya jangan terlalu khawatir," sambung Mirza.
Dia mengungkapkan, apabila pemerintah masih ngotot mempertahankan nilai tukar sebesar Rp9.000 dalam keadaan seperti ini, maka ekonomi akan semakin tidak stabil.
"Kalau dipaksa hanya akan menimbulkan unstability karena Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan cadangan devisa terus menerus untuk menahan gejolak," pungkas Mirza.
Dia justru mengkhawatirkan jika rupiah masih terus kuat, maka akan terjadi overvalue yang akan berujung pada bubble yang berpotensi menjadi krisis.
"Rupiah yang terlalu kuat membuat khawatir dan jangan dianggap hebat. Karena membuat ekonomi tidak kompetitif, impor murah, ekspor enggak kompetitif, akan menjadi bubble. Bahaya itu," terangnya di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (23/9/2013).
Mirza menuturkan, nilai tukar rupiah Rp9.000 per USD yang terjadi beberapa waktu lalu justru tidak cocok apabila Indonesia masih tertekan oleh defisit transaksi berjalan.
"Nanti kalau kita bisa current account deficit dan mengurangi utang baru rupiah akan menguat pelan-pelan. Makanya jangan terlalu khawatir," sambung Mirza.
Dia mengungkapkan, apabila pemerintah masih ngotot mempertahankan nilai tukar sebesar Rp9.000 dalam keadaan seperti ini, maka ekonomi akan semakin tidak stabil.
"Kalau dipaksa hanya akan menimbulkan unstability karena Bank Indonesia (BI) akan mengeluarkan cadangan devisa terus menerus untuk menahan gejolak," pungkas Mirza.
(izz)