Kesaktian IHSG diuji
A
A
A
Sindonews.com - Kesaktian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan kembali diuji apakah euforia naiknya cadangan devisa Indonesia dan tidak dinaikkannya BI rate dapat bertahan kembali dalam perdagangan Rabu ini.
Secara teknikal, IHSG membentuk pola penguatan pada penutupan perdagangan kemarin dan terlihat akan melanjutkan penguatannya pada hari ini.
"Rentang IHSG 4.380-4.462. Pola bullish engulfing terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish reversal (penguatan lanjutan)," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Rabu (9/10/2013).
Namun demikian, lanjut Edwin, perlu diwaspadai sentimen yang ada, merujuk kejatuhan tajam Dow Jones 1,07 persen akibat belum adanya titik terang mengenai bagaimana penyelesaian deadlock debt ceiling yang mencapai USD16,7 triliun & EIDO:US turun 0,97 persen di tengah berlanjutnya net sell asing, dimana year to date mencapai Rp13,59 triliun.
Menurut Edwin, kondisi tersebut ditenggarai absennya rilis data ekonomi AS dan dengan sisa waktu sembilan hari lagi menuju tanggal 17 Oktober yang artinya akan banyak instrumen keuangan AS yang akan default yang dapat memicu aksi panic selling secara global jika batas pinjaman sebesar USD16,7 triliun tidak dapat disetujui.
Sementara belum nampak kemajuan mengakhiri krisis politik "Drama Washington" mendorong Dow Jones kembali turun tajam di hari kedua sebesar 159,71 poin (1,07 persen) ditutup di level 14.776,53, disertai naiknya The Vix sebesar 4,79 persen ditutup di level 20,34.
"Dengan kata lain, selama dua hari saja Dow Jones mengalami kejatuhan tajam sebesar 296,05 poin (1,97 persen), sementara The Vix naik tajam sebesar 20,74 persen," pungkas dia.
Secara teknikal, IHSG membentuk pola penguatan pada penutupan perdagangan kemarin dan terlihat akan melanjutkan penguatannya pada hari ini.
"Rentang IHSG 4.380-4.462. Pola bullish engulfing terbentuk atas IHSG mengindikasikan bullish reversal (penguatan lanjutan)," kata Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang, Rabu (9/10/2013).
Namun demikian, lanjut Edwin, perlu diwaspadai sentimen yang ada, merujuk kejatuhan tajam Dow Jones 1,07 persen akibat belum adanya titik terang mengenai bagaimana penyelesaian deadlock debt ceiling yang mencapai USD16,7 triliun & EIDO:US turun 0,97 persen di tengah berlanjutnya net sell asing, dimana year to date mencapai Rp13,59 triliun.
Menurut Edwin, kondisi tersebut ditenggarai absennya rilis data ekonomi AS dan dengan sisa waktu sembilan hari lagi menuju tanggal 17 Oktober yang artinya akan banyak instrumen keuangan AS yang akan default yang dapat memicu aksi panic selling secara global jika batas pinjaman sebesar USD16,7 triliun tidak dapat disetujui.
Sementara belum nampak kemajuan mengakhiri krisis politik "Drama Washington" mendorong Dow Jones kembali turun tajam di hari kedua sebesar 159,71 poin (1,07 persen) ditutup di level 14.776,53, disertai naiknya The Vix sebesar 4,79 persen ditutup di level 20,34.
"Dengan kata lain, selama dua hari saja Dow Jones mengalami kejatuhan tajam sebesar 296,05 poin (1,97 persen), sementara The Vix naik tajam sebesar 20,74 persen," pungkas dia.
(rna)