Demo buruh bikin IHSG melempem
A
A
A
Sindonews.com - Sepekan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak melemah. Hal ini dikarenakan buruknya kondisi dalam negeri yang dipicu oleh demo buruh.
Selain itu, pada akhir pekan Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan bonus berupa pengumuman inflasi dan defisit neraca perdagangan. Memang angka inflasi sangat baik. Inflasi Oktober hanya sebesar 0,09 persen, seharusnya dapat menjadi sentimen positif. Namun, angka neraca perdagangan kembali mengalami defisit sebesar USD657,2 juta.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, angka ini sangat mengecewakan karena pemerintah gagal melaksanakan pekerjaan rumahnya dalam mengendalikan impor migas.
"Hal ini membuat defisit neraca perdangan menjadi sebesar USD6,26 miliar. Faktor demo buruh juga menyebabkan hampir selama sepekan kemarin beberapa perusahaan menufaktur tidak dapat melakukan produksi dengan optimal," kata dia dalam risetnya, Minggu (3/11/2013).
Menurutnya, hal ini dapat berpengaruh ke Purchasing Manager Indeks (PMI) Indonesia yang dapat turun hingga di bawah 50. Padahal PMI Indonesia pada oktober 2013 meningkat ke posisi 50,9 dari bulan sebelumnya 50,2.
Dia menuturkan, faktor laporan keuangan juga menjadi sentimen yang memengaruhi pasar. Dalam hal ini beberapa emiten mengalami pelemahan dalam laporan keuangannya.
Sementara dari luar, sentimen positif bermunculan. Data manufaktur China naik menjadi 51,4 persen di Oktober. Selain itu Bank of Japan (BoJ) menyatakan negara dengan kekuatan ekonomi ketiga terbesar dunia itu tengah mengalami kemajuan setelah mencatat inflasi 2 persen. Pasar Amerika juga ditutup positif pada akhir pekan ini.
David menuturkan, untuk pekan depan IHSG masih akan berpotensi terkoreksi. Masih belum kondusifnya kondisi buruh yang menuntut upah tinggi, data defisi neraca perdagangan hingga prediksi turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan turunnya laba emiten akan menjadi sentimen negatif yang kuat.
"Pertumbuhan ekonomi di prediksi hanya sebesar 5,6-5,8 persen. Namun bursa global yang bergerak positif dapat menjadi katalis yang menyebabkan IHSG tidak terkoreksi cepat. Saat ini saya melihat support IHSG berada di level 4.350. Dan secara teknikal IHSG masih memiliki gap di 4.200," kata dia.
Karena itu, David mengatakan, investor sebaiknya mulai menjaga posisi kas dan melihat emiten yang masih dapat membukukan kenaikan pendapatan yang signifikan," pungkas dia.
Selain itu, pada akhir pekan Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan bonus berupa pengumuman inflasi dan defisit neraca perdagangan. Memang angka inflasi sangat baik. Inflasi Oktober hanya sebesar 0,09 persen, seharusnya dapat menjadi sentimen positif. Namun, angka neraca perdagangan kembali mengalami defisit sebesar USD657,2 juta.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, angka ini sangat mengecewakan karena pemerintah gagal melaksanakan pekerjaan rumahnya dalam mengendalikan impor migas.
"Hal ini membuat defisit neraca perdangan menjadi sebesar USD6,26 miliar. Faktor demo buruh juga menyebabkan hampir selama sepekan kemarin beberapa perusahaan menufaktur tidak dapat melakukan produksi dengan optimal," kata dia dalam risetnya, Minggu (3/11/2013).
Menurutnya, hal ini dapat berpengaruh ke Purchasing Manager Indeks (PMI) Indonesia yang dapat turun hingga di bawah 50. Padahal PMI Indonesia pada oktober 2013 meningkat ke posisi 50,9 dari bulan sebelumnya 50,2.
Dia menuturkan, faktor laporan keuangan juga menjadi sentimen yang memengaruhi pasar. Dalam hal ini beberapa emiten mengalami pelemahan dalam laporan keuangannya.
Sementara dari luar, sentimen positif bermunculan. Data manufaktur China naik menjadi 51,4 persen di Oktober. Selain itu Bank of Japan (BoJ) menyatakan negara dengan kekuatan ekonomi ketiga terbesar dunia itu tengah mengalami kemajuan setelah mencatat inflasi 2 persen. Pasar Amerika juga ditutup positif pada akhir pekan ini.
David menuturkan, untuk pekan depan IHSG masih akan berpotensi terkoreksi. Masih belum kondusifnya kondisi buruh yang menuntut upah tinggi, data defisi neraca perdagangan hingga prediksi turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan turunnya laba emiten akan menjadi sentimen negatif yang kuat.
"Pertumbuhan ekonomi di prediksi hanya sebesar 5,6-5,8 persen. Namun bursa global yang bergerak positif dapat menjadi katalis yang menyebabkan IHSG tidak terkoreksi cepat. Saat ini saya melihat support IHSG berada di level 4.350. Dan secara teknikal IHSG masih memiliki gap di 4.200," kata dia.
Karena itu, David mengatakan, investor sebaiknya mulai menjaga posisi kas dan melihat emiten yang masih dapat membukukan kenaikan pendapatan yang signifikan," pungkas dia.
(izz)