Ekpsor tuna RI semester I tembus 115 ribu ton
A
A
A
Sindonews.com - Indonesia dikenal sebagai pemasok utama pasar ikan tuna dunia yang pada semester pertama tahun ini volume ekspornya mencapai 115 ribu ton, atau meningkat dibanding ekspor tahun lalu.
"Tahun lalu, volume ekspor tuna kita mencapai 201 ribu ton, itu termasuk produk tidak utuh, ada olahan juga, yang nilainya mencapai USD820 Juta," ujar Saut P Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP usai membuka Kongres III Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) di Sanur, Denpasar. Kamis (14/11/2013).
Sedangkan, pada semester pertama atau enam bulan tahun ini, realisasi ekspor tuna telah mencapai 115 ribu ton. Pencapaian ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu dan nilai ekspor mencapai USD418 juta.
"Kita yakin, sudah meningkat melampaui target ekspor dibanding tahun lalu atau terjadi peningkatan sekitar 10 persen," kata dia didampingi Sekjen DPP ATLI Dwi Agus Siswa Putra.
Dikatakan Saut, peningkatan tuna itu sebesar 10 persen itu sudah tergolong baik. Sebab, pada dasarnya hasil tangkapan tuna itu volumenya tidak bisa didongkrak.
"Stok tuna itu ya begitu saja, jadi kita tidak mengharapkan ada peningkatan produksi tetapi nilai tambah," imbuhnya.
Untuk itu, produk ekspor tuna nanti berupa cakalang atau yang sudah melewati proses dan bukan gelandangan. Sebab, ekpsor olahan itu memberi nilai tambah yang lebih besar sebesar USD600 per ton.
Saat ini, untuk produk tuna yang beku nilainya menjadi USD1.600 per ton, sehingga harganya berbeda. Jadi, nilai yang diharapan bukan volume sebab kalau volume tangkapan setiap tahun hampir sama, tidak terkalu banyak perubahan.
"Jadi, kita harapkan ke depan justru makin banyak ke prosecsing yang kita ekspor, bukan gelondongan jadi ada peningkatan ekpsor itu pada nilai, bukan volume," papar dia.
Sementara, pasar utama produk olahan tuna segar Indonesia adalah Jepang, Amerika dan Uni Eropa. Untuk ekpsor tuna yang paling besar berasal dari Jakarta kemudian Bali.
Hanya saja, jika dilihat dari volume ikan tuna fresh maka Bali merupakan penyumbang terbesar untuk pasar ekspor. Dia mengakui, pasar dunia lebih mengenal image produk tuna asal Bali yang sudah dikenal.
Apalagi, mayoritas pengusaha ikan tuna di Pulau Dewata menggunakan alat tangkap longline yang sagat direkomendasi oleh pemerintah.
Cara penangkapan Longline itu sangat direkomendasikan karena tidak merusak stok dan habitatnya di lautan lepas. ATLI mengharapkan, tetap bertahan pada pola pengoperasioan longline karena itu cara yang direkomendasikan dan akan memberi hasil yang bagus untuk tangkapan tuna.
"Tahun lalu, volume ekspor tuna kita mencapai 201 ribu ton, itu termasuk produk tidak utuh, ada olahan juga, yang nilainya mencapai USD820 Juta," ujar Saut P Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) KKP usai membuka Kongres III Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) di Sanur, Denpasar. Kamis (14/11/2013).
Sedangkan, pada semester pertama atau enam bulan tahun ini, realisasi ekspor tuna telah mencapai 115 ribu ton. Pencapaian ini lebih tinggi dari periode sama tahun lalu dan nilai ekspor mencapai USD418 juta.
"Kita yakin, sudah meningkat melampaui target ekspor dibanding tahun lalu atau terjadi peningkatan sekitar 10 persen," kata dia didampingi Sekjen DPP ATLI Dwi Agus Siswa Putra.
Dikatakan Saut, peningkatan tuna itu sebesar 10 persen itu sudah tergolong baik. Sebab, pada dasarnya hasil tangkapan tuna itu volumenya tidak bisa didongkrak.
"Stok tuna itu ya begitu saja, jadi kita tidak mengharapkan ada peningkatan produksi tetapi nilai tambah," imbuhnya.
Untuk itu, produk ekspor tuna nanti berupa cakalang atau yang sudah melewati proses dan bukan gelandangan. Sebab, ekpsor olahan itu memberi nilai tambah yang lebih besar sebesar USD600 per ton.
Saat ini, untuk produk tuna yang beku nilainya menjadi USD1.600 per ton, sehingga harganya berbeda. Jadi, nilai yang diharapan bukan volume sebab kalau volume tangkapan setiap tahun hampir sama, tidak terkalu banyak perubahan.
"Jadi, kita harapkan ke depan justru makin banyak ke prosecsing yang kita ekspor, bukan gelondongan jadi ada peningkatan ekpsor itu pada nilai, bukan volume," papar dia.
Sementara, pasar utama produk olahan tuna segar Indonesia adalah Jepang, Amerika dan Uni Eropa. Untuk ekpsor tuna yang paling besar berasal dari Jakarta kemudian Bali.
Hanya saja, jika dilihat dari volume ikan tuna fresh maka Bali merupakan penyumbang terbesar untuk pasar ekspor. Dia mengakui, pasar dunia lebih mengenal image produk tuna asal Bali yang sudah dikenal.
Apalagi, mayoritas pengusaha ikan tuna di Pulau Dewata menggunakan alat tangkap longline yang sagat direkomendasi oleh pemerintah.
Cara penangkapan Longline itu sangat direkomendasikan karena tidak merusak stok dan habitatnya di lautan lepas. ATLI mengharapkan, tetap bertahan pada pola pengoperasioan longline karena itu cara yang direkomendasikan dan akan memberi hasil yang bagus untuk tangkapan tuna.
(izz)