BI Rate dinaikkan karena ekonomi dunia belum stabil
A
A
A
Sindonews.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyatakan keputusan Bank Sentral menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 7,5 persen dengan mempertimbangkan kondisi perekonomian dunia yang belum sepenuhnya stabil.
Dia mengaku tidak menargetkan angka BI Rate berada pada kisaran angka tertentu dan hanya mempertimbangkan situasi global yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri.
"Itu diakibatkan kondisi dinamika perekonomian dunia dan tidak ada yang bisa dilakukan (selain menaikkan BI Rate). Ini harus mencapai tingkat tertentu," kata Agus dalam acara Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!) di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (17/11/2013).
Walaupun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat karena BI Rate naik dan berimbas pada melambatnya pertumbuhan sektor riil, namun Agus memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih berada pada kisaran 5,7 persen. Angka ini relatif lebih baik dibandingkan perekonomian negara lain.
"Rata-rata dunia hanya tumbuh 3,6 persen. Sedangkan Indonesia pertumbuhan ekonominya masih kedua terbesar di negara-negara G-20," tuturnya.
Ketika disingung apakah BI Rate akan dinaikkan lagi menjelang akhir tahun, Agus enggan menjawab. Kendati demikian, dia memastikan bahwa BI akan tetap menjaga kestabilan ekonomi.
"BI akan tetap menjaga perekonomian dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Tetapi faktor eksternal memang cukup berperan," kata dia.
Dia mengaku tidak menargetkan angka BI Rate berada pada kisaran angka tertentu dan hanya mempertimbangkan situasi global yang dapat mempengaruhi kondisi perekonomian dalam negeri.
"Itu diakibatkan kondisi dinamika perekonomian dunia dan tidak ada yang bisa dilakukan (selain menaikkan BI Rate). Ini harus mencapai tingkat tertentu," kata Agus dalam acara Gerakan Ekonomi Syariah (Gres!) di lapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Minggu (17/11/2013).
Walaupun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat karena BI Rate naik dan berimbas pada melambatnya pertumbuhan sektor riil, namun Agus memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih berada pada kisaran 5,7 persen. Angka ini relatif lebih baik dibandingkan perekonomian negara lain.
"Rata-rata dunia hanya tumbuh 3,6 persen. Sedangkan Indonesia pertumbuhan ekonominya masih kedua terbesar di negara-negara G-20," tuturnya.
Ketika disingung apakah BI Rate akan dinaikkan lagi menjelang akhir tahun, Agus enggan menjawab. Kendati demikian, dia memastikan bahwa BI akan tetap menjaga kestabilan ekonomi.
"BI akan tetap menjaga perekonomian dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Tetapi faktor eksternal memang cukup berperan," kata dia.
(rna)