IHSG sepekan ini anjlok 3,22%
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini anjlok tajam mencapai 141,27 poin atau 3,22 persen. Angka ini jauh di bawah pekan sebelumnya yang menguat 44,13 poin atau 1 persen.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyamabada mengatakan, pelemahan IHSG sepanjang pekan ini diikuti indeks utama lainnya mayoritas turun, antara lain JII yang anjlok 4,04 persen diikuti indeks IDX30 dan ISSI yang masing-masing turun 3,86 persen dan 3,60 persen.
"Di sisi lain, laju indeks sektoral mayoritas juga bergerak melemah dimulai dari indeks properti, aneka industri, industri dasar dan lainnya dengan penurunan masing-masing 6,78 persen, 5,11 persen dan 4,73 persen. Sementara kenaikan hanya dialami indeks perkebunan yang bertambah 1,77 persen," kata dia dalam risetnya, Minggu (17/11/2013).
Reza menjelaskan, IHSG pada awal pekan ini melanjutkan pelemahan di tengah variatif cenderung menguatnya laju bursa saham Asia dan positifnya laju bursa saham Amerika Serikat (AS) di akhir pekan sebelumnya.
Saat itu, pelaku pasar bersikap wait and see jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) RDG Bank Indonesia (BI) untuk mengetahui bagaimana pandangan BI terhadap perekonomian Indonesia ke depannya dan apakah ada perubahan suku bunga acuan (BI Rate).
Antisipasi pelaku pasar terhadap rilis BI Rate telah membawa saham-saham perbankan melemah dan menyeret saham-saham di sektor lainnya.
Laju IHSG yang awalnya hanya melemah tipis dan mencoba untuk menguat, berubah menjadi pelemahan setelah dipersuram oleh hasil RDG BI yang menaikkan BI Rate dari level 7,25 persen menjadi 7,5 persen. Ini dipersepsikan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia belum akan membaik dan diproyeksikan masih akan tingginya inflasi hingga akhir tahun.
Pelaku pasar ramai-ramai melakukan aksi jual, sehingga IHSG terhempas dari target support di level 4400an. Di sisi lain, masih positifnya laju bursa saham Asia, Eropa dan AS menjadi tidak terlalu diperhatikan.
"Laju IHSG bukannya membaik, justru semakin anjlok dengan memanfaatkan rilis kenaikan BI Rate tersebut untuk jor-joran melakukan aksi jual," ujar dia.
Sementara angin positif sempat berhembus seiring dengan positifnya bursa saham AS yang berimbas pada bursa saham Asia, termasuk IHSG setelah merespon pernyataan dari calon tunggal Gubernur The Fed Janet Yellen, yang masih akan melanjutkan stimulus, sehingga dapat mengimbangi sakit hati dari para pelaku pasar atas kenaikan BI Rate yang tak terduga.
Oelaku pasar juga memanfaatkan pelemahan yang terjadi sebelumnya untuk kembali masuk pasar, namun kenaikan ini tidak bertahan lama, dimana akhir pekan kemarin IHSG kembali lunglai.
Selain itu, belum pulihnya laju nilai rupiah dan masih defisitnya neraca pembayaran BI serta masih adanya nett sell asing memberatkan IHSG untuk melanjutkan kenaikan. Sepanjang pekan ini, asing semakin besar jualannya hingga mencapai Rp2,22 triliun atau lebih besar dari pekan sebelumnya senilai Rp1,15 triliun.
IHSG pada akhir perdagangan pekan ini (Jumat, 15/11/2013) ditutup terkikis 31,92 poin atau 0,73 persen ke level 4.335,45.
Kepala Riset Trust Securities Reza Priyamabada mengatakan, pelemahan IHSG sepanjang pekan ini diikuti indeks utama lainnya mayoritas turun, antara lain JII yang anjlok 4,04 persen diikuti indeks IDX30 dan ISSI yang masing-masing turun 3,86 persen dan 3,60 persen.
"Di sisi lain, laju indeks sektoral mayoritas juga bergerak melemah dimulai dari indeks properti, aneka industri, industri dasar dan lainnya dengan penurunan masing-masing 6,78 persen, 5,11 persen dan 4,73 persen. Sementara kenaikan hanya dialami indeks perkebunan yang bertambah 1,77 persen," kata dia dalam risetnya, Minggu (17/11/2013).
Reza menjelaskan, IHSG pada awal pekan ini melanjutkan pelemahan di tengah variatif cenderung menguatnya laju bursa saham Asia dan positifnya laju bursa saham Amerika Serikat (AS) di akhir pekan sebelumnya.
Saat itu, pelaku pasar bersikap wait and see jelang Rapat Dewan Gubernur (RDG) RDG Bank Indonesia (BI) untuk mengetahui bagaimana pandangan BI terhadap perekonomian Indonesia ke depannya dan apakah ada perubahan suku bunga acuan (BI Rate).
Antisipasi pelaku pasar terhadap rilis BI Rate telah membawa saham-saham perbankan melemah dan menyeret saham-saham di sektor lainnya.
Laju IHSG yang awalnya hanya melemah tipis dan mencoba untuk menguat, berubah menjadi pelemahan setelah dipersuram oleh hasil RDG BI yang menaikkan BI Rate dari level 7,25 persen menjadi 7,5 persen. Ini dipersepsikan bahwa kondisi makro ekonomi Indonesia belum akan membaik dan diproyeksikan masih akan tingginya inflasi hingga akhir tahun.
Pelaku pasar ramai-ramai melakukan aksi jual, sehingga IHSG terhempas dari target support di level 4400an. Di sisi lain, masih positifnya laju bursa saham Asia, Eropa dan AS menjadi tidak terlalu diperhatikan.
"Laju IHSG bukannya membaik, justru semakin anjlok dengan memanfaatkan rilis kenaikan BI Rate tersebut untuk jor-joran melakukan aksi jual," ujar dia.
Sementara angin positif sempat berhembus seiring dengan positifnya bursa saham AS yang berimbas pada bursa saham Asia, termasuk IHSG setelah merespon pernyataan dari calon tunggal Gubernur The Fed Janet Yellen, yang masih akan melanjutkan stimulus, sehingga dapat mengimbangi sakit hati dari para pelaku pasar atas kenaikan BI Rate yang tak terduga.
Oelaku pasar juga memanfaatkan pelemahan yang terjadi sebelumnya untuk kembali masuk pasar, namun kenaikan ini tidak bertahan lama, dimana akhir pekan kemarin IHSG kembali lunglai.
Selain itu, belum pulihnya laju nilai rupiah dan masih defisitnya neraca pembayaran BI serta masih adanya nett sell asing memberatkan IHSG untuk melanjutkan kenaikan. Sepanjang pekan ini, asing semakin besar jualannya hingga mencapai Rp2,22 triliun atau lebih besar dari pekan sebelumnya senilai Rp1,15 triliun.
IHSG pada akhir perdagangan pekan ini (Jumat, 15/11/2013) ditutup terkikis 31,92 poin atau 0,73 persen ke level 4.335,45.
(rna)