Harga saham BBDL diproyeksi Rp995-1.110/saham
A
A
A
Sindonews.com - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksikan harga saham PT Buana Finance Tbk (BBLD) untuk 12 bulan sekitar Rp995-1.110 per saham.
Proyeksi harga saham tersebut berdasarkan track record perusahaan yang baik dalam industri sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen. Sekitar 81 persen dari portofolio pembiayaan pada 2012 terdiri dari sewa guna usaha, terutama alat berat untuk sektor industri.
Sementara dalam bisnis pembiayaan konsumen, perseroan memfokuskan diri pada mobil bekas, yang memberi kontribusi sekitar 85 persen terhadap portofolio konsumen.
Analis Pefindo Madjid Abdillah mengatakan, BBLD diuntungkan dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan penjualan mobil yang positif. Namun, menurut dia, tahun ini menjadi tahun penuh tantangan bagi industri pembiayaan karena menurunnya harga komoditas, naiknya BI Rate menjadi 7,5 persen dan regulasi loan to value (LTV).
"Kami memperkirakan tantangan tersebut akan ada sampai semester I/2014. Setelah itu, kami melihat kemungkinan penurunan BI Rate karena tekanan inflasi akan mereda dan difisit neraca Indonesia akan menyempit, sehingga akan mendorong pertumbuhan industri pembiayaan," kata dia dalam risetnya.
Dalam tiga tahun terakhir, total penyaluran pembiayaan BBDL menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 50,91 persen. BBDL berhasil melakukan efisiensi dan mencatat ekuitas di atas Rp1 triliun dan gearing ratio rendah, sehingga masih mengandalkan pinjaman perbankan.
"Kami memperkirakan perusahaan masih bisa menikmati pertumbuhan positif di tahun-tahun mendatang," ujar dia.
Pefindo memproyeksikan penjualan BBDL hingga penghujung tahun ini bisa mencapai Rp621 miliar atau tumbuh 5,08 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp501 miliar. Sedangkan laba bersih diperkirakan sebesar Rp140 miliar, turun dibanding 2012 senilai Rp150 miliar.
Sementara pada tahun depan, pendapatan BBDL diproyeksi meningkat menjadi Rp677 miliar, dengan laba bersih mencapai Rp158 miliar.
Proyeksi harga saham tersebut berdasarkan track record perusahaan yang baik dalam industri sewa guna usaha dan pembiayaan konsumen. Sekitar 81 persen dari portofolio pembiayaan pada 2012 terdiri dari sewa guna usaha, terutama alat berat untuk sektor industri.
Sementara dalam bisnis pembiayaan konsumen, perseroan memfokuskan diri pada mobil bekas, yang memberi kontribusi sekitar 85 persen terhadap portofolio konsumen.
Analis Pefindo Madjid Abdillah mengatakan, BBLD diuntungkan dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan penjualan mobil yang positif. Namun, menurut dia, tahun ini menjadi tahun penuh tantangan bagi industri pembiayaan karena menurunnya harga komoditas, naiknya BI Rate menjadi 7,5 persen dan regulasi loan to value (LTV).
"Kami memperkirakan tantangan tersebut akan ada sampai semester I/2014. Setelah itu, kami melihat kemungkinan penurunan BI Rate karena tekanan inflasi akan mereda dan difisit neraca Indonesia akan menyempit, sehingga akan mendorong pertumbuhan industri pembiayaan," kata dia dalam risetnya.
Dalam tiga tahun terakhir, total penyaluran pembiayaan BBDL menunjukkan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 50,91 persen. BBDL berhasil melakukan efisiensi dan mencatat ekuitas di atas Rp1 triliun dan gearing ratio rendah, sehingga masih mengandalkan pinjaman perbankan.
"Kami memperkirakan perusahaan masih bisa menikmati pertumbuhan positif di tahun-tahun mendatang," ujar dia.
Pefindo memproyeksikan penjualan BBDL hingga penghujung tahun ini bisa mencapai Rp621 miliar atau tumbuh 5,08 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp501 miliar. Sedangkan laba bersih diperkirakan sebesar Rp140 miliar, turun dibanding 2012 senilai Rp150 miliar.
Sementara pada tahun depan, pendapatan BBDL diproyeksi meningkat menjadi Rp677 miliar, dengan laba bersih mencapai Rp158 miliar.
(rna)