Wajar bila investor kilang BBM minta insentif
A
A
A
Sindonews.com - Group Chief Economist and Vice President BP Plc, Christof Rühl menuturkan, permintaan insentif pembangunan kilang Bahan Bakar Minyak (BBM) dari calon investor dinilai wajar.
Dikatakannya, calon investor pasti akan meminta insentif kepada pemerintah terkait rencana pembangunan kilang BBM karena ketatnya daya saing industri kilang di dunia.
Banyaknya negara yang telah membangun kilang BBM membuat daya saing produk kilang menjadi tinggi. Sehingga dibutuhkan dukungan pendanaan besar untuk membangunnya.
“Secara umum, jika ingin membangun kilang yang telah mendunia maka perlu berbagai dukungan pendanaan,” tutur dia, Minggu (2/2/2014).
Dia mengatakan, jika pemerintah serius memutuskan melakukan pembangunan kilang maka harus mau menghadapi risiko yakni, memberikan dukungan para investor agar tercipta nilai keekonomian seperti yang dilakukan di negara-negara lain. Bisnis kilang BBM, lanjutnya, sebenarnya telah diminati sejumlah negara pada periode 2004-2007.
Pada periode tersebut, banyak negara yang memutuskan untuk membangun kilang, antara lain Arab Saudi, China, India, dan beberapa negara lainnya memutuskan membangun kilang.
Seiring banyaknya negara yang membangun kilang BBM menyebabkan kapasitas pengolahan kilang di dunia berlebih, bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan BBM sekitar lima sampai sepuluh tahun mendatang. Dengan begitu, menjadi lebih ekonomis jika kilang tidak dibangun sendiri.
“Tantangannya jika memutuskan membangun kilang maka harus menghadapi persaingan dengan negara lain yang pemerintahnya memang sangat mendukung pembangunan kilang,” tutur dia.
Dikatakannya, calon investor pasti akan meminta insentif kepada pemerintah terkait rencana pembangunan kilang BBM karena ketatnya daya saing industri kilang di dunia.
Banyaknya negara yang telah membangun kilang BBM membuat daya saing produk kilang menjadi tinggi. Sehingga dibutuhkan dukungan pendanaan besar untuk membangunnya.
“Secara umum, jika ingin membangun kilang yang telah mendunia maka perlu berbagai dukungan pendanaan,” tutur dia, Minggu (2/2/2014).
Dia mengatakan, jika pemerintah serius memutuskan melakukan pembangunan kilang maka harus mau menghadapi risiko yakni, memberikan dukungan para investor agar tercipta nilai keekonomian seperti yang dilakukan di negara-negara lain. Bisnis kilang BBM, lanjutnya, sebenarnya telah diminati sejumlah negara pada periode 2004-2007.
Pada periode tersebut, banyak negara yang memutuskan untuk membangun kilang, antara lain Arab Saudi, China, India, dan beberapa negara lainnya memutuskan membangun kilang.
Seiring banyaknya negara yang membangun kilang BBM menyebabkan kapasitas pengolahan kilang di dunia berlebih, bahkan cukup untuk memenuhi kebutuhan BBM sekitar lima sampai sepuluh tahun mendatang. Dengan begitu, menjadi lebih ekonomis jika kilang tidak dibangun sendiri.
“Tantangannya jika memutuskan membangun kilang maka harus menghadapi persaingan dengan negara lain yang pemerintahnya memang sangat mendukung pembangunan kilang,” tutur dia.
(gpr)