Jero: Harus ada pilihan jika geothermal ditolak
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik meminta masyarakat yang menolak rencana pengembangan sumber energi alternatif geothermal di Bali, memberikan solusi dan pilihan energi alternatif lainnya untuk mengatasi krisis energi listrik.
Penegasan itu disampaikan Jero dalam menanggapi kontroversi rencana pembangunan megaproyek di Bedugul Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan yang sejak satu dekade ini terus menuai penolakan masyarakat.
Jero menegaskan, ke depan Bali harus memikirkan untuk bisa memilki pembangkit energi listrik sendiri. Sehingga, tidak tergantung lagi pada pasokan dari Jawa.
Semakin lama, Bali penduduknya makin padat. Sehingga kebutuhan listrik akan meningkat. "Kita akan banyak memerlukan pasokan listrik, baik untuk jangka pendek menengah dan panjang," katanya usai memberi kuliah umum di Sekolah Tinggi Parwisata (STP) Bali di Nusa Dua, Rabu (5/2/2014).
Sehingga, kata dia, Bali jangan bergantung pada lisrtik di Jawa. Pasalnya, jika kemudian terjadi apa-apa dengan kabel bawah laut yang memasok listrik, maka akan memberi dampak merugikan.
"Kalau kabel bawah laut putus, Bali bisa gelap gulita, satu kabel sudah putus, sekarang tinggal satu kabel lagi," ujarnya.
Tentu saja, hal itu tidak boleh terjadi, sehingga harus ada langkah antisipasi dengan mencari sumber energi alternatif. Beberapa sumber energi yang bisa dicari seperti energi gas atau PLTG, batu bara, geothermal, surya dan lainnya.
Hanya saja, lanjut Jero, masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya energi geothermal, sehingga harus terus disosialisasikan.
"Kita butuh listrik, kalau masih ditolak, ya apa pilihannya bisa pilihan A, B atau C, ya harus ada pilihan," imbuh mantan Menbudpar itu.
Jero menyadari alam demokrasi saat ini tidak lagi masyarakat bisa begitu saja menerima apa yang datang dari pusat atau pemerintah. Masyarakat tidak bisa lagi diperintah sehingga mereka perlu dibangun kesadaaran baru.
Dia mengajak semua komponen masyarakat, swasta dan pemerintah untuk berfikir jernih, positif demi masa depan Bali. Karena itu, harus ada langkah antisipasi, jangan menunggu agar tidak menyesal nanti ketika suatu saat terjadi seperti mati listrik.
Saat ini, beban listrik di Bali mencapai 600 MW. "Mestinya Bali harus mampu menyediakan pasokan 1.000 MW sehingga bisa lebih aman," ujar dia.
Penegasan itu disampaikan Jero dalam menanggapi kontroversi rencana pembangunan megaproyek di Bedugul Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan yang sejak satu dekade ini terus menuai penolakan masyarakat.
Jero menegaskan, ke depan Bali harus memikirkan untuk bisa memilki pembangkit energi listrik sendiri. Sehingga, tidak tergantung lagi pada pasokan dari Jawa.
Semakin lama, Bali penduduknya makin padat. Sehingga kebutuhan listrik akan meningkat. "Kita akan banyak memerlukan pasokan listrik, baik untuk jangka pendek menengah dan panjang," katanya usai memberi kuliah umum di Sekolah Tinggi Parwisata (STP) Bali di Nusa Dua, Rabu (5/2/2014).
Sehingga, kata dia, Bali jangan bergantung pada lisrtik di Jawa. Pasalnya, jika kemudian terjadi apa-apa dengan kabel bawah laut yang memasok listrik, maka akan memberi dampak merugikan.
"Kalau kabel bawah laut putus, Bali bisa gelap gulita, satu kabel sudah putus, sekarang tinggal satu kabel lagi," ujarnya.
Tentu saja, hal itu tidak boleh terjadi, sehingga harus ada langkah antisipasi dengan mencari sumber energi alternatif. Beberapa sumber energi yang bisa dicari seperti energi gas atau PLTG, batu bara, geothermal, surya dan lainnya.
Hanya saja, lanjut Jero, masyarakat belum sepenuhnya memahami pentingnya energi geothermal, sehingga harus terus disosialisasikan.
"Kita butuh listrik, kalau masih ditolak, ya apa pilihannya bisa pilihan A, B atau C, ya harus ada pilihan," imbuh mantan Menbudpar itu.
Jero menyadari alam demokrasi saat ini tidak lagi masyarakat bisa begitu saja menerima apa yang datang dari pusat atau pemerintah. Masyarakat tidak bisa lagi diperintah sehingga mereka perlu dibangun kesadaaran baru.
Dia mengajak semua komponen masyarakat, swasta dan pemerintah untuk berfikir jernih, positif demi masa depan Bali. Karena itu, harus ada langkah antisipasi, jangan menunggu agar tidak menyesal nanti ketika suatu saat terjadi seperti mati listrik.
Saat ini, beban listrik di Bali mencapai 600 MW. "Mestinya Bali harus mampu menyediakan pasokan 1.000 MW sehingga bisa lebih aman," ujar dia.
(izz)