Rumah mewah butuh 10 konsultan interior
A
A
A
Sindonews.com - Mobilitas atau kesibukan masyarakat perkotaan saat ini, membuat tren kebutuhan konsultan properti meningkat. Hal itu terutama terjadi pada kelas menengah (high middle class) yang biasa dikenal dengan pangsa pasar rumah mewah.
Selain itu, pasangan muda yang berniat membangun rumah pribadi, juga biasanya banyak membutuhkan konsultan. Karena terlalu sibuk, sambil melihat lewat internet sebagai referensi. Biasanya mereka menyerahkan langsung segala urusan arsitektur dan desain interior kepada para konsultan.
Desainer interior arsitektur senior PT CI Design, Corry Badarudin mengatakan, masyarakat dan pengembang perumahan di Indonesia kini sudah mulai menghargai profesionalisme. Baik itu dari mulai lantai, dinding, atap, plafon, dan furniture.
"Interior itu ada dua interior arsitektur, dan interior dekorator, kalau saya lebih kepada arsitektur juga termasuk furniture-nya, kalau dekorator kan hanya ruangnya saja dan masyarakat sekarang banyak yang sudah memakai konsultan properti. Karena misalnya lantai maunya marmer atau keramik, motifnya bagaimana, desain diperhatikan lebih detail," jelasnya kepada wartawan, Senin (18/2/2014).
Karena itu, kata dia, seorang desainer interior ataupun konsultan properti wajib mengetahui trend booming saat ini serta teknologi yang digunakan. Jika bicara rumah mewah, bahkan membangun satu rumah butuh sepuluh konsultan.
"Sebagai desainer ataupun konsultan properti, harus ada product knowledge, bicara rumah mewah butuh sepuluh konsultan. Misalnya konsultan arsitektur, interior, struktur, mechanical, listrik, aksen, dan lainnya," papar dia.
Tujuannya, lanjut Corry, masyarakat modern umumnya mencari kehormatan atau prestis untuk mengukur status sosial, hingga alasan kesibukan waktu. Selain itu, semakin banyaknya pilihan produk material, membuat pemilik rumah menyerahkan kepada sang ahli.
"Prestis tentu alasan utama, lalu karena mereka sibuk enggak mau pusing tinggal tunjuk saja, saya sendiri rata-rata menjadi desainer interior arsitektur di kawasan Menteng, Kebayoran, Sentul Bogor, Bali, Palembang, dan kebanyakan rumah tinggal, restoran, hingga hotel di Bandung dan Bali, lebih ke residensial," pungkas dia.
Selain itu, pasangan muda yang berniat membangun rumah pribadi, juga biasanya banyak membutuhkan konsultan. Karena terlalu sibuk, sambil melihat lewat internet sebagai referensi. Biasanya mereka menyerahkan langsung segala urusan arsitektur dan desain interior kepada para konsultan.
Desainer interior arsitektur senior PT CI Design, Corry Badarudin mengatakan, masyarakat dan pengembang perumahan di Indonesia kini sudah mulai menghargai profesionalisme. Baik itu dari mulai lantai, dinding, atap, plafon, dan furniture.
"Interior itu ada dua interior arsitektur, dan interior dekorator, kalau saya lebih kepada arsitektur juga termasuk furniture-nya, kalau dekorator kan hanya ruangnya saja dan masyarakat sekarang banyak yang sudah memakai konsultan properti. Karena misalnya lantai maunya marmer atau keramik, motifnya bagaimana, desain diperhatikan lebih detail," jelasnya kepada wartawan, Senin (18/2/2014).
Karena itu, kata dia, seorang desainer interior ataupun konsultan properti wajib mengetahui trend booming saat ini serta teknologi yang digunakan. Jika bicara rumah mewah, bahkan membangun satu rumah butuh sepuluh konsultan.
"Sebagai desainer ataupun konsultan properti, harus ada product knowledge, bicara rumah mewah butuh sepuluh konsultan. Misalnya konsultan arsitektur, interior, struktur, mechanical, listrik, aksen, dan lainnya," papar dia.
Tujuannya, lanjut Corry, masyarakat modern umumnya mencari kehormatan atau prestis untuk mengukur status sosial, hingga alasan kesibukan waktu. Selain itu, semakin banyaknya pilihan produk material, membuat pemilik rumah menyerahkan kepada sang ahli.
"Prestis tentu alasan utama, lalu karena mereka sibuk enggak mau pusing tinggal tunjuk saja, saya sendiri rata-rata menjadi desainer interior arsitektur di kawasan Menteng, Kebayoran, Sentul Bogor, Bali, Palembang, dan kebanyakan rumah tinggal, restoran, hingga hotel di Bandung dan Bali, lebih ke residensial," pungkas dia.
(izz)