Hotel di Surabaya mulai perang tarif
Senin, 10 Maret 2014 - 16:06 WIB

Hotel di Surabaya mulai perang tarif
A
A
A
Sindonews.com - Perang tarif hotel di Surabaya mulai terlihat. Hotel-hotel tidak berani menaikan harga secara tiba-tiba, mereka memberi sinyal untuk menaikkan harga sebesar 15 persen dari harga saat ini.
"Kita tidak berani menaikkan harga, meski posisi hotel di central kota Surabaya," kata Marketing Exekutif Hotel Maumu Surabaya, Iwan, Senin (10/3/2014).
Untuk harga superior, Hotel Maumu mematok harga Rp375.000, sedangkan kamar deluxe sebesar Rp425.000. Harga yang ditawarkan langsung disambut konsumen, dari 51 kamar yang tersedia, rata-rata per hari hotel selalu terisi 50 persen dari kamar yang tersedia.
Menurutnya, konsumen merasa puas, apalagi Hotel Maumu terus meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung. Hotel bintang dua ini memutuskan untuk menjaga komitmen memberikan service pelayanan terbaik.
"Masih belum ada keluhan, meski demikian kami terus berkomitmen meningkatkan pelayanan. Apalagi persaingan di dunia hotel terus mengalami peningkayan. Sekarang kan banyak hotel-hotel baru, makanya kita harus berinovasi," papar dia.
Salah satu pelayanan yang sedang dikembangkan adalah merekrut chef baru dengan inovasi yang dimiliki. Bahkan, Maumu telah menyeleksi chef-chef dengan masakan dan rasa yang enak.
Sementara, Hotel Inna Simpang tahun ini juga tidak berani menaikkan harga kamar terlalu tinggi. Mereka mengumumkan penyesuaian tarif hanya 15 persen dari sebelumnya. "Faktor utamanya karena inflasi, peningkatan pelayanan, dan renovasi fisik. Tetapi penyesuaian tarif itu tergolong rendah dibanding hotel lain," kata General Manager Inna Simpang, Deny Irza.
Dia mengatakanb, hotel yang di bawah manajemen Hotel Internasional Natour Inn memiliki tiga kelas. Untuk superior memiliki 40 room (Rp 725.000), deluxe (Rp 950.000) sebanyak 40 room, dan suite seharga Rp3 juta sebanyak 78 room.
Tahun ini dipastikan tidak ada investasi untuk pengembangan hotel. Padahal tahun lalu Inna Simpang mengeluarkan biaya sebesar Rp10 miliar. "Secara umum hotel itu lebih baik mengakuisisi atau ekspansi. Kalau renovasi, seharusnya tidak perlu. Tahun lalu sengaja kita lakukan perbaikan guna peningkatan pelayanan," terangnya.
Pada tingkat hunian atau okupansi Hotel Inna Simpang, pada 2013 relatif belum kompetitif dibanding hotel sekelasnya. Hotel berbintang tiga masih berkutat diantara 50-60 persen. Meski demikian, akan ada peningkatan pengunjung, karena target okupansi tahun ini tumbuh 73 persen.
"Kami tetap optimis meski tingkat persaingan hotel berbintang tiga dan empat mulai banjir di Surabaya," ucapnya.
Inna Simpang memiliki total kamar sebanyak 118 unit. Dengan kapasitas tersebut, hotel ini sudah tidak perlu dikembangkan atau ditambah, tetapi ada kiat-kiat khusus untuk meningkatkan okupansinya guna memenuhi target.
"Hal yang perlu kita dorong salah satunya adalah peningkatan mutu di FNB (food and beverage/makanan dan minuman). Kebetulan kita memiliki chef baru yang cukup lama berada di midle east (timur tengah)," ungkapnya.
Sepanjang 2013 lebih banyak kontribusi tertinggi tingkat hunian didominasi MICE (meeting convention incentive and exibition), corporate (perusahaan), dan goverment (pemerintahan). Selain itu traveller juga memberi kontribusi meski tidak sebesar ketiga unsur tersebut.
"Kita tidak berani menaikkan harga, meski posisi hotel di central kota Surabaya," kata Marketing Exekutif Hotel Maumu Surabaya, Iwan, Senin (10/3/2014).
Untuk harga superior, Hotel Maumu mematok harga Rp375.000, sedangkan kamar deluxe sebesar Rp425.000. Harga yang ditawarkan langsung disambut konsumen, dari 51 kamar yang tersedia, rata-rata per hari hotel selalu terisi 50 persen dari kamar yang tersedia.
Menurutnya, konsumen merasa puas, apalagi Hotel Maumu terus meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung. Hotel bintang dua ini memutuskan untuk menjaga komitmen memberikan service pelayanan terbaik.
"Masih belum ada keluhan, meski demikian kami terus berkomitmen meningkatkan pelayanan. Apalagi persaingan di dunia hotel terus mengalami peningkayan. Sekarang kan banyak hotel-hotel baru, makanya kita harus berinovasi," papar dia.
Salah satu pelayanan yang sedang dikembangkan adalah merekrut chef baru dengan inovasi yang dimiliki. Bahkan, Maumu telah menyeleksi chef-chef dengan masakan dan rasa yang enak.
Sementara, Hotel Inna Simpang tahun ini juga tidak berani menaikkan harga kamar terlalu tinggi. Mereka mengumumkan penyesuaian tarif hanya 15 persen dari sebelumnya. "Faktor utamanya karena inflasi, peningkatan pelayanan, dan renovasi fisik. Tetapi penyesuaian tarif itu tergolong rendah dibanding hotel lain," kata General Manager Inna Simpang, Deny Irza.
Dia mengatakanb, hotel yang di bawah manajemen Hotel Internasional Natour Inn memiliki tiga kelas. Untuk superior memiliki 40 room (Rp 725.000), deluxe (Rp 950.000) sebanyak 40 room, dan suite seharga Rp3 juta sebanyak 78 room.
Tahun ini dipastikan tidak ada investasi untuk pengembangan hotel. Padahal tahun lalu Inna Simpang mengeluarkan biaya sebesar Rp10 miliar. "Secara umum hotel itu lebih baik mengakuisisi atau ekspansi. Kalau renovasi, seharusnya tidak perlu. Tahun lalu sengaja kita lakukan perbaikan guna peningkatan pelayanan," terangnya.
Pada tingkat hunian atau okupansi Hotel Inna Simpang, pada 2013 relatif belum kompetitif dibanding hotel sekelasnya. Hotel berbintang tiga masih berkutat diantara 50-60 persen. Meski demikian, akan ada peningkatan pengunjung, karena target okupansi tahun ini tumbuh 73 persen.
"Kami tetap optimis meski tingkat persaingan hotel berbintang tiga dan empat mulai banjir di Surabaya," ucapnya.
Inna Simpang memiliki total kamar sebanyak 118 unit. Dengan kapasitas tersebut, hotel ini sudah tidak perlu dikembangkan atau ditambah, tetapi ada kiat-kiat khusus untuk meningkatkan okupansinya guna memenuhi target.
"Hal yang perlu kita dorong salah satunya adalah peningkatan mutu di FNB (food and beverage/makanan dan minuman). Kebetulan kita memiliki chef baru yang cukup lama berada di midle east (timur tengah)," ungkapnya.
Sepanjang 2013 lebih banyak kontribusi tertinggi tingkat hunian didominasi MICE (meeting convention incentive and exibition), corporate (perusahaan), dan goverment (pemerintahan). Selain itu traveller juga memberi kontribusi meski tidak sebesar ketiga unsur tersebut.
(izz)