Kain songket Bali merambah pasar internasional
A
A
A
KAIN songket tenun Bali juga menjadi salah satu UKM yang turut dibina oleh PT Garuda Indonesia. Sejak tiga tahun diadakan mitra binaan ini, Garuda Indonesia memang konsen dengan UKM-UKM yang berada di daerah-daerah dengan produknya sendiri yang merupakan hasil buatan tangan.
Kain tenun songket Bali sendiri mungkin belum banyak dikenal, namun ternyata produk ini dapat merambah hingga ke pasar internasional. "Bali itu punya beragam kreativitas, salah satunya adalah dengan pembuatan kain songket tenun Bali ini," papar Ketut Poni, pengrajin kain songket tenun Bali pada acara Garuda Indonesia Travel Fair di Jakarta Convention Center, Jumat (11/4/2014).
Dirinya mengungkapkan, dengan UKMnya bekerja sama dengan Garuda Indonesia, produknya dapat dikenal di luar negeri dan tidak sedikit pesanan yang datang dari sana.
"Saya rasa memang sudah sebaiknya kain tenun songket Bali terkenal sampai ke mancanegara. Kalau dulu Bali hanya dikenal dengan pulaunya yang bagus, tariannya yang menawan, budayanya yang unik, sekarang Bali juga harus dikenal dengan kain songket tenunnya yang indah," katanya bangga.
Selama tiga tahun mengikuti program mitra binaan ini, diakui Ketut Poni, dirinya mengalami beberapa kendala yang harus diatasi. Kendalanya antara lain, dalam hal desain. Karena menurutnya, desain kain songket tenun Bali ini tidak bisa selalu sama. Bahkan tiap satu produk dengan produk lainnya, berbeda motif.
Untuk ide pembuatannya sendiri, diakui Ketut Poni berasal dari tradisi yang sudah lama melekat di Bali. Dengan kata lain, Bali memiliki motif dan ciri khas tersendiri dalam mencipta kain songket tenunnya.
Untuk masalah harga bahannya, Ketut Poni mengakui memang sedikit mahal. Kain tenun songketnya dalam sebulan bisa dibuat sekitar 15 lembar. "Untuk harga benangnya saja per 50 kilogram itu sekitar Rp2,8 juta. Kemudian nanti dari benang itu akan kami tenun menjadi sebuah kain songket khas Bali," jelasnya.
Harga dari masing-masing kainnya juga berbeda tergantung kerumitan motif dan warnanya. Range-nya antara Rp5 juta, Rp8 juta, bahkan Rp10 juta per kain. Semakin rumit motifnya dan semakin banyak campuran warnanya akan semakin mahal juga harganya.
Ketut Poni berharap, dengan adanya program ini, kain songket tenun Balinya dapat terus dikenal oleh masyarakat domestik terlebih lagi mancanegara.
"Begitu banyak yang bisa dihasilkan dari Indonesia, khususnya dari Bali. Alangkah bahagianya jika apa yang dihasilkan itu bisa terkenal di luar negeri dan menjadi kebanggaan Indonesia," ungkapnya bangga.
Kain tenun songket Bali sendiri mungkin belum banyak dikenal, namun ternyata produk ini dapat merambah hingga ke pasar internasional. "Bali itu punya beragam kreativitas, salah satunya adalah dengan pembuatan kain songket tenun Bali ini," papar Ketut Poni, pengrajin kain songket tenun Bali pada acara Garuda Indonesia Travel Fair di Jakarta Convention Center, Jumat (11/4/2014).
Dirinya mengungkapkan, dengan UKMnya bekerja sama dengan Garuda Indonesia, produknya dapat dikenal di luar negeri dan tidak sedikit pesanan yang datang dari sana.
"Saya rasa memang sudah sebaiknya kain tenun songket Bali terkenal sampai ke mancanegara. Kalau dulu Bali hanya dikenal dengan pulaunya yang bagus, tariannya yang menawan, budayanya yang unik, sekarang Bali juga harus dikenal dengan kain songket tenunnya yang indah," katanya bangga.
Selama tiga tahun mengikuti program mitra binaan ini, diakui Ketut Poni, dirinya mengalami beberapa kendala yang harus diatasi. Kendalanya antara lain, dalam hal desain. Karena menurutnya, desain kain songket tenun Bali ini tidak bisa selalu sama. Bahkan tiap satu produk dengan produk lainnya, berbeda motif.
Untuk ide pembuatannya sendiri, diakui Ketut Poni berasal dari tradisi yang sudah lama melekat di Bali. Dengan kata lain, Bali memiliki motif dan ciri khas tersendiri dalam mencipta kain songket tenunnya.
Untuk masalah harga bahannya, Ketut Poni mengakui memang sedikit mahal. Kain tenun songketnya dalam sebulan bisa dibuat sekitar 15 lembar. "Untuk harga benangnya saja per 50 kilogram itu sekitar Rp2,8 juta. Kemudian nanti dari benang itu akan kami tenun menjadi sebuah kain songket khas Bali," jelasnya.
Harga dari masing-masing kainnya juga berbeda tergantung kerumitan motif dan warnanya. Range-nya antara Rp5 juta, Rp8 juta, bahkan Rp10 juta per kain. Semakin rumit motifnya dan semakin banyak campuran warnanya akan semakin mahal juga harganya.
Ketut Poni berharap, dengan adanya program ini, kain songket tenun Balinya dapat terus dikenal oleh masyarakat domestik terlebih lagi mancanegara.
"Begitu banyak yang bisa dihasilkan dari Indonesia, khususnya dari Bali. Alangkah bahagianya jika apa yang dihasilkan itu bisa terkenal di luar negeri dan menjadi kebanggaan Indonesia," ungkapnya bangga.
(gpr)