LNG Arun akan menjadi kawasan industri
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam akan mengubah aset PT Arun NGL menjadi kawasan industri. Hal ini mengacu pada berakhirnya kontrak penjualan gas alam cair (Liqufied Natural Gas/LNG) dari Arun ke Kogas, Korea Selatan pada Oktober 2014.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan, rencana pemanfaatan fasilitas tersebut menunggu persetujuan dari pemerintah pusat. Pasalnya, jika tidak dimanfaatkan hanya akan menjadi besi tua.
“Maka kami minta supaya aset dialihkan tapi belum ada jawaban. Kalau tidak, bisa jadi besi tua,” kata dia dalam acara Aceh Business Forum, di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Dia mengatakan, pemerintah pusat akan mengubah fungsi kilang LNG di kawasan tersebut menjadi terminal penyimpanan dan regasifikasi gas alam cair. Sedangkan investor telah tertarik menggarap aset yang berada di Lhokseumawe, Aceh Utara menjadi kawasan industri.
“Sudah ada yang datang untuk investasi di sana. Ada yang dari Finlandia,” jelas dia.
Proyek konversi kilang LNG menjadi regasifikasi itu merupakan pertama di dunia. Pengoperasian terminal ditargetkan pada Oktober nanti.
“Terminal regasifikasi LNG Arun tersebut dikombinasikan dengan proyek pipa transmisi gas open access Arun-Belawan,” kata dia.
Kilang LNG terdiri atas enam unit LNG Trains, satu unit pemisahan kondensat dan satu unit kilang LPG. Lokasi kilang berjarak sekitar 30 kilometer (KM) dari ladang gas Arun yang dioperasikan Exxon Mobil Oil Indonesia (EMOI).
Sejak beroperasi di tahun 1977, sebanyak 750 juta barel kondensat, 500 juta meter kubik LNG (4.086 kargo) dan 14 juta metrik ton LPG telah dikapalkan. Namun, sejak tahun 2000 produksinya menurun seiring menurunnya pasokan gas EMOI.
Hingga 2007, produksi kondensat tinggal 9.000 barel per hari (7 persen dari desain awal), tinggal tiga unit LNG Trains yang beroperasi dengan produksi 18000 M3/hari (24 persen dari kapasitas terpasang) sedang kilang LPG dihentikan sejak 2000.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan, rencana pemanfaatan fasilitas tersebut menunggu persetujuan dari pemerintah pusat. Pasalnya, jika tidak dimanfaatkan hanya akan menjadi besi tua.
“Maka kami minta supaya aset dialihkan tapi belum ada jawaban. Kalau tidak, bisa jadi besi tua,” kata dia dalam acara Aceh Business Forum, di Jakarta, Selasa (15/4/2014).
Dia mengatakan, pemerintah pusat akan mengubah fungsi kilang LNG di kawasan tersebut menjadi terminal penyimpanan dan regasifikasi gas alam cair. Sedangkan investor telah tertarik menggarap aset yang berada di Lhokseumawe, Aceh Utara menjadi kawasan industri.
“Sudah ada yang datang untuk investasi di sana. Ada yang dari Finlandia,” jelas dia.
Proyek konversi kilang LNG menjadi regasifikasi itu merupakan pertama di dunia. Pengoperasian terminal ditargetkan pada Oktober nanti.
“Terminal regasifikasi LNG Arun tersebut dikombinasikan dengan proyek pipa transmisi gas open access Arun-Belawan,” kata dia.
Kilang LNG terdiri atas enam unit LNG Trains, satu unit pemisahan kondensat dan satu unit kilang LPG. Lokasi kilang berjarak sekitar 30 kilometer (KM) dari ladang gas Arun yang dioperasikan Exxon Mobil Oil Indonesia (EMOI).
Sejak beroperasi di tahun 1977, sebanyak 750 juta barel kondensat, 500 juta meter kubik LNG (4.086 kargo) dan 14 juta metrik ton LPG telah dikapalkan. Namun, sejak tahun 2000 produksinya menurun seiring menurunnya pasokan gas EMOI.
Hingga 2007, produksi kondensat tinggal 9.000 barel per hari (7 persen dari desain awal), tinggal tiga unit LNG Trains yang beroperasi dengan produksi 18000 M3/hari (24 persen dari kapasitas terpasang) sedang kilang LPG dihentikan sejak 2000.
(rna)